Seminggu setelah pentas seni berakhir, kegiatan kampus berjalan
seperti biasa. Nabila dan kawan-kawan mulai memperlihatkan kekuatan nya
sebagai tim kepengurusan yang disegani oleh seluruh mahasiswa. Saat
ujian berlangsung, tidak ada mahasiswa yang menyontek maupun melakukan
transaksi jual beli salinan soal asli yang biasanya dilakukan oleh Black
Dimension. Perlahan-lahan para senior Black Dimension mulai menghilang
dari peredaran sehingga trio Dea, Sofi dan Ratu tidak menemukan halangan
berarti.
Walau demikian, BD diam-diam sengaja mundur sesaat untuk mengatur
strategi selanjutnya. Hari ini seluruh anggota BD beserta BD Troops
berkumpul di sebuah resort pulau pribadi milik Raharjo untuk rapat
sekaligus berlibur setelah menjalani satu semester yang berat. Ia juga
membawa Sofi dan Cindy sambil menyuruh mereka berbohong ke Nabila untuk
tidak ikut rapat membahas ospek.
“Gue akuin semester ini kita mengalami kemunduran yang
sangat drastis. Semua gara-gara cewek-cewek srikandi sialan itu. Tapi,
semester besok akan menjadi titik balik kita untuk menghancurkan mereka.
Kita sudah punya dua peliharaan ini.” Raharjo membuka sambutan sambil
merangkul Cindy dan Sofi yang hanya mengenakan jilbab dan pakaian dalam.
“Kalian berdua tahu kan harus ngapain selama disini ? Kalian harus
layanin kita semua sampai puas. Setelah itu kalian boleh liburan disini
tapi tidak boleh pake baju. Kalian Cuma boleh pake jilbab kalian di
pulau ini. Paham ?” ujar Raharjo kepada Cindy dan Sofi. Mereka berdua
kemudian mengangguk.
Acara pertemuan berlangsung khidmat dan menghasilkan
sejumlah keputusan yang akan membuat BD semakin kuat. Para senior yaitu
Raharjo, Harun, Udin dan Wahyu menyerahkan tonggak kepemimpinan BD
sekaligus mendeklarasikan BD Inner, BD Outer dan BD Troops. BD Outer
berisikan para senior BD beserta orang-orang luar yang berafiliasi
dengan BD namun tidak ikut mengambil keputusan secara langsung. BD Inner
merupakan para pentolan baru BD yang dipimpin oleh Riky, Ilham, Dirman,
Anto dan Anton. BD Troops adalah sebutan para mahasiswa Univ Pelita
Harapan yang bergabung dengan BD. Agar pergerakan semakin mulus, Raharjo
dan Riky membuat tiga logo berbeda yang memisahkan BD Inner, Outer dan
Troops seolah-olah Black Dimension benar-benar sudah semakin lemah. BD
Inner menggunakan akronim Book Diamonds dan berkedok sebagai organisasi
klub belajar. Sedangkan BD Outer tetap menggunakan nama Black Dimension.
BD Troops menyebar masuk ke Inner dan Outer. Dikoordinir oleh Dirman
(Inner) dan Wahyu (Outer).
“Jadi sepakat semuanya. Mulai detik ini, tidak akan ada yang
bisa menghentikan kita !” seru Raharjo disertai sorak sorai semua
peserta di resort tersebut. “Sekarang acara utama kita, kalian berdua
joget striptis di depan lalu lakukan adegan lesbian !” Raharjo mendorong
Cindy dan Sofi. Cindy langsung mengeluarkan goyangan andalan nya sambil
membuka celana dalam dan melepas bra nya. Adegan tersebut membuat para
penonton mengocok penis mereka masing-masing untuk memasukkan sperma ke
botol yang sudah disediakan. Sementara Sofi masih canggung dan sedikit
kaku sehingga membuat penonton agak kecewa. “Cin, panasin tuh cewek lo
yang galak.” perintah Raharjo. Dengan sigap, Cindy memeluk Sofi dari
belakang sambil meremas kedua payudara Sofi. “Ahhh.. Cin… Jangan
keras-keras…” erang Sofi. Erangan Sofi membuat penonton kembali
bersemangat.
Sofi kemudian membalikan badan lalu mencium Cindy dengan
ganas. “mmmhhh…. Ssllrrpp… aahhh… mmhh…” ciuman kedua gadis itu
berlangsung panas dan intens. Bibir mereka sudah basah dengan air liur.
Setelah berciuman, Cindy menjilati pipi Sofi sambil mengelus
selangkangannya yang sudah basah. “Cindy… stoopp.. aahhh…” Sofi
menggelinjang. “Enak kan sayang ?” goda Cindy sambil menciumi payudara
Sofi. Desahan-desahan Sofi membuat penonton semakin menggila bahkan
membuat sebagian penonton orgasme lebih awal. Setelah 10 menitan, Cindy
mempercepat gerakan tangannya di memek Sofi. “Cin… gw keluaarr….
Aaaahhhkkk….” Tubuh Sofi mengejang dan vaginanya mengucurkan cairan
bening. Tubuh Sofi ambruk menidih Cindy. Mereka berdua kemudian kembali
berciuman sambil menggesekkan tubuh masing-masing.
“Sekarang gentian.” Sofi bangkit lalu mengambil double stick
kebanggaannya di dekat Raharjo. Sofi kemudian melebarkan kedua kaki
Cindy lalu memasukkan double stick tersebut kedalam vaginanya. “Sofi…
uuhhh…” lenguh Cindy sambil tangannya memegangi tangan Sofi. “Ga sakit
kok.” Goda Sofi sambil memaju mundurkan benda tersebut. Aksi Sofi
membuat pertahanan penonton yang tersisa mulai runtuh. “Sovvii… aahh…
enaaakk… teruss… yang dalemm… ooohhh…” kali ini desahan Cindy yang
membuat hampir seluruh penonton menyemprotkan sperma nya ke botol yang
disediakan. Sofi semakin mempercepat gerakannya sambil memainkan puting
Cindy yang mengeras. “Aaahh… sofiii…. Ampuunn… aaakkkhhh….” Cindy
mengejang lalu vaginanya berkedut dan memuncratkan cairan vaginanya
kearah Sofi. Bersamaan dengan itu, seluruh penonton telah duduk
kelelahan setelah menguras sperma mereka ke beberapa botol dan ember
besar. Cindy dan Sofi kemudian tergeletak sambil mengatur nafas
masing-masing.
“Bagus, kalian berdua sudah mengalami perkembangan dengan
baik.” Ujar Raharjo sambil mengusap kepala kedua gadis itu diiringi
tepuk tangan penonton. Raharjo beserta Riky kemudian mengangkat Cindy
dan Sofi lalu didudukkan bersebelahan di sebuah kursi. “Ini hadiah buat
kalian berdua.” Raharjo menyiramkan ember penuh sperma ke tubuh Cindy,
sementara Riky juga melakukan hal yang sama ke tubuh Sofi. Kedua gadis
itu kini bermandikan dengan sperma sisa para penonton. Raharjo kemudian
mengambil botol berisi sperma lalu ia cekoki kearah Sofi. “Lo telen
sampe habis !” ujar Raharjo sambil sesekali menyodok botol tersebut
hingga membuat Sofi tersedak. Setelah itu, Raharjo mengambil botol
lainnya dan mencekoki Cindy. Riky beserta jajarannya mengambil botol
yang tersisa lalu disirami ke tubuh Cindy dan Sofi secara bergantian.
Setelah semua botol habis, para anggota BD mengeluarkan hp dan kamera
masing-masing untuk memotret kedua gadis itu. Lalu, Cindy dan Sofi
ditinggalkan diruang tengah dalam kondisi penuh sperma.
Setelah libur panjang semester, kampus Pelita Nusantara
kedatangan mahasiswa baru. Nabila dan kawan-kawan menyelenggarakan
kegiatan orientasi dengan lancar. Seluruh kegiatan orientasi diisi oleh
acara-acara pendidikan moral dan keagamaan dibantu oleh pengamanan yang
ketat oleh Dea beserta dua anak buahnya yaitu Sofi dan Ratu. Nabila
bersyukur bahwa BD tidak melakukan tindakan criminal beberapa bulan
terakhir. Walau demikian, Nabila tetap waspada sehingga ia mengundang
para petinggi organisasi untuk rapat besar serta sosialisasi kebijakan
yang tanpa disadari akan menjadi masalah baru baginya.
Selama kegiatan orientasi berlangsung, ada seorang mahasiswa yang
menarik perhatian terutama para mahasiswi. Dia adalah Peter, mahasiswa
asal Australia yang memilih kuliah di Pelita Nusantara karena ikut
ayahnya ke Indonesia. Peter memiliki fisik dan tampang khas bule
sehingga ia diidolakan oleh para mahasiswi. “Nab, lo liat itu ? Kita
harus menyadarkan mereka agar tidak terjerumus kearah yang salah.” Firda
menasihati Nabila. “Kalau ia daftar magang di BEM tolak aja. Demi
kebaikan kita semua.” ujar Dea. Nabila hanya mengangguk.
Seminggu setelah acara orientasi, para ketua organisasi
kemahasiswaan berkumpul di ruang sekre BEM untuk mengadakan rapat.
“Terima kasih sudah hadir dalam rapat ini. Saya akan memberikan
sosialisasi kebijakan terkait penggunaan dana untuk acara organisasi.”
Nabila kemudian memberi gambaran mengenai kebijakan anggaran kampus yang
membuat sejumlah ketua organisasi besar mulai gerah. Karena, BEM akan
menolak proposal pengadaan acara yang memiliki anggaran berlebih dan
seluruh kelebihan dana harus dikembalikan ke BEM disertai laporan
lengkap. “Gue kurang setuju dengan pendapat lo Nab. Organisasi kami
hidup dari dana operasional yang berasal dari lebihan dana tersebut. Toh
lebihan dana itu asalnya dari sponsor, bukan dari uang kampus.” ujar
Wann, ketua Badan Keamanan Kampus. “Biasanya gue setuju dengan kebijakan
lo Nab. Tapi untuk sekarang gue ga setuju.” timpal Sam, ketua Badan
Dakwah Kampus. Kedua organisasi besar ini memang menggunakan dana
lebihan kepanitiaan dari sponsor untuk operasional. Lebihan uang kampus
baru mereka serahkan ke BEM.
“Mohon maaf, kami melakukan ini untuk kebaikan kalian juga. Kita tidak
boleh mengambil lebihan uang sembarangan. Harus ada laporannya.” balas
Nabila. Suasana rapat berlangsung cukup panas. Wann beberapa kali beradu
argumen dengan Nabila hingga membuatnya ingin pergi dari ruang rapat.
“Gue ga akan tandatangan disitu. Gue cabut.” Wann menendang pintu ruang
sekre lalu pergi. Diikuti beberapa ketua organisasi lain yang tidak
setuju. Hanya tersisa beberapa ketua yang bertahan beserta Sam. Satu
persatu, ketua yang tersisa menandatangani surat persetujuan. Namun,
saat kertas itu tiba di Sam ia mengopernya ke ketua lain. “Loh Sam ga
tandatangan ?” ujar Ifah, ketua keputrian. Sam kemudian bangkit lalu
meninggalkan ruang rapat. “Sam ! tungguin !” Ifah menyusul Sam keluar.
Aksi walk out dua organisasi besar menjadi perbincangan baru dan kabar itu sampai ke telinga para petinggi BD.
credit to : marcioz
No comments:
Post a Comment