Kabar tewasnya Raharjo beserta senior Black Dimension lainnya tersebar
seantero kampus Pelita Nusantara. Nabila mengisi orasi selebrasi di
lapangan kampus ditemani oleh tiga srikandinya yaitu Dea, Cindy dan
Nadya. Di tempat lain, para anggota BD menggunakan pakaian putih sebagai
bentuk belasungkawa. Setelah upacara dukacita, Riky ke kampus lalu
melihat ke lapangan dengan penuh dendam. “Awas lo Nab. Gue ga akan kasih
ampun lagi.” Riky berlalu dari keramaian. Beberapa meter kemudian, ia
bertemu Sofi sedang menjaga sekre BEM. Riky kemudian memberi kode untuk
mengobrol di sebuah tempat. Kemudian mereka berdua bertemu di sebuah
kamar hotel milik salah satu anggota BD.
“Bener dugaan gue. Ini semua ternyata ulah ketua lo.” ujar
Riky. “Dia punya temen satu jaringan SMA dan dia pandai bikin peledak.
Bom segitu masih enteng buatnya.” ujar Sofi sambil menghisap shisha.
“Sialan ! Kali ini dia sama adeknya bakal gue bikin nyesel udah
main-main sama BD.” ujar Riky. “Tenang tuan… aku akan bantu tapi jangan
lupa ya.” Sofi memegang tangan Riky. “Lupa apa ?” ujar Riky. “Mmmhh….
Itu… pengen…” Sofi melihat ke selangkangan Riky. “Heh… kebetulan gue
juga mau lampiasin kekesalan gue.” ujar Riky sambil mengelus kaki Sofi
yang terbungkus legging. “Tapi jangan kasar-kasar yah…” Sofi kemudian
bangkit lalu melepas semua pakaiannya kecuali jilbab warna krem. Ia lalu
berbaring di ranjang sambil melebarkan kedua kakinya.
Riky kemudian melepas pakaiannya lalu menidih Sofi. Penisnya
langsung ia sodokkan ke vagina Sofi. “mmmaaggh…” desah Sofi. Riky
kemudian dengan penuh nafsu menggenjot penisnya keluar masuk diiringi
erangan Sofi. “Auhh… pelan donghh… aaiihh..” Sofi menahan serangan
bertubi-tubi Riky. Riky semakin bernafsu memaju mundurkan penisnya.
“Nabila !! Bangsaatt !! Gue hamilin lo nanti !!! Ajg !!!” umpat Riky.
Beberapa menit kemudian, Riky menidih Sofi dan dengan nafsu menyodokkan
penisnya yang menyemburkan sperma di dalam vagina Sofi. Kemudian mereka
berdua tertidur sambil berpelukan.
……….
Bulan ini Kampus Pelita Nusantara disibukkan dengan ujian
akhir semester. Seluruh kegiatan mahasiswa berhenti sementara selama dua
minggu. Beberapa hari sebelum UAS, jauh sebelum penyerangan ke markas
BD kampus Pelita Nusantara mengadakan debat dan kampanye terbuka. Hampir
sepanjang koridor tiap fakultas terpampang dua buah poster kampanye
pemilihan pengurus tahun berikutnya. Seperti sebelumnya, persaingan kaum
agamis dan kaum party kembali panas. Nabila dkk beserta organisasi
rohani mengusung Nadya, sementara kubu seberang mengusung Wann yang
sengaja menunda kelulusannya. Saat hari terakhir UAS, mahasiswa
menggunakan hak suara dalam pemilihan tersebut. Hasil pemilihan akan
diumumkan seminggu sebelum masuk semester baru. Sebelum pengumuman, Riky
dan kawan-kawan melaksanakan rencana untuk mengakhiri aksi Nabila
hingga seluruh anak buahnya.
Di sekretariat BEM
Nabila beserta para srikandinya menunggu hasil penghitungan
suara dengan optimism tinggi. Ia yakin kubunya akan kembali memenangi
pemilihan dan memberantas semua kegelapan di kampus. Ditambah lagi calon
yang mereka ajukan adalah Nadya yang dikenal pandai berbaur dengan
semua kalangan di kampus. Sedang asyik mengobrol, hp Nabila berbunyi
lalu ia melihat nomor tidak dikenal menelponnya. Nabila kemudian izin
keluar sebentar lalu menerima telpon tersebut.
“Halo Nabila sayang. Apa kabar ?” suara samar muncul dari telepon itu.
“Mohon maaf. Ini siapa ya ?” ujar Nabila. “Masa ga kenal aku sih. Aku
ini pacarmu Raharjo.” ujar suara di seberang. “Kamu jangan becanda. Dia
sudah mati. Ini pasti anggota BD. Menyerah saja kalian, senior kalian
sudah tidak ada.” ujar Nabila dengan nada kemenangan. “Oh gitu… *ssrkkk
*srrkkk.. Nab… tolongg… “ suara di telepon kemudian berubah menjadi
suara seorang gadis yang meminta tolong. “Ini… ga mungkin… Dini ?” suara
Nabila menjadi merendah. “Kita udah tau siapa yang bikin senior kita
tewas. Lo sekarang mending gausah macem-macem lagi.” suara di seberang
berubah menjadi agak rusak. “Kalian kurang ajar ! Dimana posisi kalian !
Jangan apa-apakan dia !” ancam Nabila. “Oh… mau nyamper. Lo ke
kontrakan Dirman malam ini kalo mau temen lo hidup. Ohiya, lo harus
datang sendiri kesini. Kalo lo bawa srikandi kebanggaan lo, temen lo ini
bakal gw sisain kepalanya aja. Hahahah….” Suara telpon itu kemudian
terputus.
Nabila kemudian masuk kembali ke ruangan BEM tanpa mengucap satu kata
pun. Saat di rumah setelah isya, Nabila memakai tas berisi sejumlah alat
perlindungan diri. Ia memakai hijab panjang dengan atasan dan celana
panjang longgar serba hitam. Ekspresi wajah Nabila seperti sedang marah
bercampur dendam. “Kak Nab mau kemana ?” ujar Nadya. Nabila tidak
menjawab dan langsung pergi keluar naik motor. Nadya yang penasaran
diam-diam mengikuti Nabila menggunakan ojol. Sesampainya di kontrakan
Dirman yang gelap dan sepi, Nabila memarkir motornya kedalam halaman
kontrakan Dirman. Nadya berhenti jauh dari gang menuju kontrakan Dirman
lalu ia jalan beberapa puluh meter di belokan sambil was-was.
Setelah Nabila memarkir motornya di dalam, Ia langsung menuju pintu
depan dan menggedornya. “Masuk aja. Ga dikunci.” ujar suara di seberang.
Nabila membuka pintu lalu merangsek masuk. Di dalam banyak laki-laki
yang sedang bermain kartu, bermain gitar dan ada juga yang sedang
mabuk-mabukan. Dirman dan Riky yang melihat kehadiran Nabila langsung
turun dari lantai dua. “Selamat datang di istana gue. Lo dateng sesuai
janji kan ?” ujar Dirman. “Iya. Sekarang lepasin Dini dan biarkan ia
pergi dari sini.” ujar Nabila tegas.
Dirman kemudian menepuk tangannya kearah sebuah pintu. Pintu tersebut
kemudian terbuka lalu dua orang bertubuh besar keluar dari ruangan
tersebut sambil menyeret seorang gadis yang terikat dan dalam keadaan
pingsan. kondisi tubuhnya tanpa pakaian lalu banyak bekas cambukan serta
sisa sperma yang menetes dari mulut, vagina dan anusnya. Payudaranya
juga sedikit bengkak dan putingnya terdapat bekas luka. Orang besar yang
bernama Ji kemudian melempar tubuh Dini ke hadapan Nabila yang
mematung. “Dini ! Kalian apakan dia !” ujar Nabila marah sambil mengusap
Dini. “Yah kita cuma main-main sedikit sama dia. Btw, anaknya agresif
juga bos sampe lemes gue.” ujar salah satu orang bernama Jo. “Dia ga
akan mati kok. Paling jadi doyan ngentot aja.” ujar Ji sambil tertawa.
Nabila kemudian menghampiri Ji lalu ia memukul wajah Ji hingga bibirnya
berdarah. Jo yang mulai emosi kemudian memegang tangan Nabila lalu ia
lempar hingga menubruk tembok. “Ugh…” Nabila memegangi bahunya yang
menghantam tembok cukup keras. “Sabar Jo, gue ga apa-apa.” ujar Ji
sambil mengelap darah di bibirnya. “Power lo boleh juga.” ujar Ji.
Kemudian Dirman menyuruh Jo menyeret Dini masuk ke kamar kembali.
“Kalian ! kembalikan Dini !” ujar Nabila yang berusaha bangkit. Ji
kemudian merenggut jilbab Nabila lalu menariknya. “Lo kalo mau temen lo
selamat harus bikin gue ngecrot. Kalo lo menang, temen lo bakal kita
lepas dan kita pergi dari kota ini selamanya.” ujar Ji. “Waduh, selir
gue bakal hancur nih.” bisik Riky pada Dirman. “Lo tenang aja.” Ujar
Dirman. “Gue kasih waktu lo tiga hari buat latihan sebelom ketemu di
villa X. Kami jamin temen lo ga akan kita apa-apain selama tiga hari itu
sampe pertandingan selesai. Lo boleh bawa temen-temen lonte lo.” ujar
Ji. “Sekarang lo pulang dan kita ketemu lagi di villa X.” ujar Dirman.
Nabila kemudian pulang dari kontrakan Dirman sambil memegangi tangannya.
Di perjalanan, Nabila dua kali hampir jatuh dari motor karena sakit.
Keesokan harinya, Nabila dkk melakukan rapat koordinasi dan briefing
untuk acara perpisahan pengurus. Ia melihat timeline kerja acara yang
ternyata bersamaan dengan acara ke villa X. Setelah rapat berakhir,
Nabila memanggil Dea dan membisikkan sesuatu. “Eh, kok mendadak gitu ?”
ujar Dea. “Udah ikutin aja. Bilang alasannya kita para atasan ada urusan
penting.” ujar Nabila. “Tapi kamu yakin mau kesana ? Itu kan…” ujar Dea
terputus setelah melihat ekspresi serius Nabila. “Oke… aku langsung
jarkom ke anak-anak. Tapi aku mau nanya serius. Kenapa kamu mau ke
tempat yang paling kamu benci sedunia itu ?” ujar Dea. “Aku harus
kesana. Kamu, Cindy, Nadya, Sofi dan Ratu juga.” ujar Nabila. “Oke-oke…
aku akan bilang di grup PI sekarang.” ujar Dea. “Makasih banget Dea.
Kamu memang sahabat aku.” Nabila kemudian memeluk Dea lalu pulang untuk
berkemas.
credit to : marcioz

No comments:
Post a Comment