Saturday, September 29, 2018

Dira (Inilah Yang Kumau) Part 17



Senin pagi yang cerah. Aku berjalan santai menyusuri jalanan komplek perumahanku. Aku baru saja membeli lontong di depan komplek untuk serapan. Karena tempatnya yang tidak begitu jauh, jadi ku putuskan untuk jalan kaki saja. Pagi-pagi begini suasana sekitar komplek perumahanku memang cukup ramai. Baik oleh pejalan kaki sepertiku maupun kendaraan yang berlalu lalang. Soalnya memang jam berangkat kerja dan berangkat sekolah sih. Aku sendiri free hari ini, gak ada jadwal kuliah.

Aku hanya memakai baju tidur piyama dan celana panjang warna pink saat ini. Untuk jilbabnya aku memakai jilbab sorong yang simpel warna item. Ya iya, ngapain juga pakai baju bagus-bagus amat untuk beli lontong. Pakai baju tidur gini aja udah banyak mas-mas dan bapak-bapak melirik aku >,<


Piyama ini cukup longgar, tapi aku tetap merasa seksi karena dibaliknya aku tidak memakai apa-apa. Yup! aku gak pake apa-apa dibalik piyama ini! Itu membuat dadaku berdebar terus dari tadi. Perasaanku campur aduk antara horni dan takut ketahuan. Gawat juga kan kalau aku yang biasanya dikenal sebagai gadis baik-baik oleh tetangga ternyata keluyuran di komplek tidak memakai dalaman. Bisa rusak imageku. Bisa jadi bahan perbincangan tetangga ntar. Bisa dilaporin ke Papa Mama!

Tapi emang perasaan takut ketahuan itu juga sih yang bikin aku tambah terangsang. Malahan belakangan ini sudah jadi kebiasaan bagiku jika keluar rumah tidak memakai bra maupun celana dalam. Baik di lingkungan tempat tinggal ataupun ke kampus. Ya, di balik pakaianku yang sopan, tertutup dan berjilbab itu aku tidak memakai dalaman!

Meskipun berdebar-debar tapi untungnya aku tetap bisa santai. Kalau grogi malah ketahuan nanti. Kalau ketemu tetangga di jalan aku juga menyapa dengan ramah, baik ibu-ibu ataupun bapak-bapak. Mas-mas yang menggodaku juga ku balas dengan senyum manis. Pokoknya gak boleh sombong di hadapan tetangga, hihi.

Dan... akhirnya aku sampai juga di depan rumah. Rasanya lega banget. Aku sebenarnya tidak berharap terjadi hal yang aneh-aneh sih, karena seperti yang aku bilang tadi, aku harus tetap dikenal sebagai gadis baik-baik oleh tetanggaku. Hanya saja aku menyayangkan momen yang terlalu cepat ini. Aku merasa belum puas. Aku ingin ada cowok-cowok yang melihat aurat-auratku. Aku ingin ada cowok-cowok yang melihat bagian tubuhku yang tidak seharusnya dipertontonkan itu.

Hufht! Ya udah deh... Semoga nanti ada kejadian seru. Semoga ada tamu asing yang bertamu ke rumahku sehingga aku bisa pamer aurat lagi. Aku pengen ada laki-laki yang melihat auratku dan memuji tubuhku. Karena ketika tubuhku dilihatin sambil dipuji-puji itu rasanya menyenangkan, bahkan selalu sukses bikin aku horni berat. Oh iya, kiriman paketku kan mau datang lagi hari ini, mungkin agak siangan nanti datangnya. Jika itu mas-mas yang biasa nganterin, berarti... aku punya janji yang harus ditepati!

Janji tersebut adalah janji untuk nunjukin aurat, janji untuk telanjang bulat di depan si abang kurir, dan kalau aku masih berpakaian waktu dia datang, maka aku dengan kerelaan hati harus bersedia ditelanjangi olehnya. Hmm... sebenarnya aku nyesal sudah berjanji seperti itu padanya. Aku udah kayak perempuan murahan aja. Aku kelewat horni waktu itu. Bisa-bisanya aku sampai janjiin begitu sama orang yang bukan siapa-siapa seperti dia. Sebuah janji yang tentunya nggak pantas diucapkan oleh gadis dari keluarga baik-baik sepertiku kan? Seriusan aku akan bugil gitu aja di depan dia? Kalau dia macam-macam gimana? Tapi... ya udah deh, aku udah terlanjur janji. Aku emang pengen ada cowok yang melihat aku bugil kan? Jadi ya udah... tapi aku berharap kalau abang kurir itu tidak akan macam-macam dan meminta lebih. Semoga. >,<

Sebelum membuka pintu dan masuk ke dalam rumah, aku tiba-tiba memikirkan sesuatu yang nakal dan nekat. Aku ingin bertelanjang bulat sebelum masuk rumah. Kayaknya seru. Aku perhatikan keadaan sekitar. Sepertinya cukup aman. Dengan cepat ku buka jilbab, lalu dilanjutkan dengan membuka baju dan melorotkan celana panjang piyamaku. Aku kini telanjang bulat di teras! Biasanya aku membugilkan diri ketika sudah di ruang tamu, tapi sekarang malah di depan rumah, pagi-pagi waktu lingkungan komplek sedang rame pula. Sungguh nekat! Cari masalah terus nih akunya. Biarin... Abisnya asik sih, deg-degkannya itu lho... nagih!

Setelah bugil barulah aku buru-buru masuk ke rumah sambil memungut pakaianku. Kalau lama-lama ntar beneran dilihat sama tetangga. Kan gawat kalau kepergok, hihi. Akhirnya bisa bebas dari pakaian tanpa nutup-nutupin aurat lagi. Padahal gak sampai setengah jam aku keluar rumah tadi, tapi udah kayak risih aja pakai baju dan jilbab. Aku ingin sesering mungkin merasakan momen-momen tanpa busana, khususnya ketika sendirian di rumah. Di rumah ini, tidak ada aturan yang bisa menghalangiku, aku punya aturan sendiri. Pokoknya kalau di rumah aku wajib bugil, kalau nutupin aurat itu dosa besar! Duh, kok aku jadi memutar balikan aturan gini sih!? Haha.

Tapi aturan itu akan gak berlaku untuk sementara waktu. Soalnya orangtuaku mau datang, nengok anak gadis mereka satu-satunya ini. Mulai besok aku untuk sementara gak bisa dulu melakukan hal-hal yang tak sepantasnya dilakukan itu. Jadi aku ingin nikmati hari ini dengan baik sebelum terkekang aturan-aturan mereka >,<

Begitu di dalam, aku langsung menuju dapur untuk mengambil piring dan menyantap serapan pagiku. Aku makan sambil bugil di depan tv. Cuma bisa makan sendiri tanpa ada yang menemani.

Hmm, tiba-tiba aku kepikiran, jika nanti aku bersuami, apakah dia bakal ngebolehin aku keluyuran bugil seperti ini di dalam rumah. Kalau dia gak ngebolehin juga gak apa sih, sebagai istri yang baik tentunya aku harus turutin kata suami. Tapi kalau suami lagi di rumah aja aku nurutnya, kalau suami gak di rumah aku pengen tetap bugil aja, haha. Aku juga kepikiran, apa nanti kalau aku udah bersuami aku juga akan berhenti pamer aurat ke cowok lain? Atau tetap tunjukin auratku ke pria-pria yang bukan muhrimku ya? Aku kan masih pengen dipuji-puji banyak orang, gak cuma dipuji suamiku aja, hmm...

Ish, jauh banget ya ngelamunku sampai membayangkan punya suami segala. Tapi mungkin emang asik sih kalau udah punya suami. Jadi kalau lagi horni bisa langsung gituan, hihihi. Tentunya udah banyak cowok yang antri untuk jadi suami aku. Orangtuaku bahkan katanya udah siapkan jodoh untukku kalau aku lulus kuliah nanti. Tapi aku belum pengen cepat-cepat nikah. Aku masih pengen nikmatin masa muda aku. Masalahnya, aku kuat gak nahan horni sampai aku nikah nanti? Bisa gak menjaga perawanku untuk suamiku kelak? Menimbang aku yang makin hari makin gampang horni, kayaknya susah deh. Berkali-kali aku malah nyaris memohon untuk disetubuhi karena saking horninya. Vaginaku betul-betul gatal pengen dijejalin penis. Ugh... Pa.. Ma... Zina itu kok dosa sih Ma? Dira kan pengen... Pliss Papa Mama... izinkan Dira berzinah dong...

Hufht... sedang makan malah horni sendiri gara-gara ngelamun gak jelas. Akhirnya aku malah jadi masturbasi daripada menghabiskan serapanku. Ku singkirkan piring berisi lontong sayur yang belum habis itu ke atas meja, dan malah asik mendesah-desah sambil ngucek-ngucek klirotisku dengan posisi tiduran di atas sofa. Aku membayangkan lagi digenjot laki-laki. Betul-betul gampang horni sekarang! Kok bisa gini ya akunya sekarang? Ajaran agama dari orangtuaku gak kuat lagi membendung jiwa lonteku! Duh, kok aku malah memikirkan kalau aku punya jiwa lonte sih? Makin horni kan akunya... >,<

Gak cuma gampang horni, tapi aku juga mudah banget dapet orgasme. Dalam waktu singkat aku udah orgasme ajah. Tubuhku kelojotan didera orgasme yang luar biasa nikmat sampai-sampai tubuhku jatuh sempoyongan ke lantai. Area selangkanganku jadi basah banget, sofa tempat ku berbaring tadi juga tampak basah dibuatnya.

Tapi tentunya aku tidak puas jika hanya sekali aja. Aku kemudian pindah ke kamar biar lebih nyaman. Terus ngobel-ngobel memek lagi di atas tempat tidur hingga orgasme berkali-kali. Sendirian aja udah asik gini, apalagi kalau ada temannya, haha. Seandainya ada Ochi dan Fadel, pasti bakalan lebih seru. Aku bisa gila-gilaan bareng mereka. Biasanya ada Eko sih... Ish, tuh kan jadi ingat-ingat Eko lagi akunya!

Tapi emang dengan Eko sih yang paling asik. Entah kenapa, feel yang aku rasakan saat bersamanya tidak sama jika dengan cowok-cowok lain. Aku percaya padanya. Aku sampai rela membiarkan tubuhku dieksplor habis-habisan oleh bocah itu. Bahkan terakhir kali berjumpa aku sampai memohon untuk disetubuhi olehnya. Gila emang. Aku juga heran kenapa aku sampai segitunya dengan Eko. Tapi apapun itu, sekarang udah gak bisa lagi. Sekangen apapun aku dengan momen berdua dengan bocah itu, keadaan sudah tidak sama lagi sekarang.

Ya udahlah, mungkin memang itulah yang terbaik untukku dan untuk Eko. Semoga dengan tidak adanya Eko aku bisa menahan diriku untuk tetap perawan sampai nikah nanti. Semoga aku tidak menemukan cowok lain yang bisa bikin aku menyerahkan segalanya seperti dengan Eko. Tapi jikapun ada, jika aku menemukan pria yang membuatku nyaman, aku tidak akan menahan diri lagi untuk memberikan segalanya, termasuk keperawananku, tanpa harus menunggu nikah terlebih dahulu. Tapi dengan siapa? Adeknya Ochi? Aku baru kenal dengannya. Tapi dulu waktu baru kenal dengan Eko aku langsung merasa nyaman kan? Jadi ini pastinya bukan masalah baru kenal. Dodi? Tidak... dia hanya teman... aku bahkan sudah lama tidak berhubungan dengannya. Riki dan kawan-kawan apalagi, mereka cuma beruntung aja jadi temannya Eko. Cowok-cowok lainnya juga hanya jadi objek pelampiasan kebinalanku aja. Hmm.. entahlah, sekarang aku jalani saja hari-hariku. Lihat nanti aja apa yang akan terjadi.

Hooaaammm.... karena kecapekan setelah berkali-kali orgasme akibat masturbasi barusan, akupun jadi mengantuk. Hmm... Aku tidur lagi aja deh mumpung libur. Masih jam 8 pagi juga, hari masih panjang untuk malas-malasan, haha.

***

Dering ponsel membangunkan aku dari tidur. Segera kuraih hapeku dengan mata yang masih terpejam. Aku pikir mamaku yang menelpon, tapi setelah ku lihat nama pemanggilnya ternyata dari Riki. Pengen ku matikan sebenarnya karena malas, tapi akhirnya ku terima juga.

“Halo...”

“Pagi kak Dira yang cantik dan seksi... baru bangun ya?” Sapa Riki. Dia bisa menebak dengan tepat! Sepertinya jelas banget dari nada suaraku kalau aku baru bangun >,<

Aku lihat jam dinding di kamar, ternyata sudah jam sepuluh. “Ya gitu deh... kakak baru bangun... Ada apa Ki?”

“Aku mau ke rumah kakak hari ini boleh kak?”

“Hah? Ngapain?”

Riki kemudian menjelaskan kalau dia ingin dibantuin bikin tugas. Ugh, malas banget. Tu bocah kan mesum banget. Di antara teman-temannya dialah yang otaknya paling cabul. Pasti repot deh ntar kalau dia main ke rumah.

“Emang gak bisa bikin sendiri?” Aku mencoba menolaknya secara halus.

“Gak bisa kak... aku gak pandai” jawabnya. Aku tidak bertanya tugas apa itu karena aku memang tidak tertarik. Hari ini aku pengen malas-malasan aja seharian mumpung libur.

“Kamu coba sendiri dulu deh ya...”

“Yah kakak.... Udah dekat rumah kakak nih...”

“Biarin! Dah dulu ya.... bye....” langsung saja ku tutup telepon. Malas ladeni dia lama-lama. Aku lagi gak tertarik bantuin dia. Biarin deh dia kecewa. Karena sudah terlanjur bangun, aku bersih-bersih rumah sedikit, lalu pergi mandi.

Selesai mandi, aku baru ingat kalau aku tidak membawa handuk. Mana udah basah-basahan gini. Ya udah deh lanjut nanti handukan di kamar aja. Karena gak bawa handuk jadi terpaksa deh telanjang sambil basah-basahan gini. Sebenarnya gak terpaksa sih, malahan senang, haha.

Kyaaaaaah!! Betapa kagetnya aku saat melewati ruang tamu, di sana sudah ada Riki dan kawan-kawan yang sedang melongo melihat ketelanjanganku. Tentunya dengan reflek aku langsung menutup bagian-bagian terlarangku walaupun mereka berempat sudah pernah liat aku telanjang sebelumnya. Aku langsung bentak mereka karena sudah seeenaknya masuk rumahku tanpa izin.

“Kakak sih... pintunya gak dikunci, untung kita yang masuk... kalau rampok pasti udah habis...” balas Arman membela diri.

“Tapi kan gak berarti kalian bisa seenaknya masuk ke rumah kalau pintunya gak dikunci... lagian kamu udah kakak bilang jangan datang, malah datang juga!” ucapku membentak Riki. Udah ku tolak gak ngerti juga!!

“Hehehe,” Riki hanya garuk-garuk kepala. Entah beneran gatal atau nggak, tapi mungkin gatal beneran, dia kan dekit banget.

“Terus kalian ngapain kesini pagi-pagi? Gak sekolah emang?” tanyaku pada mereka.

“Sekolah kok kak, cuman pulang pagi, guru-guru rapat” jawab Didik.

“Iya kak.. kan lagian aku mau dibantuin bikin tugas sama kakak, hehe” sambung Riki. Aku yakin bikin tugas itu cuma alesan doang. Aku udah tahu banget niat mereka yang sebenarnya. Huh! Mengganggu waktu bersantaiku aja! Tapi senang sih akhirnya ada cowok-cowok yang melihat aurat-auratku lagi. Ah, gak jelas nih akunya. Aku kesal sama mereka, tapi juga senang. Ish, gak boleh! Aku gak boleh keblablasan terlalu senang bugil di depan mereka. Ntar mereka ngelunjak! >,<

“Ya udah, kakak mau pakai baju dulu,” ucapku kemudian pergi ke kamar. Karena ku pikir memang sebaiknya aku pakai baju aja. Aku gak pengen mereka ngelunjak minta yang aneh-aneh lagi, apalagi sampai minta pengen gituan denganku.

Mereka tentu saja langsung bersorak kecewa saat aku ke kamar untuk memakai baju, tapi aku gak peduli, haha. Gak tanggung-tanggung aku memilih pakaianku. Aku memakai pakaian yang benar-benar tertutup lengkap dengan jilbab! Atasannya kemeja, dan bawahannya rok panjang. Aku yang tadinya bugil polos di hadapan bocah-bocah mesum itu, kini berpakaian lengkap serba menutup aurat.

“Jadi apa tugasnya??” tanyaku ke mereka.

“Ini tugas untuk perbaikan nilai kak, yang nilainya jelek cuma aku aja, hehe” jawab Riki sambil cengengesan. Ternyata yang mendapat tugas hanya Riki. Terus ngapain mereka semua datang rame-rame ke sini!? Kelihatan banget niat mereka -,-

“Ish... nilai jelek malah cengengesan! Bangga ya?” ledekku. Teman-temannya tertawa. “Ya udah apa nih tugasnya?” tanyaku lagi.

Rikipun menjelaskan. Dia minta dibikinin pidato untuk tugas bahasa Indonesianya. Ya ampun nih anak. Bahasa Indonesia aja dapat nilai jelek. Parah banget.

“Ya udah kakak bantuin, tapi sebagai gantinya nanti kamu bantuin beresin halaman, udah berantakan banget gak ada yang urus” ujarku pada Riki. Ya, semenjak Eko tidak di sini lagi, memang tidak ada lagi yang mengurus halaman dan kebunku. Apalagi besok orangtuaku mau datang. Aku ingin halaman terlihat rapi. Riki langsung mengiyakan.

Tanpa berlama-lama lagi segera ku kerjakan tugasnya itu biar cepat selesai. Aku mengerjakannya di ruang tengah di depan tv. Mereka semua ngikut duduk mengelilingiku.

Sambil mengerjakan tugasnya, aku lihat Riki dan teman-temannya dari tadi asik ngelirik-lirik aku terus. Padahal aku udah pakai baju lengkap gini, tapi mata mereka masih juga gak jauh-jauh dari aku. Meskipun risih tapi aku senang sih diperhatikan. Aku malah jadi horni dipandangi gitu. Aku justru ingin tampil semakin cantik di depan mereka. Ku ambil kacamata bacaku yang kebetulan ada di sana dan kukenakan. Mereka semua langsung terpana melihatku.

“Kak Dira cantik banget... aku suka lihatnya... pakai kacamata gitu jadi tambah imut,” puji Riki

“Makasih...”

“Kok bisa sih kak kakak cantik gini? Hehe” tambahnya lagi.

“Gak tau deh, udah dari sananya...” aku membalas godaannya seadanya, pura-pura gak tersanjung. Padahal senang banget!

Bukannya bantuin, yang punya tugas malah terus muji-muji aku. Teman-temannya juga ikut-ikutan muji-muji aku. Yah, gak apa deh. Pujian mereka bikin aku semangat. Mereka sepertinya tahu banget kalau aku senang dipuji. Aku berkali-kali tersenyum dan tersipu malu mendengar pujian mereka. Betul-betul bikin aku semangat. Kalau gini sih aku mau aja bikinin tugas sekolah mereka terus. Ah, gak jadi deh... repot, hahaha.

Akhirnya setelah beberapa saat selesai juga. Gak susah banget padahal. Si Riki ini aja yang malas bikin!

“Tuh udah selesai”

“Hehehe, makasih kak”

“Iya... Dah kan? waktunya kalian pulang kan?” ujarku berharap mereka segera pulang. Tapi aku yakin tidak semudah itu.

“Yah... nanti dulu dong kak... masih pengen di sini,” Ternyata memang benar! Ish, sialan. Aku nyesal deh terlalu manjain mereka!

“Iya kak, nanti dong...” ujar mereka.

“Mau ngapain lagi emang?” tanyaku kesal.

“Mau temenin kakak, kakak pasti bosan kan sendirian di rumah, hehe” jawab Riki.

“Nggak kok... siapa bilang bosan... Malah asik tau sendiri! Bisa bebas telanjang.... trus bisa enak-enak sendiri”

“Ah... kak Dira gak ngajak-ngajak... enak-enak ngapain kak?” tanya Arman antusias.

“Ada deh... Gak perlu kakak ceritain ke kamu,”

“Yah kakak... Mau ikut kak.... mending sama aku kak, pasti lebih enak, hehe” goda Riki.

“Yee... ngarep! Gak mau!”

“Kak... telanjang dong....” kata Riki lagi.

“Tadi kan udah” balasku singkat.

“Lagi kak...” balasnya.

“Padahal udah cantik banget tadi bugil, kenapa pakai baju dan jilbab segala sih? hehehe” Timpal Fikri.

“Kak Dira yang cantik dan yang seksi dan yang selalu menggoda... telanjang dong...” ujar Arman ikut-ikutan.

“Hihihi... Segitunya pengen lihat kakak telanjang lagi?”

“Iya kak... pengen lihat kakak telanjang lagi, hehe” jawab mereka.

“Hmmm... Ntar kakak kalian perkosa lagi kalau telanjang” balasku.

“Gak kok kak... janji”

“Serius?”

“Serius kak...suer!”

“Hmm... Telanjang gak ya...”

“Ayo dong kak telanjang aja...” Duh... mereka terus-terusan merayuku. Mau gak mau bikin aku horni juga mendengar rayuan mereka. Ugh...

Saat mereka lagi asik-asik godain aku, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu depan. Jantungku langsung berdebar kencang mengira-ngira siapa lagi yang datang. Akankah si kurir? Darahku berdesir begitu melihat ke luar jendela kalau ternyata orang itu beneran si abang kurir yang biasa, dan aku punya janji padanya! Duuhh... Apa yang harus aku lakukan??

Kepalang tanggung deh... aku udah horni gini, sekalian aja.

“Kalian pengen lihat kakak telanjang lagi kan? Nih kakak kabulkan keinginan kalian... Tapi kalian cuma boleh lihat dari jauh, jangan berisik, kayak waktu itu,” ucapku pada Riki dan teman-temannya. Mereka tampak bingung mendengar perkataanku.

Aku kemudian menuju pintu depan dan membukakan pintu setelah si kurir mengetuk beberapa kali. Si abang kurir langsung sumringah begitu melihatku. Kemudian ku lihat raut wajahnya agak kecewa melihatku berpakaian lengkap. Tapi hanya sebentar saja raut kecewanya karena dia kembali sumringah, pasti teringat kalau aku punya sebuah janji padanya.

“Mbak Dira cantik bener,” ucapnya.

“Makasih... ”

“Mau pergi ya? Mau ke kampus?”

“Gak kok... di rumah aja, kenapa?” aku balik bertanya.

“Kirain mau pergi... atau lagi ada orang ya di dalam? ”

“Gak... aku sendirian kok...” ucapku berbohong. Padahal Riki dan teman-temannya lagi ngintipin aksiku sekarang entah darimana. “Karena aku pakai baju ya? Kan emang sewajarnya aku nerima tamu pakai baju dan nututpin aurat,” sambungku. Bisa-bisanya aku ngomong begitu ^o^

“Iya sih, hehehe.. tapi mbak Dira mau pakai baju atau gak tetap sama kok cantiknya,” ujarnya mancing-mancing. Udah ngarap nih kayaknya.

“Hayo jujur... cantikan mana?” godaku senyum-senyum.

“Hmmm... cantikan gak pakai baju, hehe...”

“Hmm... terus?”

“Mbak Dira telanjang dong... saya telanjangi ya... mbak Dira udah janji kan? Hehehe”

Duh... beneran nih akunya ditelanjangi gitu aja depan dia? Murahan banget akunya. Tapi aku udah horni. Lagian aku juga sudah janji.

“Hmm... paketnya dulu mas mana” balasku.

“Hehehe, iya... ini mbak... paket spesial untuk mbak Dira yang cantik,” ujarnya sambil menyerahkan paket. Setelah aku menerima paket dan tanda tangan bukti terima, dia masih saja cengengesan mesum padaku. Jelas sekali kalau dia gak sabar untuk melihat aku kembali bugil di depannya. Akupun juga udah deg-degkan dari tadi. Meski sudah sering pamer aurat di depan laki-laki, tapi perasaan berdebar itu selalu muncul.

“Hmm... mas siapa namanya? lupa...”

“Budi”

“Eh, iya mas Budi.. hmm.... Ya udah... karena Dira udah janji seperti itu Dira tepati deh... mas Budi boleh lucuti pakaian Dira sampai Dira telanjang bulat di depan mas...” ucapku sambil memasang senyum semanis mungkin. Dia tampak menelan ludah mendengar aku berkata seperti itu. Kayaknya dia emang senang banget ada cewek secantik aku berkata seperti itu padanya. Aku sendiri malu banget berkata demikian. Aku seperti perempuan murahan saja. Gak sepantasnya aku menawarkan diri untuk ditelanjangi sembarang cowok. Tapi memikirkan ketidakpantasan ini justru membuat aku makin horni. “Mau telanjangi Dira sekarang?” sambungku lagi.

“Mau... hehe... Duh, senang banget dibolehin bugilin mbak Dira... beruntung banget,”

“Iya... ya udah mas... telanjangi Diranya...”

“Siap mbak, hehe... pintunya ditutup dulu ya...”

“Gak usah... gak apa...” jawabku. Duh, nekat akunya. Ditelanjangi di ruang tamu dengan pintu depan terbuka lebar!

Kurir itu mendekatiku. Dadaku berdebar. Perasaanku gak karuan karena terus saja kepikiran kelakuanku yang membiarkan seorang pria menelanjangiku. Sebelum ini cuma Eko yang pernah menelanjangi diriku, selebihnya aku yang membugilkan diriku sendiri di depan cowok. Kali ini aku akan ditelanjangi orang yang masih asing banget. Seharusnya tidak segampang ini aku membiarkan diriku ditelanjangi. Kenapa sih aku ini sekarang? Betul-betul murahan!

“Permisi ya mbak...” ucapnya saat mulai melepaskan peniti di jilbabku. Aku mulai ditelanjangi! Di ruang tamu! Tangannya tampak gemetaran, aku tidak tahu apakah ini juga pertama kalinya dia menelanjangi cewek atau tidak. Tapi mungkin ini pertama kalinya dia menelanjangi gadis berjilbab cantik anak orang kaya sepertiku. Tak lama kemudian mahkota yang merupakan simbol agamaku itu lepas. Membuat rambut panjangku tergerai di hadapannya. Dia lipat dan letakkan jilbab itu di pinggir sofa. Dia kemudian lanjut melepaskan kemeja lengan panjangku. Aku membantunya dengan mengangkat tanganku ke atas. Setelah bajuku lepas, sekarang rok panjangku yang dipelorotinya. Aku akhirnya cuma memakai celana dalam dan bra saja di depannya.

“Wah... mbak Dira emang cantik... belum bugil padahal,” pujinya sambil meletakkan pakaianku yang terlipat rapi ke sofa.. Aku tersenyum kecil.

“Duh mas... Dira malu... jangan dilihatin gitu...” ucapku. Aneh memang, masih saja aku merasa malu walau aurat-auratku ini udah sering dilihat cowok.

“Gak usah malu mbak... bagus kok badan mbak Dira... lagian mbak kan udah sering bugil, masa masih malu... bohong nih mbak Dira, hehe”

“Emang sering, tapi kan tetap malu, gak bohong....” balasku.

“Oh... gitu... walaupun malu tapi suka kan tubuh mbak dilihatin? Hehe” ujarnya. Aku hanya mengangguk malu. Ugh... wajahku pasti memerah saat ini. “Ya udah mbak, saya lanjut lagi ya...” lanjutnya. Aku kembali hanya mengangguk.

Kurir itu lanjut melepaskan sisa pakaian yang menempel di tubuhku. Dia tampaknya sedikit susah saat mencoba melepaskan kaitan braku, jadi aku bantu. Dia malah nyari-nyari kesempatan nyenggol payudaraku. Akhirnya buah dadaku terpampang jelas di hadapannya. Kurir itu tampak menelan ludah berkali-kali melihatnya, haha.

“Bulat mbak... kenyal kayaknya, hehe”

“Ngmmhh...”

“Sekarang celana dalamnya ya... permisi ya mbak”

“Iya.... lepasin aja”

Tangan kurir itu kemudian hinggap di pinggulku. Jari-jarinya menyelip di pinggiran celana dalamku, hingga kemudian dia tarik ke bawah dengan perlahan. Sedikit demi sedikit bagian paling privat dari tubuhku terlihat dan terpampang jelas di hadapannya. Lagi-lagi dia menelan ludah. Dia terus menariknya turun hingga jatuh di pergelangan kakiku. Ku angkat kakiku biar dia bisa meyingkirkan celana dalam itu, setelah lepas lalu dia letakkan ke atas sofa bersama dengan pakaianku tadi.

Akhirnya aku bugil polos sekarang. Aku yang beberapa saat lalu berpakaian lengkap dengan jilbab, yang beberapa saat lalu mengenakan pakaian yang sangat sopan dan tertutup seluruh auratku, kini telanjang bulat di hadapannya karena dibugili olehnya! Sungguh beruntung pria ini bisa menelanjangiku.

“Duh... mbak Dira seksi banget... cantik... kok bisa sih mbak kulitnya putih mulus gini? Rajin dirawat ya?” pujinya yang bikin aku senang dan jadi horni.

“Iyaah... nghh”

“Duh, beruntung banget bisa lihat badan mbak Dira sedekat ini, boleh ditelanjangi lagi... makasih ya mbak udah mau nepatin janjinya... hehe”

“Iya...Dira juga mau bilang makasih karena udah nganterin paket,” balasku ngawur, padahal kan itu emang kerjaannya sebagai kurir.

“Oh iya, isi paketnya emang apa?” tanya si kurir kemudian kepancing.

“Hmm... ada deh...”

“Saya buka ya mbak...”

“Eh, jangan,” tolakku cepat. Aku malu kalau dia melihat isi paketku yang barusan dia antar itu. Tapi mendengar aku menolak seperti itu justru membuat dia makin penasaran. Duh!

“Apa sih isinya...?” Dia ambil paket tersebut dan membukanya tanpa izin. Kok lancang gini sih dia!? Ingin ku raih paket itu, tapi dia malah menjauh cengengesan sambil terus unboxing.

“Wah... gak nyangka kalau mbak Dira beli beginian, mbak Dira nakal ya... hehehe” ucapnya sambil menunjukkan isi paket itu di depanku. Isinya adalah vibrator berbentuk kapsul yang ada tali remotenya. Duh malunya. Kali ini jauh lebih memalukan dari isi paketku sebelumnya yang pernah dia lihat. Waktu itu masih mending karena hanya lingerie walau ada borgol segala, tapi kali ini adalah alat bantu seks. Aku makin terlihat murahan karenanya >,<

Aku sendiri tidak menyangka kalau aku sampai beli beginian. Aku ketagihan merasakan enaknya orgasme. Ingin sering-sering orgasme, makanya aku beli. Siapapun pasti gak nyangka kalau gadis yang kelihatannya baik-baik sepertiku membeli barang seperti ini.

“Mbak Dira sering beli beginian ya?”

“Baru kali ini kok... sebelumnya cuma beli pakaian pakaian aja... Nghh... siniin dong...” ujarku berusaha mengambil kembali benda itu. Tapi dia gak mau ngasih.

“Yuk mbak, kita coba... hehe” kata si kurir kemudian. Aaahhh..... Dia ngelunjak! Tuh kan... Itu yang aku takutkan. Aku takut kalau aksiku ini bikin dia ngelunjak, ternyata memang bener kejadian. Tapi... salahku juga sih. Serigala mana yang bakal diam kalau dikasih daging segar. Moga dia gak makin ngelunjak lagi. Aku harap dia bisa tetap kontrol diri. Akunya juga.

“Nghh... Gak usah, biar Dira coba sendiri aja nanti...” balasku.

“Gak apa mbak, gak usah malu... sini saya bantu, hehe”

“Gak usaaaah” tolakku lagi. Tapi dia terus membujuk agar aku mau.

“Ayo dong mbak Dira cantik... tanggung... kan udah telanjang gitu... hehehe.... Mau ya cantik?” rayunya.

Duh, gimana nih? Apa aku terima aja? Aku emang lagi horni, dan bertambah horni karena dia bilang pengen cobain vibrator itu ke aku di depannya. Tapi masa iya masturb di depan dia. Ada cowok yang ngelihat aku telanjang aja aku horni banget, apalagi dilihatin lagi masturbasi pakai alat beginian. Ugh... pasti campur aduk banget rasanya. Horni banget bercampur malu banget.

“Mmhhh... ya deh” ucapku akhirnya. Ahhhhhh... aku mengiyakan! Kok gampang banget sih aku berubah pendirian! >,<

“Gitu dong... hehehe”

Aku tersenyum kecil. Ugh, sialan ah kurir ini. Ternyata dia juga mesum banget. Makin dikasih hati makin ngelunjak. Hmm... senang sih dimesumin, asal jangan keblablasan aja.

“Biar lebih asik, gimana kalau mbak Dira diborgol tangannya pake borgol yang kemaren...” ujarnya kemudian. Ish, makin ngelunjak! Tapi... vaginaku langsung berdenyut, ku rasakan vaginaku semakin basah begitu mendengar dia ingin memborgol tanganku segala.

“Mas mau mainin vagina Dira pakai vibrator itu dengan tangan Dira terborgol?”

“ Iya, boleh kan mbak? Mana mbak borgolnya?”

“Di kamar,” jawabku.

“Ambilin dong... hehe”

“Mhh.. ya.. bentar...” aku kemudian melangkah ke kamar untuk mengambil borgol itu. Aku gak ngerti kenapa aku sepenurut ini kalau lagi horni gini. Pliss... jangan sampai aku gak bisa ngontrol diriku gara-gara sange.

“Nih mas... borgol Dira... terus mainin memek Dira pakai vibrator itu... mas yang pegang remotnya... nasib memek Dira di tangan mas sekarang,” ucapku sambil menyerahkan borgol. Sepertinya gak bisa, aku gak mampu mengontrol kelakuanku. Aku horni. Pengen dipuaskan. Pengen orgasme berkali-kali. Aku pasrah diapa-apain sama dia, tapi... kalau bisa jangan sampai dientotin. >,<

Beberapa saat kemudian tanganku sudah terborgol.

“Mbak Dira cantik banget pakai borgol gitu... Mbak Dira betul-betul melebihi fantasi saya. Cantik, berjilbab, tapi nakal, hehe....” ucapnya.

“Ish... emang Dira ada salah ya kok diborgol?”

“Iya mbak Dira udah salah karena cantik banget, terus seksi, nakal lagi... hehe...”

“Ughh... mas ini...”

“Hahahaha....” Dia lalu berjongkok di depanku. Matanya fokus memperhatikan kelaminku dari dekat.

“Bagus banget memek mbak Dira...”

“Eh, i...iyahhh makasih”

“Baru kali ini saya lihat memek secantik ini, pink, imut banget... nafsuin” dia berkata sambil menelan ludah melihat vaginaku. Aku pengen tertawa mendengarnya. Tentu saja dia baru kali ini pernah melihat kelamin wanita yang terawat gini, aku yakin tidak ada wanita muda cantik di luar sana yang mau nunjukin vaginanya ke dia, hihi.

“Kita mulai ya mbak...”

“Hu uh...”

Tanpa menunggu lagi kurir itu langsung mengerjai vaginaku. Dia menyalakan vibrator tadi dan menempelkannya ke vaginaku, tepat di klirotisku, di bagian tubuhku yang paling sensitif! Mana kuat akunya menahan geli. Aaaahhh.... aku langsung kelojotan. Geli tapi nikmat banget!

“Ngghhhh”

“Kenapa mbak? Enak ya? Hehe”

“Shhh....” Aku hanya menjawabnya dengan mendesah. “Ahhhh...” Gila.. aku horni banget. Sensasi yang ditimbulkan oleh getaran vibrator itu sungguh membuat vaginaku geli kenikmatan. Vaginaku yang sudah becek dari tadi jadi terasa semakin becek. Kurir itu tampak senang banget melihat aku menggeliat-geliat di hadapannya.

“Ngghhh....”

“Ssshhhhhhhh”

Sesaat kemudian kurasakan aku hendak orgasme. Ahh... cepat banget! Ugh! Terang aja aku cepat orgasme, masturb sendiri aja aku cepat banget orgasmenya belakangan ini, apalagi masturb pake alat beginian di depan cowok. Malu plus horni banget! Mana tahan akunya.

“Dira..... mau..... nnghhhhhhh”

Saat aku hampir sampai, vibrator itu malah berhenti bergetar. Rupanya si kurir yang mematikannya. Aku gagal orgasme gara-gara dia! Iseng banget ah! Gak tahu orang mau sampe apa!

“Mmhhh” aku menatap pada si kurir.

“Kenapa mbak?”

“Jangan berhenti dulu dong... lanjutin... pleaseee”

“Mbak Dira mau sampe ya? Cepat amat... mbak Dira binal banget ya... hehe”

“Iya... Dira mau sampe... pleasee lanjutin” pintaku lagi.

“Hehe, oke mbak Dira yang nakal... ”

Diapun menyalakannya lagi. Ahh... senangnya . Makasih...

Vibrator itu kembali merangsang vaginaku dengan hebat. Aku dibuat pengen orgasme dalam sekejap.

“Dira sampeeeeee.... arrkkkhhhhhhh....” aku langsung kejang-kejang karena orgasme. Cairan vaginaku muncrat-muncrat. Aku bahkan mengalamai multi orgasme. Gak nyangka banget orgasme pertama bisa sedahsyat ini.

“Ngggghhh... oohhh.... aaahhhhh” Tubuhku kelojotan selama beberapa beberapa menit. Aku terus meracau kenikmatan sambil menggelinjang tak karuan sampai orgasmeku reda. Setelah reda aku kemudian terduduk lemas di lantai. Permainan dengan vibrator benar-benar orgasme terhebat yang pernah aku alami. Aku jadi pengen beli vibrator lagi yang banyak ^o^

“Mas...”

“Ya? Apa mbak Dira cantik?”

“Lagi dong....” aku menatap sange padanya. Aku belum puas, pengen orgasme lagi, hihi

“Hehehe, oke mbak... saya bakal bikin mbak Dira keenakan terus, hehe”

Aku kemudian dibantunya berdiri, tubuhku lalu direbahkannya di sofa. Pahaku dibuka lebar-lebar. Dia mengerjai kelaminku lagi dengan vibrator tadi. Aku kembali mendesah-desah menggelinjang geli kenikmatan. Vaginaku dirangsang habis-habisan agar orgasme lagi. Tak hanya dengan vibrator, tangannya juga mengelus-elus vaginaku. Buah dadaku juga diremas-remasnya. Betul-betul hanya bisa pasrah akunya distimulus seperti itu..

“Jangan dimasukin mas jarinya...” ucapku ketika merasakan jarinya yang mulai menyeruak membelah bibir vaginaku. Dia menatapku bingung kenapa aku tidak mau, tapi dia menurutinya. Diapun hanya sekedar membelai-belai permukaan vaginaku. Sesaat kemudian aku kembali orgasme. Gak kalah hebat dari sebelumnya. Cairan vaginaku muncrat dengan banyaknya membasahi sprei dan tangan kurir itu.

“Duh mbak Dira hot banget... saya gak tahan, boleh ya saya entotin sekarang?” ujar si kurir kemudian sambil membuka celananya. Penisnya yang sudah berdiri tegang itu diacungkan ke arahku.

“Ah... jangan mas...!!” tolakku cepat.

“Kok jangan? Ayo dong... mbak Dira pasti sudah pengen ngentot juga kan...” pintanya lagi. Sepertinya dari tadi dia berpikir kalau aku adalah cewek murahan yang bisa dientotin. Duh... padahal kan nggak. Aku berasal dari keluarga baik-baik dan dibesarkan dengan ajaran agama yang ketat!

“Jangan mas.. Dira belum pernah...”

“Hah? Belum pernah? Bercanda nih mbak Dira....”

“Benar mas...”

“Tapi bukannya waktu itu mbak Dira ngentot dengan pacarnya?” tanyanya heran. Tentu saja maksud dia adalah Eko. Terakhir dia melihatku bugil kan waktu aku berduaan dengan Eko. Waktu itu dia pasti mengira kalau aku dan Eko sedang bersenggama. Padahal cuma petting doang. Aku bahkan masih perawan. Tapi tentu saja si kurir tidak tahu semua itu.

“Ngmmhh... gak mas... Dira masih perawan....” jawabku.

“Ohh... jadi belum pernah ngentot ya?”

“Iya... belum pernah”

“Tapi kok nakal banget? Mbak Dira pasti pengen banget rasain ngentot kan makanya sampai nakal gini...? Saya yang perawanin boleh ya?” pintanya semakin mendekatkan penis tegangnya ke arahku. Dia udah mupeng berat! Gawat!

“Jangaaaaan...!” Enak aja dia mau ambil perawanku. Emang dia siapa! Aku cuma pengen pamer. Aku gak ingin dia sampai setubuhi aku, apalagi ambil perawanku. Dengan melihat aku bugil dan bisa gerepe-gerepe aku seperti ini seharusnya udah cukup untuk dia. Sebagai kurir yang bukan siapa-siapa dia udah beruntung banget. Tapi aku horni juga sih emang... pengen dikontoli. Tapi masa iya diperawani kurir paket yang gak jelas ini.

Ah... bingung! Satu sisi pengen udahan karena takut dia maksa dan aku juga khilaf, satu sisi lagi pengen terus lanjut dimesumin sama dia biar bisa orgasme banyak-banyak. Mamaaa... Dira khilaf aja boleh gak sih?

“Jangan ya mas... pliss... Dira percaya sama mas makanya Dira bersedia mas giniin, tapi plis jangan sampai entotin Dira....” ujarku yang mencoba untuk tetap teguh gak pengen dientotin.

“Duh... mbak Dira... saya gak tahan nih... ayo dong...”

“Jangan mas.... pleaseeee... jangan entotin aku...”ucapku memelas. Mendengar aku memelas seperti itu gitu akhirnya dia gak tega juga.

“Ya udah mbak, tapi tolong kocokin dong mbak... udah tegang banget nih...” pinta si kurir mengarahkan penis tegangnya padaku. Aku berpikir sejenak, kalau ini sepertinya tidak apa. Meskipun dia tetap lancang, tapi lebih baik ku bantu dia cepat klimaks biar nafsunya turun. Dari pada dia terus maksa aku dan bikin aku mau disetubuhi nanti, mending kuturuti saja.

“Hmm.. Iya..”

Aku yang masih berbaring kemudian meraih penisnya. Aku mengocok penisnya dengan tangan masih terborgol. Susah sih, tapi kok seru ya... makin horni aku jadinya. Aku suka ketika borgol ini mengekang tanganku. Duh, tangan dikekang begini malah suka akunya, tapi dikekang aturan harus nutup aurat malah berontak akunya. Kacau! hihihi ^o^

Si kurir langsung mendesah keenakan menerima kocokanku. Mungkin ini pertama kalinya dia dikocokin cewek cantik sepertiku. Atau mungkin juga dia masih perjaka, perjaka yang sering berfantasi mesum. Usianya emang masih sekitar 20-30an gitu. Entah udah nikah atau belum gak tau juga. Gak terlalu peduli akunya.

“Sepongin juga mbak...” ucapnya beberapa saat kemudian. Ish, ngelunjak dianya!

“Disepong?”

“Iya mbak... diemut kontol saya.. mau kan ya...?”

“Hmmm... ya...” ucapku lagi-lagi mengiyakan. Terserah deh, yang penting jangan vaginaku yang digenjot. Akupun mendekatkan mulutku ke batang penisnya. Dan ‘hap’ sebatang penis lagi masuk ke dalam mulutku. Ini penis ketiga yang kusepong setelah Eko dan adeknya Ochi. Dan... lagi, kembali aku merasakan horni yang sangat hebat ketika batang penis itu masuk ke mulutku. Vaginaku justru makin berdenyut ingin dikontoli. Aku terangsang hebat saat mulutku disetubuhi! Benar saja, tak lama kemudian malah aku yang orgasme! Parah nih akunya.

“Nghh...mmhhhhhhhh”

Crttttt.... crrttt.........

Tubuhku kelojotan didera orgasme.

“Wah... mbak Dira orgasme? Binal banget ternyata mbak Dira ini, nyepong kontol aja orgasme, hehehe,” ucap si kurir yang kini bergerak mengangkangi wajahku. Dia sekarang menggenjot mulutku dari atas. Awalnya pelan, tapi makin lama makin kencang dia menyetubuhi mulutku. Aku sampai kerepotan mulutku dijejali penis dalam-dalam kayak gitu. Namun tampaknya si kurir juga tidak tahan lama-lama ngentotin mulut cewek cantik. Tak lama setelah itu dia mencabut penisnya dari mulutku.

“Duh mbak... gak kuaaat.... mbak Dira cantik banget.... emutannya manteeeep... arrrkkkhhhhh muncraaat” erangnya.

Crroot crrott....!

“Nmmhhh” aku memejamkan mata menerima tembakan sperma kental hangatnya di wajahku. Sebagian spermanya masuk ke mulutku karena aku tidak menutup rapat mulutku.

“Hehehe, makasih ya mbak.... enak banget....” ucapnya bangkit dari atas tubuhku dan terduduk lemas di sampingku.

“I..iyahhh....” jawabku dengan nafas putus-putus. Ku ambil kain jilbabku tadi dan kugunakan untuk membersihkan sperma di wajahku. Lalu ku campakkan begitu saja ke lantai.

“Coba aja kalau mbak Dira jadi istri saja, pasti asik banget, hehe” ucapnya. Haha, enak aja dia bilang pengen aku jadi istri dia. Masa iya aku jadi istrinya kurir pengantar paket. Bukannya sombong sih, kalau udah cinta ya bisa aja terjadi, tapi kan aku bisa dapat yang lebih pantas nanti untuk dijadikan suami, haha.

“Gimana mbak? Bersedia kan jadi istri saya?’

“Gak mau ah...”

“Ye... kok gak mau sih mbak....?”

“Ya gak mau aja...”

“Kalau gak mau saya entotin lho... hehe”

“Ngmmh... jangan dong...”

“Hehehe... pokoknya saya tunggu kata bersedia dari mbak Dira sampai kapanpun... hehe”

“Ish.. jangan harap!”

Kurir tersebut sebenarnya masih ingin terus berlama-lama di sini, tapi dia bilang dia masih punya banyak paket yang harus diantar. Bagus deh. Dia kemudian izin pamit. Borgolku kemudian dibuka. Tapi dia bilang dia akan sering-sering main ke rumahku walaupun gak ada paket untuk diantarkan. Duh!!!! Ketagihan dianya! Bisa repot nih akunya nanti. Kalau besok-besok ini dia datang lagi dan maksa ngentot lagi gimana coba!? Belum tentu aku bisa lolos kayak tadi. Aku emang udah kebelet pengen ngerasain ngentot, tapi kan gak dengan sembarang orang juga. Ah, gak tau deh. Liat nanti aja apa yang akan terjadi.

“Bye mbak Dira cantik... tungguin mas mu ini selalu... kalau saya kesini lagi mbak Dira harus udah telanjang bulat ya, hehe”

Aku memeletkan lidah. Kurir itupun pergi, cepat-cepat ku tutup pintu.

***

***

“Ya ampun kak Dira nakal banget, hahahaha” Sial! Aku sampai lupa kalau Riki dan teman-temannya masih di sini. Ini masih belum berakhir >,<

“Iya... hot banget kak... kita rekam semua lho tadi...”

“Apaan sih rekam-rekam segala!?”

“Kak... kita mau juga dong gerepe-gerepe kakak kayak mas tadi....”

“Gak boleh!”

“Yah kakak... kalau gitu kak Dira pilih deh kita gerepein atau kakak sendiri aja yang gerepe diri sendiri” sanggah Riki dengan entengnya.

“Enak aja... kalau kakak gak mau pilih gimana?” ujarku.

“Ya terpaksa deh kita perkosa kak Dira” jawab Riki makin berani.

“Gak mau! Enak aja main perkosa seenaknya, kakak masih perawan tau!” protesku sambil pura-pura masang muka galak.

“Hahaha, namanya diperkosa mah emang gak mau kak... kalau mau namanya doyan, hehe” jawab Arman sambil berusaha mendekatiku perlahan diikuti yang lainnya.

Reflek aku mundur untuk menghindari mereka, tentunya sambil menutupi bagian intimku sampai akhirnya aku terpojok di tembok. Aku pikir daripada aku diperkosa beneran mending aku gerepe diri sendiri aja. Pengen tahu juga gimana sensasinya masturbasi di depan bocah-bocah mesum ini.

“Bentar, kakak udah punya pilihan”

“Wah... kak Dira milih apa? Diperkosa apa minta diperkosa? Hehe” jawab Riki yang menjengkelkan tapi membuatku makin horni.

“Kakak milih masturbasi di depan kalian deh,” jawabku sambil menahan malu, pastinya mereka bisa melihat mukaku yang mulai memerah. Gak kupungkiri kalau aku juga sebenarnya masih horni. Masih pengen merasakan enak walaupun dengan kurir tadi sudah berkali-kali orgasme. Gila ih, aku lacur banget ya sekarang.

Tanpa menunggu lagi, aku langsung meremas dadaku perlahan sambil menatap sayu ke mereka. Aku mengeluarkan desahan manja yang sepertinya membuat mereka makin mupeng.

“Kak Dira suka ya kalau telanjang dilihatin sama kita?” Tanya Riki memancingku, tapi aku tidak menjawab pertanyaannya karena terlalu asik bermasturbasi ria.

“Iya kakak suka banget diliatin kalo lagi telanjang,” jawabku menahan malu. Meskipun menahan malu tapi jari tanganku tetap bermain di puting dan klirotisku.

“Hehehe, ayo kak lanjut terus....” ucap Riki yang entah sejak kapan sudah mulai lancang mengeluarkan penisnya yang udah tegang.

“Iya... kakak lanjutin,” jawabku.

“Bagus kak... kalo bisa sebinal mungkin, kan kalo dijual videonya ke temen bagus, ntar kak Dira jadi bintang bokep SMP kita, haha” ucap Fikri yang dari tadi memegang hapenya yang tak lain sedang merekamku.

“Coba aja kalau kalian berani sebarin!” ucapku. Tapi mendengar ucapannya yang mau nunjukin ketelanjanganku ke teman-temannya yang lain malah membuatku semakin horni. Tanpa disuruh lagi aku semakin mempercepat gesekan jariku di klirotis dan putingku.

“Ahhhh.... sshhhhhh” aku mendesah-desah sambil memasang wajah sebinal mungkin seperti kata Fikri. Tampaknya tidak lama lagi aku akan orgasme. Kupercepat gerakan tanganku. Tapi tiba-tiba Riki menghentikan masturbasiku dan menahan kedua tanganku.

“Riki kenapa?” tanyaku menatap sayu.

“Kak Dira pengen orgasme ya?” aku menjawab dengan anggukan.

“Dibikin orgasme sama kita mau kan?” tanyanya lagi. Aku yang sudah tanggung lagi-lagi hanya bisa menanggukkan kepala.

“Memohon dong kak”

“Memohon sebinal mungkin kak” tambah Arman.

Aku yang sudah terlanjur hornipun hanya bisa menuruti perkataan mereka. “Plis... Bikin kakak orgasme, kakak milik kalian seutuhnya, tapi jangan sampai dientotin... sshhh... kakak masih perawan...” ucapku dengan memasang ekspresi binal.

“Hahaha, binal banget kak, tenang aja kak, perawannya kakak bakal aman sama kita, tapi kalo kakak pengen perawannya dilepas Riki siap kok kak, hehehe” ucap Riki.

Riki langsung memelukku dari belakang dan menuntunku untuk duduk di lantai karena memang sedari tadi posisiku berdiri. “Ssshhh...” aku tidak bisa menahan desahanku ketika Riki mulai menjilati sekitar telingaku. Ketiakku juga kemudian dijilatinya. “Ughh.....” tubuhku mengejang karena tiba-tiba Riki memilin putingku.

“Gimana kak? Diterusin apa berhenti?” tanya Riki.

“Terusin....”

“Bilang dong kak kalo kakak pengen jadi lontenya kita, hehe” ucap Riki.

“Bilangnya sebinal mungkin kak, biar hasil videonya bagus, hehe” ucap Fikri lagi-lagi menyuruhku menjadi binal.

“Ahhh... aku Dira.... gadis kuliahan dari keluarga baik-baik, bersedia jadi lontenya bocah SMP mesum dan dekil... Ughhh... Riki, Fikri, Didik, Arman... kakak lontenya kalian... ahh... puasin kakak plis...” ucapku diikutin suara desahanku.

Tiba-tiba Riki membalikkan badanku dan membuatku menungging. Gak lama kemudian aku merasakan ada yang mengelus-elus lubang anusku, ternyata Riki sedang memainkan jarinya di sana. Jari-jarinya bahkan sesekali masuk ke lubang anusku dan membuatku kegelian dan reflek menggoyang-goyangkan pantatku.

"Kak enak ya diginiin?" Tanya Riki yang kujawab anggukan kepala saja.

“Nih pecun, sepong kontolku,” ucap Arman yang telah berada di depanku sambil menyodorkan penisnya ke mulutku. Dia sepertinya sudah tidak tahan melihat kondisiku.

What!!?? Hell nooooo!! Masa aku harus nyepong kontol lagi!?

“Enak aja... emang kamu siapa!” tolakku.

“Kakak kan udah orgasme... kami belum” balas Arman.

“Iya nih... ayo dong kakak cantik....” ucap mereka memohon. Sialan mereka ini.

“Itu sih bukan urusan kakak... Hmm... ya udah deh... tapi habis ini kalian langsung pulang... kalau kalian minta macam-macam lagi, kakak beneran marah”

“Hehehe... oke kak”

“Yihiiii.. senang banget akhirnya bisa disepong sama kak Dira yang cantik”

Ya... akhirnya akupun melayani mereka. Aku menyepong 4 penis sekaligus! Sambil direkam dan amat sadar kamera karena berkali-kali Fikri menyuruhku tersenyum ke arah lensa. Benar-benar gila. Aku semakin seperti wanita murahan yang gak tahu norma dan agama, tapi kenyataannya aku justru ngerti banget ilmu agama, pendidikanku juga lebih tinggi dari mereka. Tapi semua ilmu dan pendidikanku yang tinggi jadi tidak berguna saat aku dilanda horni. Saat aku horni, aku bagaikan pelacur.

Mereka mengerang-erang keenakan menerima sepongan dan kocokan tanganku. Dan lagi-lagi aku dibuat orgasme saat melakukan hal cabul seperti ini. Aku terus memberikan pelayananku pada mereka bagaikan seorang lonte. Hingga akhirnya mereka semua tidak tahan menahan pengen muncrat. Dengan waktu hampir bersamaan mereka mengangkangi wajahku dan menumpahkan peju mereka beramai-ramai ke wajahku. Ugh! Wajahku jadi nampan peju mereka!

“Hehehe... gimana kak? Enakkan main sama kita?” tanya Riki.

“Enak apanya... lihat kakak jadi harus mandi lagi!! Udah sana kalian pulang!!”

Kali ini aku serius menyuruh mereka pulang. Gak melunak lagi. Ini sudah cukup. Apa yang sudah terjadi sudah amat parah dan keterlaluan. Merekapun mau mendengarkan. Mereka tahu kalau aku serius. Mungkin mereka takut kalau aku marah dan gak ngebolehin aku ke sini lagi. Aku juga mengingatkan mereka untuk menyebarkan video yang tadi sempat mereka rekam. Untungnya merekapun cuma bilang untuk koleksi mereka saja dan tidak benaran akan disebar. Aku juga memberitahu mereka agar jangan main ke rumahku dulu untuk sementara waktu karena ada orangtuaku.

“Eh, Riki... ingat janjimu tadi... bersihin halaman rumah kakak dulu... sedangkan yang lain harus langsung pulang!!” ucapku hampir kelupaaan sama tugasnya Riki. Aku menyuruh yang lain pulang tentunya bukan karena ingin berduaan dengan Riki. Siapa juga yang mau berduaan dengannya! Aku pikir kalau teman-temannya pulang ancaman untukku pasti juga bakal berkurang. Soalnya kalau mereka rame-rame gitu bikin aku deg-degkan terus. Lagian memang harus ada yang membersihkan halaman.

Akhirnya mereka semua kecuali Riki kemudian pamit pulang. Riki sendiri sudah langsung sibuk membereskan halaman depan dan belakang rumahku. Meninggalkan aku yang berbaring lemas di lantai ruang tamu dengan wajah penuh sperma.


Credit to : bramloser

No comments:

Post a Comment