Sejak kejadian malam itu, tidak ada perubahan pada diri Dea. Ia tetap
menjalankan aktivitas normal seperti biasa. Ia ditemani Sofi dan Ratu
masih terus memerangi kegiatan Black Dimension di kampus. Yang berbeda
adalah setiap ia selesai mengusir para anggota BD yang melakukan
kegiatan ilegal, Dea harus mengoral penis mereka sampai puas. Ia
terpaksa melakukan itu karena vagina Dea ditanam alat pelacak yang akan
bereaksi jika Dea melanggar.
Sementara itu, Firda sudah selesai menjalankan sidang dan
dinyatakan lulus. Setelah sidang, Firda diantar oleh Mr. Hans ke sebuah
hotel untuk “merayakan” kelulusan Firda. “Hmm… aku malu pak.” ujar Firda
sambil berdiri depan cermin. Firda hanya mengenakan jilbab dan stocking
merah tanpa bra dan celana dalam. “Kamu udah cantik kok. Selamat ya.”
Hans memeluk Firda dari belakang. “Mmmhh… sabar dongghh…” Firda kemudian
membalik badan lalu mencium Hans dengan ganas. Hans kemudian melepas
ciumannya lalu menggendong Firda. Firda kemudian direbahkan di ranjang
hotel lalu Hans membuka semua pakaian nya. “Pakk… beri aku hadiah
terenak…” Firda melebarkan kedua kakinya sambil mengorek vaginanya yang
sudah becek. Hans langsung menidih Firda dan menyetubuhinya semalaman.
Nasib Cindy sudah mulai berubah. Ia semakin terkenal dan membuat channel
yeotob sendiri dengan subscriber berlimpah. Selain itu, ia juga
memiliki jutaan followers dan mengendorse banyak produk termasuk
diam-diam menjadi model alat bantu seks seperti dildo, vibrator atau pil
perangsang. “Mbak ayo lebih bergairah lagi ekspresinya.” ujar sang
fotografer. Cindy memasang pose mengangkang sambil meremas payudaranya.
Tak lupa eskpresi terangsang seperti di komik hentai pun ia kuasai.
“Bagus mbak. Satu… dua… *ckrek* yak oke sesi selesai.” Cindy kemudian
bangkit dan menghampiri sang fotografer. Ia meremas selangkangan nya
hingga fotografer itu meringis kesakitan. “Lama banget sih. Ga bisa lama
dong nanti.” ujar Cindy. “Iya.. iya yaudah yuk pergi.” ujar fotografer
itu. Cindy kemudian langsung memeluknya dari belakang. “Gausah. Disini
aja mas… Cindy udah pengen banget nih…” mereka berdua kemudian
berpelukan dan pergi ke sebuah kamar pas untuk quickie. Setengah jam
kemudian, Cindy keluar sambil mengemut sperma di jari-jarinya. Vagina
Cindy juga mengeluarkan tetesan sperma yang jatuh ke lantai studio. “Mas
besok dipel lantainya jangan lupa.” ujarnya manja sambil ke kamar
mandi.
Nadya yang selalu terlihat ceria kini menjadi agak pendiam. Setiap
berkumpul, ia hanya ikut sebentar lalu pulang. Nabila mengira adiknya
sedang fokus belajar sehingga ia tidak mencurigainya. Di sisi lain, BD
menyiapkan rencana untuk melakukan serangan final yaitu penaklukan
Nabila sang ketua BEM Pelita Nusantara.
Di markas BD, Raharjo dan kawan-kawan briefing untuk
eksekusi akhir. “Untuk rencana akhir, gue udah ada konsep menarik.” ujar
Raharjo. “Konsep kayak gimana tuh bang ?” balas Riky antusias karena ia
yang memiliki dendam paling besar pada Nabila. “Intinya untuk serangan
final, kita akan menyiksa si lonte itu perlahan-lahan. Ga pakai obat
lagi. Kita rusak fisik dan mentalnya hingga ia menyesal sudah menantang
kita semua.” ujar Raharjo. “Siap bang. Gue bakal perawanin semua
lobangnya trus bikin dia tergila-gila sama kontol.” ujar Riky
bersemangat. Setelah berjam-jam melaksanakan rapat dengan serius, para
anggota BD membubarkan diri sambil menyanyikan mars mereka.
Di Sekretariat BEM
Nabila sedang sibuk dengan laptopnya, ia sedang menyiapkan
LPJ menjelang akhir kepengurusan. Selain Nabila, ada Dea yang sedang
membersihkan ruangan sekre untuk persiapan rapat. “Ini anak-anak kok
ditungguin belum datang ?” keluh Nabila. “Yaa Cindy udah mulai sibuk
sama kegiatan lain. Apalagi kak Firda juga sibuk ngurus wisuda. Si Nadya
kemana ?” tanya Dea. “Dia nyusul. Lagi belajar buat persiapan uas sama
klub perpus itu.” ujar Nabila. Setelah satu jam menunggu, Cindy dan
Nadya hadir bersama Sofi dan Ratu. “Maaf Nab telat. Padahal aku udah
berangkat cepet. Tapi maaf lagi aku kayaknya ga bisa lama-lama juga.”
ujar Cindy. “Yaudah kita mulai rapatnya ya.” Nabila menghela nafas lalu
meminta progress divisi masing-masing.
“Ini kenapa banyak laporan ada acara seni illegal di kampus ? Kemarin
aku sama Dea baru saja bubarin lomba joget di dekat aula serbaguna. Ini
tanggung jawab kamu kan ? Kemana aja akhir-akhir ini ? Aku juga jarang
dapet laporan divisi kamu.” ujar Nabila kepada Cindy. Cindy hanya diam
sambil mengetik hp. “Cin, tolong perhatikan kalo orang ngomong. Aku tau
kamu sibuk, tapi hargai dulu diskusi ini sebentar aja.” ujar Dea.
“Kenapa sih ? Aku dengerin kok. Ini banyak email sama chat yang wajib
aku balas.” ujar Cindy. “Cin, fokus sini dulu ga lama kok abis kamu
jelasin laporan divisi bisa ijin duluan.” ujar Nabila. Cindy semakin
bete lalu ia mengambil tas nya dan meninggalkan sekre begitu saja.
“Cindy, tunggu ! Sofi, Ratu. Tolong catat hasil diskusi kita ya, aku mau
nyusul Cindy.” Dea beranjak lalu menyusul Cindy. “Yaudah, kalo kayak
gini terus LPJ ini aku aja yang bikin sendiri ! Suka-suka kalian deh mau
apa sekarang !” Nabila menutup laptopnya sambil teriak menahan tangis.
Ia sudah tidak bisa mengendalikan emosinya karena teman-teman
seperjuangannya di srikandi tidak menunjukkan semangat seperti
sebelumnya. Sofi dan Ratu diam sambil menunduk. “Kak… tenang kak.” Nadya
berusaha menghibur kakaknya. Dea mengikuti Cindy kemudian terhenti saat
ia duduk di bangku taman kampus sambil menangis. Dea menghampiri Cindy
lalu memeluknya diiringi tangis sesegukan Cindy. “Udah Cin… udah…” hibur
Dea. Setelah merasa reda, Cindy melihat sekeliling lalu menggandeng
tangan Dea. “Bawa motor kan ? Tolong anter ke kosan aku sekarang.”
ujarnya. Dea menuruti Cindy mengantar ke kosan. Selama perjalanan, Cindy
menyandarkan kepalanya yang tertutup helm di punggung Dea sambil
memeluknya dari belakang.
Sesampainya di kosan Cindy, mereka berdua masuk ke kamar Cindy yang
berantakan dan banyak barang endorse bertebaran. “Tolong bantuin aku
dong bersihin kamar.” pinta Cindy. “Random banget kamu Cin. Tadi pas
rapat ngambek sekarang minta aku anter buat bantuin ini ?” ujar Dea.
Mereka berdua kemudian tertawa lepas. “Duh tau gini aku bawa tas.” Keluh
Dea. “Udah, titipin ke Sofia tau Ratu aja.” ujar Cindy sambil mengganti
pakaiannya dengan piyama tipis yang membuat pakaian dalamnya sedikit
tembus pandang. Dea memandang kagum tubuh Cindy yang terlihat dibalik
piyama itu karena selama di kampus ia selalu mengenakan pakaian serba
tertutup. “Woy, bengong aja. Ayo mulai.” tepukan Cindy mengagetkan
lamunan Dea lalu mereka mulai membereskan kamar kosan Cindy.
Sambil membereskan kamar, Cindy curhat pada Dea bahwa ia malas
disuruh-suruh terus oleh Nabila. Ditambah lagi laporan divisinya sering
diminta revisi. “Heran aku sama dia. Padahal di cek lagi ga ada
kesalahan masih aja disuruh benerin.” ujar Cindy sewot. “Yah namanya
juga Nabila. Dia emang perfeksionis jadi semua harus bener-bener rapi.”
Ujar Dea sambil membersihkan debu lemari. “Tapi aku gamau kayak gitu.
Aku gasuka sama orang yang kaku siapapun mau cowok atau cewek.” ujar
Cindy. “Iya aku ngerti kok. Yaudah kamu ngegas sih. Dia kemarin juga
nangis gara-gara itu.” ujar Dea. “Yaudah lah..” Cindy memasukkan
bungkusan sampah ke kantong kresek lalu dikumpul ke pojok meja.
Setelah beres-beres kamar, mereka berdua tiduran di lantai dengan tubuh
penuh keringat karena kosan Cindy tidak ada AC. “Hah… capek juga ya.
Kamu laper ga ? Pesen online aja. Lagi pengen ayam geprek nih pasti
enak...” ujar Cindy. “Yaudah pesen. Aku juga mau yang pedes.” ujar Dea.
Cindy kemudian bangkit lalu melepas piyama nya sehingga hanya mengenakan
jilbab, bh dan celana dalam warna merah. “Cin ! ga salah itu,” ujar Dea
terkejut. “Udah, biasa aja kali. Gerah soalnya, toh kita sama-sama
cewek kan.” ujar Cindy. Diam-diam, Dea menelan ludah melihat bentuk
tubuh Cindy.
Pantat Cindy bergerak naik turun saat ia ingin mengambil minum di cooler
box kecil sisa bazaar. “Kalo mau minum ambil disitu. Masih banyak.”
ujar Cindy. Dea kemudian bangkit namun bukan mengambil minum tetapi ia
juga membuka baju panjang dan rok nya. Dea hanya mengenakan jilbab
panjang dan legging hitam. “Tuh enak kan nggak gerah.” ujar Cindy.
Beberapa saat kemudian pesanan mereka datang. Kamar Cindy ada di paling
depan pintu nya sehingga ia bisa langsung ambil pesanan. “Makasih bang.
Udah pake go-cash ya.” ujar Cindy yang hanya mengenakan pakaian dalam
mengambil pesanan. “Eh… i.. iya neng…” ujar driver. “Kenapa bang
liat-liat ? Pengen ? Mimpi aja sana ada cowokku nih didalam lagi enak.”
ledek Cindy kemudian mengunci kamar kosannya. Driver itu terkejut oleh
kalimat Cindy lalu buru-buru kabur dari kosan itu.
“Gila kamu Cin pakai kayak gitu keluar kamar. Diliat orang malu tau.”
ujar Dea. Cindy hanya tersenyum lalu ia membuka bungkusan makan malam
dan memberi satu bungkus ke Dea. “Ga ada siapa-siapa di kosan, lagi pada
pulkam. Bibi juga rumahnya jauh jadi disini ga ada siapa-siapa.” balas
Cindy sambil makan. Di tengah makan-makan, Cindy tiba-tiba membuka BH
nya sehingga payudara yang masi kencang walau sudah puluhan kali diremas
lelaki menggantung keluar. Tubuhnya berkeringat karena pedas membuat
Dea terheran dan berusaha fokus untuk makan. “Gerah De. Sshh kamu ga
kegerahan apa ?” ujar Cindy kepedasan. “Pedes banget ini, ampe aku
keringetan banget.” ujar Dea. “Mau yang lebih pedes ga De ?” ujar Cindy
menggoda. “Eh, maksudnya ?” balas Dea. Cindy bangkit lalu langsung
mencium Dea yang masih mengunyah makanan. “mmhh… mm” Cindy menjilati
mulut Dea yang masih belum sempat menelan makanan. Dea meladeni ciuman
Cindy sambil membagi sisa makanan di mulutnya. Cindy melepas ciuman lalu
ia telan makanan dari mulut Dea.
Dea kemudian bangun lalu melepas BH dan celana dalamnya. Ia menghampiri
Cindy lalu membopong tubuhnya dan dilempar ke kasur. “Aduh Dea… jangan
banting sembarangan dong.” ujar Cindy. Dea langsung menidih Cindy lalu
menciumi tiap bagian wajah Cindy sambil memeloroti celana dalamnya.
“Cindy… mmmhh…” ujar Dea manja. Kedua wanita itu saling bertindih sambil
berciuman.
Di tempat lain, Nabila sedang berjalan pulang ke kosan nya. Biasanya, ia
diantar Ratu atau Sofi namun kali ini mereka berdua tidak bisa
mengantar Nabila pulang karena ada urusan. Saat memasuki gang dekat
kosan, ia melihat sejumlah preman sedang nongkrong. “Eh mbak,
malem-malem sendirian aja ? abis pulang kuliah ya ?” sapa salah satu
preman. Nabila hanya menunduk sambil berjalan melewati tongkrongan
tersebut. “Sombong banget mbak. Abis putus ya ?” balas temannya. “Abis
ngentot kali dia makanya mau pulang mandi wajib.” celetuk temannya yang
lain sambil tertawa. “Kalian jangan kurang ajar !” Nabila yang dikenal
cukup tegas jika ada perlakuan kurang ajar teriak ke arah mereka. “Tuh
kan bang, kalo ngomongin ngentot langsung nyambung dia.” ledek preman
ketiga.
Mereka bertiga kemudian mencegat dan berdiri mengelilingi Nabila. “Mau
apa kalian ! Kalau macam-macam saya akan teriak !” ujar Nabila tegas.
Kedua preman di belakang Nabila langsung merebut tas Nabila lalu
memegang kedua tangannya. “Lepasin ! Tolong… aakhhh..” teriakan Nabila
tertahan oleh tinjuan preman di depannya. “Ayo teriak lagi. makin
kenceng teriakan lo, bakal balik keluar semua makan malem lo !”
ancamnya. Nabila kemudian menunduk sambil berharap ada pertolongan.
Tiba-tiba, pegangan tangan preman di belakang Nabila melemah dan kedua
preman itu terkapar. Lalu preman yang memukul perutnya langsung
melarikan diri.
Nabila terduduk lemas sambil mengucap syukur. Namun saat ia menoleh
kebelakang, ternyata Riky yang sedang berdiri sambil memegang tas Nabila
yang terjatuh. Nabila kemudian berdiri lalu menghampiri Riky sambil
menunduk.“Makasih.” Nabila langsung mengambil tasnya lalu berjalan cepat
meninggalkan Riky yang masih berdiri sambil melihat Nabila jalan hingga
menghilang di ujung gang. “Yah udah pergi.” Riky kemudian berjalan
kearah sebaliknya sambil memegang kotak kecil.
credit to : marcioz

No comments:
Post a Comment