Beberapa hari setelah pesta malam di markas BD, Firda mengalami
perubahan pesat. Ia lebih banyak merenung sambil sesekali mengerjakan
revisian skripsi nya di ruang BEM. Apalagi ia juga diancam oleh BD untuk
menuruti semua keinginan mereka atau video pesta sex nya disebar. Hal
itu membuat Nabila dan Dea cemas, mereka berdua kemudian memberi Firda
dispensasi demi kelancaran skripsinya. “Kak Firda kenapa akhir-akhir ini
ga secerah biasanya ?” sapa Nadya. “Biasa dek. Nanti semester akhir
juga bakal ngerti.” jawab Firda. “Eh lagi skripsian kak ? Maaf ganggu.
Aku peluk nih biar kak Firda ga marah.” Nadya memeluk Firda. Biasanya,
Firda akan meladeni dengan mengusap kepala Nadya. Sejak ia dijadikan
budak sex, sensasi pelukan Nadya menjadi sesuatu yang berbeda dari
Firda. “Hm… anu Nad. Aku lagi sibuk. Maaf ya.” ujar Firda melepas
pelukan Nadya. “Okey kak ! Semangat skripsiannya. Aku mau ke kelas
dulu.”. Firda tersenyum namun dalam hatinya ia teriris membayangkan
gadis sepolos Nadya akan dijadikan bahan mainan BD.
Ruang BEM saat itu sepi karena semua nya sedang di kelas. Hanya Firda
yang sedang mengerjakan revisi skripsi karena semester itu ia hanya
mengambil skripsi. Saat sedang asyik mengerjakan revisi, Firda kepikiran
pesta sex di tempat BD. Sebenarnya ia ingin sekali melupakan kejadian
yang sangat mengerikan itu, namun ia sering teringat sensasi sodokan Mr
Hans dan para anngota Black Dimension keluar masuk vagina dan anusnya.
Tubuh Firda mulai gerah dan vaginanya gatal. Tanpa sadar, tangan Firda
bergerak sendiri menyusuri gamis yang ia kenakan. Lalu ia remas
payudaranya dari luar sambil mendesah kecil. Tangan yang satunya masuk
ke rok panjangnya lalu ia menekan-nekan jarinya di selangkangan yang
tertutup legging hitam namun ia tidak mengenakan celana dalam. Saat
asyik memuaskan diri, tiba-tiba telpon nya berbunyi. Firda terkejut dan
reflek merapikan pakaiannya. Ia mengangkat telpon itu dan ternyata Mr.
Hans yang menelpon Firda. “Halo sayang… nanti dua jam lagi ke rumah saya
untuk bimbingan.” sapa Hans. “Tu..tunggu pak, saya masih merapikan
sedikit. Sebentar lagi selesai…” ujar Firda panik. “Kamu gimana sih ?
Kemarin ngapain aja ?” ujar Hans. “Kemarin saya diperkosa sama bapak dan
anak-anak BD.” ujar Firda dalam hati. “I..iya pak saya nanti kesana
tapi agak telat.” balas Firda. Firda kemudian melihat sekeliling. “Nanti
aku kasih jatah deh pak. Yah…” ujar Firda manja. “Oke sayang, kutunggu
yah.” balas Hans. Kemudian Firda menutup telepon dan melanjutkan
tugasnya.
Setelah mengerjakan tugas, Firda berangkat ke alamat sebuah rumah yang
terletak di perumahan mewah. “Ternyata orang kaya…” batin Firda. lamunan
nya buyar ketika Hans sudah membuka pintu gerbang. “Yuk masuk.” goda
Hans. Firda tersenyum lalu mengaduh kecil saat Hans meremas pantat Firda
yang tercetak di balik rok panjangnya. “Ih bapak.” gerutu Firda.
Setelah dirasa aman, Hans membopong Firda lalu dibawa masuk ke rumah.
Saat masuk ke rumah, Firda kembali dibuat takjub dengan rumah yang luas
dan diisi perabotan mahal. “Kamu mulai sekarang harus nurutin saya kalo
mau lulus. Pertama, di rumah saya kamu harus melepas pakaian kamu
kecuali jilbab kamu gapapa kamu pakai.” ujar Hans. Firda tertegun lalu
ia menyilangkan tangannya. Hans yang paham maksud Firda kemudian ia
peluk sambli meremas pantat Firda yang montok. “Kamu mau lulus kan ?
Ikutin aja kata-kata saya.” bisik Hans. “mmh… iya pak.. udah lepas..”
balas Firda. Kemudian, Firda melepas gamis dan rok panjangnya lalu
legging dan BH nya juga dilepas. “Kamu gapake celana dalam yah ? Nakal
juga kamu.” ledek Hans. “Habisnya, kalo gatel bisa cepet pak.” ujar
Firda malu-malu.
Di rumah yang besar, Hans hanya tinggal sendiri. Satpam dan pembantunya
tinggal di rumah yang berbeda dan lokasi nya cukup jauh dari rumah Hans.
Bisa dikatakan, rumah Hans adalah rumah terbesar dengan halaman terluas
setara kebun raya. Sebagai dosen dan salah satu pemegang saham, semua
bisa dibeli olehnya termasuk wanita. Hans takjub melihat tubuh Firda
yang wangi dan terawatt dengan baik. Ia kemudian mulai memegang pinggul
Firda dan akan menciumnya. “Pak… jangaannhh..” ujar Firda. Hans tidak
mendengarkan dan langsung menyosor bibir Firda. “mmhh… ssshhh… mmm…”
Firda membalas ciuman Hans dan mereka beradu lidah. Hans melepas
ciumannya diikuti tetesan air liur dari mulut mereka berdua.
Hans merebahkan tubuh Firda lalu ia lebarkan kedua kakinya. “Paakkk…”
ujar Firda. Walau Firda ingin melawan, namun tubuhnya justru memberi
respon lain degan menuruti gerakan Hans. Hans mengeluarkan sesuatu dari
kantong celana nya lalu ia jejali ke mulut Firda. Hans menurup mulut
Firda supaya ia menelan benda itu. Setelah benda itu tertelan, tubuh
Firda mulai menghangat dan putingnya juga mengeras. “Paakk… nnggh…”
desahan Firda mulai terucap dari mulutnya. Hans memulai dengan
memasukkan jarinya ke vagina Firda kemudian diobok dengan lembut.
“Aaahhh… paakk…” Firda menggoyangkan pinggulnya. “Ternyata efeknya
manjur juga.” batin Hans sambil mengobok vagina Firda. “Ooohh… terusshh…
eeemhhh…” Firda mengeraskan desahannya. “Teruslah sayang… teriaklah
dengan keras…” goda Hans sambil mempercepat obokannya. “Paaakkk…
Firdaaa… aaaakhhhh..” tubuh Firda mengejang dan vaginanya memuncratkan
cairan bening.
Setelah orgasme, Firda semakin terangsang lalu ia menggulingkan
tubuhnya. Hans yang melihat reaksi Firda mulai menggodanya lebih jauh.
“Paakk… masukiinnn lagi…” erang Firda. “Masukin apa ?” goda Hans.
“Ituuhhh… mmhh… pokoknya masukiin…” wajah Firda memerah memasang tampang
mupeng. Hans kemudian melepas seluruh pakaiannya dan penisnya yang
tegak mengacung kearah Firda. Tanpa disuruh, Firda menghampiri penis
Hans lalu ia elus-elus sambil sesekali dijilatnya. “Masukin iniihhh…”
pinta Firda. Hans mengelus kepala Firda seperti peliharaan. “Bagus… ayo
isep dulu… nanti aku masukin…” goda Hans. Firda kemudian mengulum penis
Hans dan ia maju mundurkan kepalanya sambil mengocok. Tangan Firda yang
lembut serta gerakan bibir dan lidah Firda membuat Hans semakin
melayang. “Uhh… isep lagi sayang… mmhhh…” Hans berusaha mengontrol
dirinya supaya tidak cepat orgasme. Kuluman Firda semakin liar sambil
tangannya memijit-mijit penis Hans. “Firdaa… ooohhh… nice…” erang Hans
menikmati servis dari Firda.
Tidak ingin terlena dengan mulut Firda, Hans melepaskan diri lalu ia
gendong Firda ke kamarnya. Setelah di kamar, Hans melempar Firda ke
ranjangnya yang berukuran king size yang diberi hiasan-hiasan di bagian
atasnya. Firda kemudian langsung mengangkat kakinya dan membuka
selangkangannya lebar-lebar. Hans kemudian menidih tubuh Firda dan
menciumnya kembali. Setelah itu, Hans mendorong penisnya masuk ke lubang
vagina Firda yang sudah becek. “Masukk… yeeesshhh…. Mmmhh…” erang Firda
setelah seluruh penis Hans menerobos masuk hingga mentok. “Mau main
halus atau kasar ?” bisik Hans. “Terserah bapakkk… puasin memek aku
paaakkk…” desah Firda yang sudah tidak bisa mengendalikan nafsunya. Hans
kemudian langsung menggenjot Firda dengan cepat lalu melambat dan
dipercepat lagi setiap 50 sodokkan. “ooouhhh… eeehhh…. Haaahhh…” Firda
mengerang keras sambil menggoyang pinggulnya. Setelah 15 menit, Hans
melepas penisnya lalu membalik tubuh Firda. Kemudian, Hans menyodok lagi
penisnya ke vagina Firda sambil meremas payudaranya yang menggantung.
Selama setengah jam, Hans menyetubuhi Firda dari belakang. “Ohhh… pak…
yeesss…” desah Firda menikmati sodokkan Hans. “Memek kamu sempit
banget…. Auhhh… padahal udah dijebol.” Hans menyodok-nyodok penisnya
dengan cepat. Saat kedua insan ini akan klimaks, handphone Firda
tiba-tiba berbunyi. “Ohh…paakk… angkat telpon dulu yah…” pinta Firda.
Namun Hans semakin mempercepat genjotannya hingga ia mencapai orgasme.
“Aahh… Fir….” Hans memuncratkan spermanya. “nnggghh… bapak nakalhh…”
desah Firda yang ambruk ditimpa Hans dari belakang. Kedua insan ini
kemudian menikmati orgasme mereka dengan posisi Hans menidih Firda dari
belakang. Setelah itu, mereka berdua makan malam dan Firda melaksanakan
bimbingan dengan Hans dengan tubuh yang masih telanjang. “Udah malam
nih. Nginep disini ya ?” goda Hans. “Mhh… jangan pak.. nanti istri bapak
pulang.” balas Firda. “Disini hanya aku yang tinggal sayangku.” goda
Hans. “mmmhhh… boleh deh.” ujar Firda sambil menjilati pulpennya.
Malamnya, Hans kembali menidih Firda dan melanjutkan permainan
beronde-ronde semalaman. Entah sudah berapa kali vagina Firda diisi
ulang oleh sperma Hans yang staminanya sangat kuat. “Udah pak… capek
nih..” ujar Firda. “Nanggung sekali lagi ya, ujar Hans. “Aku tidur nih…
bapak sodok aja sambil aku tidurr..” ujar Firda. Setelah tiga muncratan
sperma, Hans kelelahan lalu ia terkapar di sebelah Firda yang sudah
tertidur. Hans menarik selimut di kasurnya lalu ia menutupi tubuh mereka
berdua. Tak lupa Hans tidur sambil memeluk Firda. Pagi harinya, Hans
terbangun dan melihat Firda yang masih tertidur karena kelelahan. Hans
menyiapkan sarapan sambil menyiapkan sejumlah uang. Beberapa saat
kemudian, Firda terbangun dan ia duduk di ranjang Hans sambil meratapi
kejadian semalam. Ia menyesal karena ia tidak bisa menahan nafsu setiap
melihat penis lelaki. Ia menoleh ke sebelahnya dan rupanya Hans sudah
berangkat. Ia melihar amplop lalu ia buka dan berisi uang saku dan
sebuah surat. “Buat biaya print revisi kamu tuh. Canda, kamu tinggal
disini ya sekarang buat nemenin bapak. Kita nanti bisa main sepuasnya.”
setelah membaca surat itu, Firda memeluk surat tersebut sambil
tersenyum. Saat Firda mengecek handphone, sudah ada puluhan miscall dari
Dea dan Nabila serta beberapa message dari Nadya yang berisi sticker
penyemangat. Firda tersenyum lalu ia ke kamar mandi untuk membersihkan
dirinya.
Organisasi keamanan kampus merupakan salah satu organisasi segitiga emas
di Universitas Pelita Nusantara. Akhir-akhir ini, hubungan mereka
dengan BEM mengalami masalah sejak kebijakan pemangkasan anggaran. Wann,
sang ketua kini sedang menunggu seseorang di ruang mapala bersama
Peter. Mereka sedang menunggu Ratu, bawahan Dea di kabinet srikandi.
Ratu seorang akhwat yang tubuhnya agak pendek namun memiliki kekuatan
fisik di atas rata-rata. Berbeda dengan Sofi yang membawa senjata, Ratu
bertarung dengan tangan kosong. Ia menguasai beberapa jenis beladiri
karena sejak SMP sudah membiasakan diri berlatih. Bersama Wann, Ratu
merupakan anggota organisasi keamanan kampus dan juga ikut kegiatan
mapala. Mereka berdua dikenal sebagai raja dan ratu penakluk alam.
Beberapa saat kemudian, Ratu datang dengan setelan sporty khasnya yaitu
hijab beserta training dan kaos lengan panjang. “Gimana ? Mau langsung
jalan ?” sapa Ratu. “Iya deh. Biar ga kemaleman pulangnya nanti gue
dibentak sama emak lu si Dea.” ujar Wann. Dengan mobil Peter, mereka
bertiga berangkat ke sebuah kawasan perkemahan untuk survey pelatihan
kepemimpinan. Setelah sampai di lokasi, Wann dan Ratu berkeliling
sementara Peter menuju ke arah lain untuk mempersiapkan rencana Wann.
Udara sejuk di daerah perkemahan tersebut membuat perjalanan Wann dan
Ratu tak terasa sudah cukup jauh dari kawasan kemah dan akan memasuki
hutan. “Eh Wann, kita ga kejauhan nih jalan ?” ujar Ratu sambil
berkeliling. Walau Wann ingin segera menyergap Ratu, ia sadar Ratu pasti
sudah waspada sehingga ia menunggu Peter menjalankan aksinya. “Kita
balik lagi aja deh.” Wann mengajak Ratu kembali ke kawasan. Saat Ratu
akan berbalik badan, sebuah pukulan mendarat di tengkuk Ratu dan
membuatnya ambruk. Peter yang bersembunyi di balik semak sukses
melumpuhkan Ratu untuk sementara. Dengan sigap, mereka berdua membawa
Ratu ke sebuah goa dekar air terjun.
Sesampainya di goa, semua pakaian Ratu dilucuti hingga tersisa
jilbabnya. Wann menyalakan kamera HP dan memotret setiap sudut tubuh
Ratu yang mulus tanpa busana. Sesekali Wann juga menampari payudara dan
pinggul Ratu. “Peter, lo bawa kopernya ?” ujar Wann. Peter membuka koper
berisi sejumlah obat dan alat suntik. “Biar ga repot, kita kasih ini
dulu.” Wann menyuntikkan obat perangsang di lengan Ratu yang masih
pingsan. Peter kemudian mencipratkan air ke wajah Ratu hingga ia
terbangun sambil memegangi tubuh kecilnya.
Ratu terkejut saat mendapati dirinya sudah tanpa busana dan dipeluk oleh
seorang laki-laki. “Heh ! apa-apaan ini ! Lepasin !” Walau disuguhi
obat perangsang, naluri petarungnya masih ada sehingga Ratu berusaha
meronta. Wann mengambil kembali alat suntik dan memasukkan obat
perangsang lagi ke lengan Ratu sebanyak tiga kali. “Aaauhhh…” lenguh
Ratu menahan sakit. Wann langsung mengoles jarinya dengan salep lalu ia
masukkan jarinya ke vagina Ratu yang sedikit basah akibat efek obat
perangsang. “Wann… lo mau apain … aaaihhh..” pertahanan Ratu mulai goyah
dan Peter ikut memanaskan tubuh Ratu dengan meremas-remas payudaranya.
“Ooohhh… geli…. Udah… aaahhh…” desah Ratu.
Setelah setengah jam melakukan pemanasan, wajah Ratu sudah memerah dan
vagina nya sudah sangat becek. “oohhh… masukiinnn… ayooo…” desah Ratu
yang sudah dibawah pengaruh obat terangsang tersebut. Wann masih
memain-mainkan kepala penisnya di bibir vagina Ratu sementara Peter
sudah berdiri di dekat mereka sedang merekam. “Masukin gak ya ???” goda
Wann. “Cepeettt… mmhhh…” Ratu menggoyang pinggulnya. Wann mulai
memasukkan penisnya kedalam vagina Ratu, namun ia keluarkan lagi. “Aahh…
ayo masukiinn penisnya…” pinta Ratu yang sudah sange berat. “Penis ?
Ini kontol. Coba sebut kontol baru gue masukkin.” ledek Wann sambil
kembali menggesek penisnya di bibir vagina Ratu. “Iyaahh… kontooll… ayo
masukiinn kontolnyahhh…” desahan Ratu semakin liar, sementara Wann masih
asyik mempermainkan nafsunya. Tanpa basa-basi, Wann langsung menyodok
masuk penisnya dengan kasar. “Aaauhhh… sakiiittt… aaaihh…” Ratu
berteriak saat penis Wann membobol paksa vaginanya yang masih perawan.
“Tuh langsung gue masukin sampe mentok. Sekarang lo tahan.” Wann
langsung memaju mundurkan penisnya dengan cepat diiringi teriakan Ratu.
Karena lokasi goa sangat jauh dari kawasan perkemahan, tidak ada orang
lain yang mendengar selain mereka bertiga. “Ampuunnn…. Oohhh… iyaahhh…
sakiittt..” teriak Ratu. “Ayo teriak yang keras… jadi makin on fire
gue.” genjotan Wann semakin menggila. Beberapa menit kemudian, Wann
menyodok penisnya dalam-dalam. “Shiittt… gue keluar…. Gue bikin bunting
lo… oohh…” Wann menyemprotkan sperma sambil menyodok-nyodok vagina Ratu.
“Aahh… uuhhhh…ssshhh” suara Ratu mulai melemah tanda kelelahan. Wann
mencabut penisnya lalu ia bersihkan menggunakan mulut dan hijab Ratu.
Ratu terkapar dan vaginanya masih berkedut-kedut mengeluarkan lelehan
sisa sperma dan darah.
Setelah beristirahat, Wann kembali mengenakan pakaiannya. “Bro, your
turn.” Wann mengambil kamera Peter. Peter yang sudah bersemangat
langsung membuka semua pakaiannya dan menghampiri Ratu. “Hai. Mau
rasakan genjotan bule ?” goda Peter sambil memencet payudara Ratu.
“uuuhhh…. Capeekk… tapi mau…” desah Ratu. “Gue bilang apa. Stamina doi
kuat.” ujar Wann. Peter langsung membelakangi Ratu lalu meremas
payudaranya. “Aahh… geli…” Ratu menggelat. Peter meludahi jarinya lalu
ia masukkan ke lubang anus Ratu. “Mmmhhh… itu apaahh… uugghh..” lenguh
Ratu. “Kamu pasti bakal keenakan.” Peter memutar jarinya agar lubang
anus Ratu terbuka. Setelah cukup licin, Peter memasukkan penisnya ke
lubang anus Ratu yang sempit. “Aaahhh… jangan di situhh… di memek aku
ajaahh…. Aaaakkkhhh…” Ratu kembali berteriak keras. Sodokan penis Peter
yang sangat besar membuat lubang anus Ratu menjadi lebar. Dengan kasar
Peter menggenjot penisnya sambil meremas payudara Ratu. “Aaahhh…
sakiiittt…. Ampuunnn…” Ratu berteriak sambil memelas. Peter justru
mencubit puting Ratu hingga teriakannya semakin keras. Setelah 10 menit
menyiksa anus Ratu, Peter melepas penisnya dan tetesan darah keluar dari
anus Ratu yang menganga. “Gila lo konti segede gitu buat jebol pantat.
Bisa ambeien itu anak.” ujar Wann. “Tenang. Saya ada obat salep punya
bapakku. Bakal rapet tapi elastis pantat dia bisa dibobol berkali-kali
hahaha..” ledek Peter sambil menampar pantat Ratu. Kemudian Peter
menjambak kepala Ratu lalu ia cium dengan ganas. Setelah itu, ia
masukkan penisnya ke mulut Ratu sambil dimaju mundurkan. “Oohh… this
slut is really good…” umpat Peter sambil terus menyodok mulut Ratu.
Beberapa saat kemudian, Peter menyemprotkan spermanya didalam mulut
Ratu. “Eat this shit you bitch…” teriak Peter. Ratu yang kelabakan
karena mendapat semprotan sperma yang banyak di mulutnya tersedak dan
sebagian sperma keluar dari hidungnya. Tak tahan dengan siksaan Peter,
Ratu kemudian pingsan. “Woi, gila juga nih bule bocah kayak gitu
disiksa.” ujar Wann diiringi tawa Peter.
Setelah memandikan Ratu dan berpakaian, Wann membopong Ratu diikuti
Peter kembali ke parkiran untuk menyetor tubuh Ratu ke markas BD. Selama
perjalanan, Ratu mulai tersadar dari pingsannya. Saat terbangun,
dirinya dalam kondisi mata dan mulut tertutup serta tubuh terikat. Ratu
hanya bisa menggumam sambil meronta-ronta. “Udah bangun tuh lonte.”
ledek Wann sambil menyetir. “Selow bro… udah mau sampe ini.” ujar Peter.
Sesampainya di markas BD, Wann dan Peter disambut Harun. “Lama bener…
lo jajal dulu ya ?” celetuk Harun. Wann dan Peter hanya tertawa sambil
membuka pintu belakang mobil. “Nih pesenan lo, jaga baek-baek. Ga ada KW
an nya nih.” ujar Wann sambil tertawa. Harun kemudian menyuruh BD
Troops membopong Ratu yang masih terikat dan wajahnya tertutup. “Ohiya,
fisik doi lebih kuat dari Sofi. Lo harus hati-hati.” ujar Wann. “Bisa
diatur itu. Nih sesuai dengan yang lo minta. Lo boleh cabut sekarang.”
ujar Harun sambil memberi koper berisi tumpukan uang ratusan ribu. “I
love money.” Ujar Peter sambil menghirup bau uang didalam koper
tersebut. “Oke thanks bro. Cabs dulu.” Wann dan Peter pergi untuk
merayakan keberhasilan.
Di tempat lain, Nabila, Sofi, Cindy dan Nadya membantu Dea pindahan. Dea
merasa perlakuan BD terhadapnya sudah membuat efek buruk lingkungan
sekitar kosannya. Dea khawatir jika teman satu kosan nya akan jadi
incaran BD sehingga ia memutuskan pindah ke kosan yang baru secara
diam-diam. “Capek juga yah. Kalo ada wonder woman kita bakal cepet
selesai nih.” ujar Sofi. “Si Ratu ? Dia lagi survey buat acara
pelatihan. Lagian kita kan akhwat strong. Masa nyingkirin mafia kampus
bisa angkatin barang gabisa.” ujar Dea. “Loh dia Sendirian ? Ga apa-apa
tuh ?” ujar Nabila. “Kamu tenang aja. Dia kuat dan ditemani sama Wann.
Ga akan ada yang berani deketin mereka.” ujar Dea. “Tapi kan Wann lagi
slight sama kita. Mudah-mudahan ga ada masalah deh.” ujar Nabila cemas.
“Udah kalian tenang aja.” ujar Dea santai. “Kakak-kakak, yuk istirahat
dulu, aku udah bikin minuman spesial nih,” Nadya keluar sambil membawa
minuman dan cemilan. “Adek mu bisa diandalin banget Nab. Siap jadi istri
idaman nih.” ledek Dea. “Ehh.. udah ah. Sof, tolong telpon si Ratu
dong.” ujar Nabila. “Yah pulsa abis nih. Aku WA aja ya.” ujar Sofi
sambil mengetik hp nya. Bukannya mengirim WA ke Ratu, Sofi justru
mengirim WA ke Harun soal informasi Dea pindah kosan. Walau demikian,
Sofi tetap merahasiakan alamat kosan untuk membuktikan kesetiaannya pada
Nabila dan Dea.
Credit to : marcioz

No comments:
Post a Comment