Saturday, September 29, 2018

Dira (Inilah Yang Kumau) Part 11



Sudah hampir dua bulan berlalu sejak hari terakhir aku melihat Eko. Bocah itu betul-betul memegang janjinya untuk tidak lagi ke rumahku. Aku harap dia benar-benar setia dengan pacarnya dan tidak lagi mikirin aku. Aku juga mendoakan agar hubungannya dengan pacarnya itu terus awet. Apa yang sudah dia lakukan bersamaku tentunya jadi momen-momen yang tak terlupakan baginya. Bisa kenal denganku saja dia sudah sangat beruntung, apalagi sampai bisa berbuat mesum padaku, bahkan hampir ML! Dia menang banyak dari laki-laki lain yang mencoba mendekatiku. Tapi seperti yang sudah kukatakan padanya, dia harus komitmen kalau memang pacaran dengan Susi. Dia harus menjaga perasaan pacarnya. Jadi, dia tidak boleh lagi bertemu denganku. Apa yang sudah dia lakukan bersamaku cukup jadi kenangan saja.


Namun sejak hari aku menghilangkan Eko dari kehidupanku, sejak hari itu pula aku sering dilanda bad mood parah sampai hari ini. Kesannya seperti aku tidak punya teman atau kehidupan selain bersama Eko. Padahal aku punya banyak teman yang cukup akrab denganku. Salah satunya Maudy, yang baru saja ku kenal sejak liburanku ke Derawan tapi kami sudah jadi sangat akrab. Tapi sekarang aku betul-betul lagi bad mood. Meski aku sering diajak nongkrong-nongkrong bareng teman-temanku, ngafe, nonton bioskop, atau yang lainnya, tapi kebanyakan aku tolak.

Beberapa hari belakangan ini tidak pernah ada kegiatan berarti selain kuliah. Tiap hari, pulang kuliah diam di rumah sampai besok kuliah lagi, dan begitu seterusnya. Seperti hari ini, kuliah tadi hanya pagi saja, sehingga sejak sekitar jam 10 aku sudah di rumah lagi, dan seperti hari-hari sebelumnya aku diam tidak melakukan apapun di rumah. Bahkan nonton TV saja jarang atau tidak sama sekali. Benar-benar hanya makan, tidur, bengong, main game di HP... Yah gitu-gitu aja. Bersih-bersih rumah kadang dua hari sekali. Masak juga kadang-kadang.

Teman-teman Eko sendiri sesekali masih ke rumahku. Tapi aku tidak mau lagi tampil seksi di hadapan mereka. Aku selalu memakai pakaian yang sopan dan tertutup. Biarin deh mereka kecewa. Sejak aku tidak memperbolehkan Eko ke rumahku lagi, akupun jadi malas tampil buka-bukaan di hadapan mereka. Feelnya gak sama. Bahkan akhir-akhir ini aku selalu menolak bertemu mereka dengan berbagai alasan. Aku betul-betul lagi bad mood. Tapi si Riki seakan gak peduli. Dia masih saja sering meminta izin dibolehkan main ke rumahku. Ya, rumahku selalu tertutup meski aku di rumah. Jadi, ketika teman-teman Eko datang, mengetuk pintu, memencet bel, memanggil-manggil namaku, aku diam seribu bahasa di dalam tidak merespon.

Eko sendiri meski tidak pernah lagi ke rumahku namun sesekali masih mengirimkanku pesan WA. Namun pesannya itu tidak kurespon sama sekali. Nomornya memang tidak kublokir, dan aku tidak menonaktifkan settingan ‘laporan dibaca’ pada bagian privasi akun WA ku. Sehingga Eko selalu tahu apakah aku sudah membaca pesan-pesan yang dia kirim atau belum. Dan aku memang selalu membacanya tanpa pernah kubalas.

Karena tetap tidak kubalas, belakangan dia sudah tidak pernah bertanya seperti itu lagi. Meskipun begitu, Eko tidak berhenti mengirim WA. Lebih sering mengirim pesan yang tidak membutuhkan jawaban. Seperti melaporkan status dia sekarang lagi ngapain, sedang di mana, dan pesan-pesan narsis semacamnya. Nggak penting banget sih. Tapi entah kenapa setiap ada pesan dari Eko selalu langsung kubaca. Kadang dia mengirim cerita atau meme meme lucu juga yang cukup menghibur dan bisa memancing tawaku.

Kalau kupikir-pikir konyol juga keadaan diriku sekarang ini. Ngapain juga aku kayak gini? Tapi kebanyakan aku tidak ambil pusing sih. Kujalani saja fase hidupku yang sekarang ini. Aku tidak mau terlalu ambil pusing. Yah, seperti kubilang tadi, aku mungkin cuma sedang bad mood. Itu aja. Jadi akupun menikmati saja keadaan 'tidak sedang pingin ngapa-ngapain' yang sedang kualami saat ini.

Setelah kuliah tadi lagi-lagi temanku ngajak nonton, dan masih kutolak. Selain filmnya tidak terlalu menarik minatku, aku masih lebih senang langsung pulang ke rumah, karena... Ya, apa lagi kalau bukan karena aku pengen cepat-cepat telanjang, hahaha...

Yup, aku benar-benar selalu tidak pernah mengenakan pakaian apapun ketika di rumah. Tiap kali aku selesai kuliah, aku buru-buru pulang seakan-akan sudah ‘kebelet’ telanjang. Seakan-akan aku risih pada setiap asesoris yang menempel di tubuhku. Seakan-akan aku malah berdosa memakai pakaian yang menutup aurat lama-lama. Aku ingin segera berpolos ria, dan hanya di rumah aku bisa melakukannya. Itulah alasan yang lebih tepat kenapa aku males ngapa-ngapain selama ini. Males itu lebih banyak dalam artian kegiatan yang mengharuskan keluar rumah. Kalau di rumah ya aku tetap melakukan pekerjaan rumah yang memang harus dilakukan, seperti mencuci, menyapu, dan sebagainya.

Yang jelas, apapun itu aktivitasku di dalam rumah, aku selalu melakukannya dalam keadaan bugil total. Pokoknya tiap sampai ke rumah, begitu langkah pertama aku masuk pintu, hal yang langsung kulakukan adalah buru-buru menelanjangi diriku secara total. Jilbab, baju, celana, cd, bra, sepatu kaos kaki, semua langsung kulepas dan kulempar sembarangan begitu saja. Haha, entah kenapa aku selalu senang melakukannya. "Yeay... Bebas!" Seperti itu perasaanku. Dan begitulah keadaanku kemudian sampai aku harus berangkat kuliah lagi keesokan harinya. Sekarang sudah lewat jam 4 sore, berarti sudah 6 jam aku telanjang bulat hari ini, doing nothing.

Aku sangat menikmati ketelanjanganku. Tapi masalahnya adalah, aku gak merasa puas! Ya, ketelanjangan ini nagih! Dan kondisiku sekarang dibanding dengan saat ada Eko, jelas merupakan sebuah 'penurunan' kualitas. Aku menikmati ketelanjanganku, tapi lebih menikmati lagi jika ada orang lain yang ikut menikmati ketelanjanganku ini.

Selain dengan Eko, aku biasanya melakukannya bersama Dodi, pernah juga melakukannya di Derawan saat liburan kemarin bersama teman-temanku. Benar-benar pengalaman yang menyenangkan! Tapi harus kuakui, tidak semenyenangkan saat aku melakukannya bersama Eko. Sepertinya karena perbedaan status sosial antara kami yang membuat hubungan kami benar-benar sensasional. Mengasyikkan! Nagih!

Sebenarnya ada kesenangan baru yang aku lakukan sekarang. Aku sedang rajin-rajinnya browsing, mencari informasi, mendownload, membaca dan menonton semua hal yang berkaitan dengan hobiku ini : Eksibisionisme. Dari artikel ilmiah, cerita fiksi, sampai film bokep bertemakan eksibisionis aku konsumsi. Semua konten itu aku simpan rapi di laptopku, dan sebagian di HP. Seringkali aku iri ketika menonton film JAV tentang eksibisionisme, dengan pemainnya yang bisa benar-benar bugil di tengah-tengah keramaian publik. Panas dingin aku melihatnya. Berpikir seandainya hal yang sama legal dan bisa dilakukan di Indonesia, berani gak yah aku berani melakukannya? Membayangkan itu saja aku bisa masturbasi sampai muncrat-muncrat. Padahal di film itu belum tentu artisnya senang dan menikmati adegan yang harus dia jalani. Yah, tentu dia melakukannya karena uang. Aku berpikir kalau saja aku ada di posisinya, mungkin aku akan rela tampil tanpa bayaran. Jalan-jalan di mall tanpa busana. Hihihi... Gila! Makin muncrat-muncrat aku berimajinasi seperti itu.

Kesenangan baruku ini mengantarkan aku berkenalan pada sebuah grup tertutup di sebuah sosial media yang merupakan ajang diskusi eksibisionisme. Tak perlu kuceritakan bagaimana aku sampai mengenal grup itu, yang jelas ketika aku rajin browsing, dapat satu situs, klak-klik, nemu link, masuk situs baru, dan begitu seterusnya. Tentu aku masuk dengan nama samaran, registrasi akun email dan akun sosmed kloningan baru, dan data-data palsu. Aku pikir anggota lain juga begitu.

Nama grupnya “Buka-bukaan”, isinya share informasi, share cerita eksib, pengalaman eksib, dan yang semacamnya. Anggotanya ada puluhan orang, ada yang cuma pecinta pornografi genre eksib, ada juga yang mengaku pelaku eksib dan sering cerita pengalaman ataupun share foto 'aksi'. Aku menduga tidak semuanya benar-benar pelaku sih. Ada yang fiktif, alias cuman ngaku-ngaku. Aku sendiri masuk grup dengan memperkenalkan sebagai pelaku. Dan langsung ditodong share oleh anggota yang lain. Ugh! >,<

Aku memilih menggunakan username 'Dilla'. Hahaha, saking bingungnya mikir username akhirnya yang kupakai malah ga jauh-jauh banget dari nama asliku. Biar deh. Pakai nama asli juga semua bakal ngira itu samaran.

Baru sekitar seminggu aku masuk grup itu, seringnya cuma baca-baca aja, jarang komen apalagi share. Seru juga baca pengalaman beberapa anggota grup, entah itu beneran atau tidak, aku tak peduli. Yang penting bisa bikin fantasi ke mana-mana dan bahan masturbasi. Yang paling senang aku baca adalah share pengalaman dari username Ochi yang mengaku sering eksib ke adik kandungnya sendiri. Hahaha, parah, tapi seru! Tapi kayaknya bo'ongan deh. Meragukan.

Tapi mungkin beneran juga sih? Soalnya hal seperti ini memang kadang absurd. Kalau misal pengalamanku kushare, yaitu petualanganku bareng Eko, mungkin juga akan sulit dipercaya. Duh, jadi mengingat-ingat Eko lagi deh akunya. Aku memang belum share pengalamanku di grup. Hampir tiap hari aku diprovokasi untuk share, dan aku sebenarnya pengen banget share juga sih. Tapi karna banyak yang ingin kuceritakan, aku yang malas nulis jadi belum memenuhinya sampai sekarang. Sedangkan untuk share foto, hmm... semua fotoku sudah kuhapus sebelumnya, jadi aku tidak punya satu pun foto ‘nakal’ tersisa. Hal ini cukup kusesali sebenarnya. Aku menghapus semua foto itu sehari setelah hari terakhir aku bersama Eko. Entah kenapa aku melakukan itu. Agak emosional sih waktu itu. Kayaknya aku pingin tobat atau gimana. Haha… Perenungan instan yang langsung kulupakan esok harinya. Duh, parah banget sih aku. Padahal sudah bagus momennya untuk aku tobat setelah Eko pergi, tapi sensasi tidak menutup aurat sama sekali masih terus menggoda imanku, hahaha.

Aku sering iri jika ada yang share foto aksi di grup. Naluriku untuk tidak mau kalah selalu muncul. Di situlah aku menyesali keputusanku menghapus koleksi foto nakalku. Bisa aja sih aku menghubungi Dodi untuk minta dikirimi foto. Aku yakin foto yang ada di Dodi masih tersimpan rapi. Tapi, aku males dan akhirnya sampai sekarang aku belum pernah memintanya. Mungkin lain kali akan ku minta.

Anyway, karna ingat Eko, aku jadi beralih membuka WA. Siapa tahu ada pesan darinya. Kayak ngarep aja aku ini, hahaha. Tapi ternyata yang datang justru pesan-pesan dari Riki. Ada 20 pesan belum terbaca dari Riki. Ya, Riki memang sering menggodaku lewat pesan. Kalau dia pengen ke rumahku biasanya memang meminta izin lewat pesan terlebih dahulu.

Riki : Lg sepi sndri, mlh jd bayangin kak Dira, boleh nggak kita ke rumah kakak

Riki : Kak ngomong dong, segitunya bgt sih jauhin kita

Riki : Aku msh nympn foto2 kakak lho

Kiriman selanjutnya adalah gambar. Buset, banyak banget gambar yang dikirimnya. Kudownload semua satu persatu. Total ada 16 gambar. Berdebar-debar aku menunggu gambar-gambar itu terbuka. Belum sempat semua gambar terbuka, aku membaca pesan terakhirnya. Pesan yang membuat nafasku berhenti sesaat.

Riki : Kalo kakak ga mau jawab, aku sebar lho foto2nya di internet. Msh bnyk lho fotonya. (Emoticon Setan)

Ih, apa-apaan nih Riki ngancam begini! Pikirku kesal bukan main. Lalu kulihat gambar yang dia kirim. Semua adalah foto vulgarku, ada yang sendiri, ada yang bareng dia dan bareng teman-temannya. Itu semua adalah gambar ketika aku berfoto ganti-gantian dengan teman-teman Eko. Yang mana pakaianku amat mengumbar aurat, pakaian yang dipilih langsung oleh mereka untuk ku kenakan. Sebagai hadiah yang ku berikan karena mereka mendapat nilai bagus ketika test waktu itu.

Dengan mendengus kesal, aku mengetikkan jawaban. Tapi apapun kalimat yang kuketik rasanya tak ada yang benar. Setiap mengetik satu kalimat, kuhapus lagi, mengetik kalimat baru, kuhapus lagi, ngetik lagi, hampir klik kirim, tapi kuhapus lagi. Aduh aku bingung mau nulis apa!?

Sambil berpikir kulihat-lihat lagi gambar yang dikirim Riki. Semua menampakkan wajahku dengan sangat jelas. Riki pasti mendapatkan semua gambar itu dari Eko, karena Ekolah yang mengambil foto-fotoku itu dengan ponselnya waktu itu. Duh, kenapa aku tidak menyuruh Eko untuk menghapusnya ya waktu kuminta dia gak datang lagi? Padahal yang aku simpan sendiri sudah kuhapus. Makanya aku tidak punya foto untuk kushare ke grup eksib itu. Eh, karena kebetulan aku dikirimi foto-foto ini. Foto-foto ini aja kali ya yang kushare beberapa ke grup, hihihi. ^o^

Aduh kok malah mikir itu? Gimana nyegah Riki nyebar foto-foto ini dulu nih yang harus dipikirin!

Kulirik layar WA ku dan terlihat notifikasi. Riki sedang mengetik... Nah. Mau nulis apa lagi dia...? Pikirku penasaran.

Ting.

Riki : Tadi kak Dira dah mau nulis apa kok ga jadi jadi nulisnya?

Riki : Msh blm mau bls chat ku ya... aku sebarin deh ya foto-fotonya.

Duuuhh... gimana nih!!

Riki : Hehehe... bercanda kok kak... aku ga bkl nyebarin fotonya kok. Gak boleh sama eko.

Haah… Apaan sih ni anak... Hiih... Tukasku, dongkol. Saking kelamaan aku mikir, ternyata datang pesan duluan bahwa dia cuma bercanda! Huff, Semprul ni anak. Hampir aja aku kepancing membalas pesannya. Aku sudah panik bukan main. Hmm... tapi dia bilang gak boleh sama Eko, berarti ada Eko dong di dekatnya. Hufh... untung saja ada Eko di sana. Aku tersenyum lega.

“Makasih ya Ko,” ucapku.

Aah iya... Share! Haha... Kutinggalkan halaman chat Riki, dan beralih ke grup. Aku menulis : Pingin share pengalaman tapi masih males nulis.. Hehe..

Beberapa detik kemudian, ada yang menimpali.

085 XXX XXX : Ciee... panjang berarti ya pengalamannya?

081 XXX XXX : Jam terbang tinggi nih kayaknya...

085 XXX XXX : Gue wawancara aja mau nggak? Ha ha.

082 XXX XXX : Wawancara trus ditulis di sini bro...

085 XXX XXX : Jadiin novel bro...

Dan beberapa tanggapan yang senada dari para cowok. Tidak ada member cowok yang cukup penting untuk aku simpan nomornya. Baru para cowok kayaknya nih yang nanggapin.

Farah sedang mengetik… Nah, kalau Farah ini member cewek, jadi kusimpan nomornya.

Farah : Dikit-dikit aja say nulisnya. Jadi penasaran ceritanya... Sapa tau bisa inspiring buat gue. He he...

Farah adalah salah satu member yang mengaku pelaku eksib. Cukup sering share walau nggak melulu tentang pengalamannya. Beberapa kali dia share foto, meski wajahnya tidak pernah tampak utuh. Dia selalu menampilkan sebagian. Kadang tampak matanya, kadang tampak bibirnya. Dari situ tampak bahwa Farah ini cantik orangnya. Beberapa member sering juga menduga Farah ini model, tapi Farah sendiri selalu menyangkal. Padahal foto-foto yang dia share selalu tampak profesional. Kualitasnya bagus banget. Jauh sama foto-fotoku ini. Duh, ngebandingin sama foto-foto Farah jadi agak ragu nih mau share fotoku.

Ga enak juga masuk grup tapi nggak pernah share. Oke deh gapapa, aku mantap share foto yang dikirim Eko tadi. Setelah kuseleksi, aku pilih 3 foto terbaik yang kini sedang kuutak-atik edit di aplikasi editor foto di androidku. Tidak lupa wajah cantikku kututup sebagian, kusensor dengan tool brush. Aku niru Farah ah, kutampakkan mataku di satu foto dan mulutku di foto yang lain. He he... Biar ketahuan juga dong bahwa aku cantik. Ha ha ha... kupikir aku tidak kalah cantik dari Farah. Pede aja lah, ngarep dapat pujian juga aku. Hihihi... ^o^

Dilla : Aku share foto aja ya..? maaf ga bagus kualitasnya.

Lalu segera kukirim 3 foto yang sudah kuedit tadi.

Sent.

Hening sesaat. Berdebar-debar aku menunggu respon dari member yang lain. Tak menunggu lama, langsung muncul 2 komentar.

085 XXX XXX : "Wuih, Dilla.... Cantik!!!

082 XXX XXX : : Seksi Dilla!

Aku tertawa sendiri kesenengan membaca komentar mereka. Fitrah cewek memang, senang dipuji. Aku berguling kegirangan di atas kasurku. Kulit telanjangku terasa enak bergesekan dengan alas tidurku.

Farah sedang mengetik…

Ting.

Farah : Dilla... Congrats atas share perdananya! Seksi banget! Eh selfie dong, langsung ya... biar ketahuan ini foto kamu beneran bukan? He he.

Dengan bersemangat kutulis jawabanku.

Dilla : Ha ha... Jangan ah, aku lagi bugil nih di ranjang.

Farah : Yeayyy! Even better...! Ayo dong selfie, temen2 dukung Dilla Selfie ya....? Selfie! Selfie!

085 XXX XXX : Setujuuu... Ayo Dilla, go go go...

082 XXX XXX : Selfie! Selfie!

Lagi-lagi aku ketawa sendiri, duh ternyata menyenangkan ya share begini. Okelah siapa takut, mumpung lagi seneng nih. Haha, moodku membaik. Asyik!

Aku pun berpose, kututupi mataku dengan satu tangan. Lidah kujulurkan, dan ckrek! Send!

Farah sedang mengetik…

Ting.

Farah : Hi hi hiiii.... Yes, Cantik banget kamu Dilla... Tubuh kamu bagus banget!

085 XXX XXX : : Cakepppp!

081 XXX XXX : Sumpah keren!

085 XXX XXX : Lagiii...!

082 XXX XXX : Anjirrr gue nafsu

Ochi sedang mengetik...

Ting.

Ochi : Asyiknya bugil...! Aah aku juga bugil aah!

085 XXX XXX : Ha ha ha, asyik ayo pada bugil semua...

Menarik. Aku menulis komentar.

Dilla : Selfie juga ya Chi, masa gue aja.

Ochi sedang mengetik...

Ting. Dia mengirim gambar.

081 XXX XXX : Woo Mantaapp!

085 XXX XXX : Ochi gila... Ha ha, keren sumpah!

Komentar-komentar yang datang kemudian langsung beralih membahas dan memuji-muji foto Ochi dengan penuh semangat. Gimana tidak, Ochi mengirim foto telanjangnya dalam kondisi dia sedang berada di teras rumahnya, dan dia tidak selfie. Ochi tampak sedang menyapu teras, ada seseorang yang memotretnya. Dan orang yang memotret itu menampakkan tangan kirinya mengacungkan jempol pada Ochi. Tangan itu sekaligus menutupi wajah Ochi. Seksi banget!

Aku menulis komentar gemas.

Dilla : Itu siapa Chi?

Dilla : Adek ya?

Komentarku tidak segera dijawabnya. Setelah komenku langsung berdatangan komentar riuh lainnya. Entah kenapa aku jadi merasa tersaingi. Semua langsung heboh beralih membahas dan memuji foto Ochi. Aku tersenyum kecut. Ada perasaan iri dan kesal menyeruak. Meski begitu, aku memutuskan untuk bersenang-senang di grup ini, jangan sampai cuman gini doang bisa ngerusak mood lagi. Aku menghela napas dan mengetik.

Dilla : Yaah kalah telak deh...

085 XXX XXX : Ha ha, foto Dilla juga seksi banget kok.

082 XXX XXX : Jangan kalah Dilla, keluar juga dong?

Provokasi lainnya kemudian bermunculan. Ha ha, kayaknya asik juga. Tapi aku belum tergerak untuk melakukannya. Males gerak! Haha.

Ochi sedang mengetik...

Ting. Terkirim lagi sebuah gambar.

Dan... Gambar kali ini jauh lebih heboh!

Foto wajah Ochi agak close up. Ochi menutupi hidung dan mulutnya dengan satu tangan, mata lentiknya menatap sayu. Wajahnya penuh peju kental! Di rambutnya, dahinya, meleleh ke satu kelopak matanya, dan di tangan yang menutupinya. “Kena peju deh." Captionnya diakhiri dengan emoticon mata genit. Cantik!

085 XXX XXX : Ochiii, i love youuu!

082 XXX XXX : ikut mejuin boleh dong??

Serentak komentar-komentar pujian pada Ochi makin heboh bermunculan.

Aku makin panas dingin. Kuketik komentar ngaco.

Dilla : Aaa.... senior memang kelasnya beda! Salam hormat suhu Ochi. Mohon bimbingannya

082 XXX XXX : Dilla jangan kalah...

Kuketik komentar berani.

Dilla : He he, ga ada yang mejuin nih, kamu mau bantu mejuin aku?

082 XXX XXX : Ha ha ha... mau banget lah! Send loc!

081 XXX XXX : Ikuutt...!

085 XXX XXX : Otw!

Hihihi... Senangnya membaca komentar-komentar mupeng itu. Tentu aku tidak serius mengundang mereka.

Ochi sedang mengetik...

Ting.

Ochi : Dilla sayang, iya itu adekku... Hihihi, nakal banget yah?

Gila! Pikirku. Serius nih si Ochi?

082 XXX XXX : Chi, kok mejuinnya nggak di teras lagi?

Ochi sedang mengetik...

Ting.

Ochi : Gila aja kali. Haha, tadi gue keluar sebentar 5 detik aja sudah ada orang lewat, motor lewat... Jalan depan rumah Ochi rame tauk?

082 XXX XXX : Kereen...!

082 XXX XXX : Gapapa kali, biar orang lewat ikut mejuin kamu.

Ochi sedang mengetik…

Ting.

Ochi : Maunya!

Beberapa nomor terlihat sedang mengetik komentar. Tapi kini aku menutup ponsel pintarku. Tak terasa sudah sangat petang. Kesenangan ini harus terinterupsi. Maghrib sudah berkumandang. Perutku juga sudah mulai lapar. Aahhh… Desahku sambil meliatkan badan, dan berguling-guling di kasur. Sambil ogah-ogahan aku beranjak dan berjalan ke kamar mandi.


****

Pukul 18.15

Aku sudah kembali bugil ria di atas kasur setelah sebelumnya menyalakan lampu-lampu, cek kunci pintu, menutup tirai jendela, dan rutinitas lain yang sama tiap memasuki malam hari. Dan, itu juga kulakukan sambil telanjang. Satu-satunya kain yang menutup tubuhku tadi ya cuma selembar mukena yang hanya bertahan selama 3 menit melekat di tubuhku. Setelah itu langsung kulempar, hihihi.

Aku seakan tidak sabar kembali chit chat ria di grup buka-bukaan. Tapi sebelumnya aku hubungi dulu sebuah restoran cepat saji untuk memesan makanan. Aku jarang keluar untuk makan. Kadang aku masak sendiri karena stok bahan makanan cukup banyak di rumah. Tapi lebih sering memang aku menggunakan jasa delivery atau aplikasi pengantar makanan. Alasannya? Ya apalagi kalau bukan males pakai baju! ^o^

Lho, kalau abang pengantar makanan datang apa aku nggak harus pakai baju ketika menerimanya? Kalau ada yang bertanya begitu, jawabanku jelas : Nggak sama sekali! Kenapa harus pakai baju ketika menerima pengantar makanan? Secara itulah satu-satunya hal di mana aku bisa lebih bersenang-senang dengan ketelanjanganku setelah tidak lagi dengan Eko. Tapi bukan berarti aku berani sevulgar waktu nerima pengantar paket waktu itu sih. Biasanya aku sudah menyiapkan uang pembayaran yang pas di meja teras. Ketika abangnya datang, aku membuka pintu sedikit dan hanya melongokkan kepalaku keluar. Tentu saja aku hanya mengekspos sebelah bahuku. Cukup untuk mengesankan ketelanjanganku.

"Taruh meja situ aja bang makanannya, uangnya ada di situ... Sudah pas kan jumlahnya? Oke makasih ya Bang... Maaf saya sedang ga pakai baju." Biasanya aku akan bilang begitu.

Dan setelah itu, hanya melihat ekspresi dan reaksi abangnya aja aku sudah kesenengan. Nggak seru-seru amat sih, apalagi kalau dibanding kegilaanku waktu nerima abang pengantar paket waktu itu. Tapi cukuplah. Sebenarnya pingin banget mengulang kegilaan waktu itu, tapi entahlah, keberanianku belum datang lagi. Apalagi sekarang aku sendirian, tidak bersama Eko.

Setelah memesan makanan, aku hendak beralih ke grup, tapi aku melihat ada pesan baru dari Farah. Wah, aku dijapri...? Ada apa ya?

Farah : Halooo Dilla sayang... Ini Farah. Nomerku disave kan...?

Farah : Sedang apa Dilla?

Farah belum mengutarakan apa tujuan japrinya. Baru basa-basi.

Aku mengetik jawaban.

Dilla : Halo Farah, iya nomornya disave. Ga lagi ngapa-ngapain nih. Ada apa ya?

Farah : Mmm, Dilla, itu tadi foto asli kamu?

Dilla : Iya, kenapa?

Farah : He he, bisa foto sekali lagi sekarang tapi aku request pose dan kostum bisa? Kalo mau sih... Maaf ya, he he...

Dilla : Bisa aja sih... tapi buat apa ya..?

Farah : Pingin meyakinkan kalo kamu beneran.

Dilla : He he… Kalo ga percaya juga gapapa ko...

Farah : Aa… bukan gitu...

Farah : Gini…

Farah : Kami ada grup khusus buat para 'pelaku', isinya so far sih cuma berenam... kalo kamu beneran, bakal seru deh kalo kamu mau gabung. Cewek semua kok

Oo gitu. Aku manggut-manggut dan berpikir, tidak langsung menjawab chatnya. Sejenak kurenungkan tawarannya. Dia menanyakan aku beneran apa nggak? Tapi bisa aja dia sendiri bo'ongan, dan grup itu juga bo'ongan... Pikirku parno. Trus ada manfaatnya nggak aku gabung grup itu ya? Halah, kaya gini kok mikir manfaat. Hahaha.. Aku geli sendiri dengan pikiranku.

Tapi memang menyelinap sedikit kesadaran bahwa yang kulakukan ini ngga bener, dan harusnya aku ikut grup terapi atau konseling, atau ikut grup pengajian. Bukannya ikut grup sesama eksibis yang malah akan makin menjerumuskan aku.

Farah sedang mengetik…

Ting.

Farah : So..? Gimana? Think about it ya... Ga harus langsung jawab sih... Maaf ganggu

Aku menjawab cepat.

Dilla : Eh, Farah...

Farah : Yaa...?

Dilla : Ada siapa aja kok cuma berenam? di grup kayaknya kan banyak tuh?

Farah : Gue, Ochi, Icha, Aya, Ai, Nana. Yang lain ga lulus fit and proper test. ha ha ha..

Sejenak aku ragu dengan komentar yang hendak kuketikkan. Tapi, ah sebodo amat, pikirku.

Dilla : Ha ha, trus aku mau disuruh apa nih?

Farah : Ya tu tadi. kamu foto tapi sesuai request gue. Jadi ga mungkin bo'ong atau comot foto orang di mbah gugel. Maaf ya, buat ngeyakinin doing si…

Dilla : Requestnya jangan aneh2 tapi ya

Farah : Ha ha ha…

Farah : Nggak lah.

Farah : Mmm… apa ya? Belum kepikiran juga sih.

Farah : Kamu punya baju kuning?

Dilla : Ngga

Farah : Apa kek gitu yg kuning, kain, pita, atau bantal kuning..

DIlla : Ada bantal pikachu

Farah : Yeay.. i love Pikachu! Kamu selfie bugil sambil bawa bantal itu ya. Buat nutupin muka kamu.

Farah : Itu kalo mau nutupin muka sih… Kalo mau ekspos juga gapapa. He he…

Farah : Kamu di mana? rumah, kos, atau...?

Dilla : Rumah.

Farah : Sendiri? Atau ada ortu?

Aku tidak langsung menjawab pertanyaannya. Mikir 2 kali dulu.

Farah : Maksudnya, kalo lo sendiri, fotonya jangan di kamar, di dapur kek, atau ruang tamu, gitu.

Farah : Kalo oke, langsung ya…?

Dilla : Oke!

Farah : Yeay…! So exciting!

Kali ini aku langsung beranjak tanpa ogah-ogahan. Kutenteng bantal pikachu kesayanganku keluar, aku menuju ruang tengah, kunyalakan TV, kupilih channel, dan selfie di depannya. Mukaku kubenamkan separuh di bantal pikachuku sehingga yang tampak hanya mataku.

Ckrek!

Perfect!

Send...

Farah sedang mengetik…

Farah : Yeay Dilla, so cute!

Farah : Cepet banget! Thanks ya!

Dua detik kemudian Farah mengirim undangan gabung ke grupnya. Nama grupnya 'The Eksibis'.

Kuklik join,

dan tadaa... i'm in!

Langsung aja kuketik sapaan singkat.

Dilla : Salam kenal semua. Makasih dah boleh join.

Farah : Dilla....! Welkam tu the jungle! Hi hi hi…

Farah : Ladies, say hi to Dilla. She's for real!

Lalu Farah share fotoku tadi yang selfie bareng pikachu. “Lihat deh acara TV nya, bisa dicek, acara itu memang sedang tayang sekarang. Jadi, barang bukti meyakinkan. Dia terbukti bersalah!” Captionnya kocak.

Aku mengetik.

Dilla : Guilty as charged! Haha..

Ai : Haiii Dilla, aku Ai... senengnya tambah anggota.

Farah : Haha, kita bertujuh sekarang!

Farah lalu mengubah nama grup menjadi “The Magnificent Seven”.

Aya : Waa.. Anak baru...! Yuk kita pelonco!

Icha : Salam kenal Dilla, aku Icha.

Nana : Hai Dillaaa... Cakep fotonya. kyaaa...! Pikachu, aku sukak!

Ochi : Dilla cantiikk. Met gabung. Nice pic!

Farah : Dilla, ni grup belum lama, baru semingguan. Jadi semua juga baru saling kenal, dan belum sempat ngobrol-ngobrol panjang.

Dilla : Ooke… Thanks ya udah invite.

Begitulah aku kini menemukan komunitas baru dan bergabung di dalamnya. Tapi obrolan perkenalan itu tidak lama karna aku pamit untuk makan. Ya, di tengah obrolan perkenalan itu, abang pengantar makanan sudah di depan rumah. Jadi aku langsung bergegas menemuinya, dan segera makan, karna perutku sudah lapar banget. Aku sampai lupa menyiapkan uang tunai di meja teras, sehingga aku harus menyerahkan pembayaran langsung ke abangnya.

"Bang, tolong makanannya taruh aja di meja itu ya... Ini uangnya, maaf saya lagi nggak pakai baju." Ucapku. Ekspresi abang itu datar aja ketika mendengar bahwa aku nggak pakai baju. Ah, nggak seru. Pikirku. Tapi aku tidak akan menggodanya. Aku sudah lapar. Aku tetap berdiri di dalam rumah, dengan celah pintu yang terbuka sedikit. Cukup untuk tanganku keluar mengulurkan uang.

Aku makan tanpa melanjutkan ngobrol di grup. Bagiku makan itu hal yang sakral. Haha, Dasar suka makan. Dulu awal-awal aku biasa makan sendiri di rumah. Awalnya sedih, tapi lama-lama biasa. Eh, sekarang kok jadi agak sedih lagi nih. Makan sendiri. Andai… Aahh, malah teringat Eko lagi!

Sejam kemudian. Setelah buru-buru melolosi mukena dari tubuhku, aku langsung melompat ke kasur lagi. Hop. Cek grup! Hanya sedikit obrolan ketika aku pamit makan. Mungkin yang lain juga beraktivitas sama sepertiku tadi. Obrolannya tidak terlalu penting, langsung cek chat terakhir. Ada pertanyaan dari Aya.

Aya : Dilla, kamu jilbaber ya?

Langsung kujawab.

Dilla : Sori, baru selesai makan…

Dilla : Mmm... kasi tau gak eaa?

Aya : Yeayy... Tambah anggota jilbaber kita!

Hihihi, langsung bisa menyimpulkan aja nih Aya. Pikirku. Belum juga kujawab. Tapi gapapa, aku nggak akan menyangkal. Langsung kuketik balasan.

Dilla : Emang siapa aja yang jilbaber di sini?

Aya : Gue, Ochi, Farah sama Icha.

Nana : Dillaaa, kamu masih perawan?

Busett si Nana nyamber langsung nanya gitu. Aku tertawa.

Dilla : Wkwkwk… Kasi tau ga eaa…?

Dilla : Yang nanya pasti udah ga perawan.

Nana : Wkwkwk...

Dilla : Nana umur berapa sih?

Nana : Ya ampunnn pertanyaan sensi banget nihh.

Dilla : Ha ha, sensi mana sama pertanyaan keperawanan?

Nana : Aihh... Dilla sensi ya ditanya keperawanan, berarti sudah nggak perawan beneran nih??

Dilla : Justru ituuuu, aku sensi karna masih perawan! Wkwk... Maluu, di sini pasti udah pada senior dan berpengalaman kan??

Nana : Waa... Dikatain senior, aku baru lulus SMU kemarin yoo... Baru semester 1 nih.

Dilla : Wkwk… Serius? Gue panggil adek dong ya.

Dilla : Parah kamu dek, semester 1 udah pengalaman ya... Kak Dilla ngaku kalah deh. Wkwk

Nana : Iyaa kak Dilla… Ih kakak kayak ga tau jaman sekarang aja...

Ai : Kok bisa Dilla masih perawan? Emang ngga pingin? He he...

Dilla : Ya ampun, beneran ya gue paling polos di sini?

Farah : Wkwkwk... Gaya aja tuh si Ai, dia juga masih perawan tuh.

Ai : Wkwkwk... aah ga seru dibocorin.

Dilla : Haha, kirain...

Farah : Ayo absen dulu dong, yang masih perawan, cung...! Jujur ya...

Dilla : Guee.

Ochi : Aku juga belum ternoda, mohon bimbingannya kak... wkwk

Farah : Haah? Ochi seriusan?? Bukannya udah sering dipejuin tu muka? Hihihi

Ochi : Ha ha, emang dipejuin mukanya bisa bikin ngga perawan ya?

Farah : Haha, nggak lah…

Farah : Kaget aja lo mainannya udah sampe kaya gitu ternyata masih perawan aja.

Ochi : Haha, gue ga punya pacar, ga ada yang mau sama gue.

Farah : Preeettt!!!

Ochi : Wkwkwk… Nakal2an kaya gitu kan sama adek doang... Belum berani kalo sampe kayak Icha mah...

Nana : Idih sok merendah kak Ochi cantik...

Nana : Eh.. Emang Icha kenapa?

Ochi : Ha ha, si Icha incest sama adeknya, say...

Nana : Haaah Ichaa... Beneran? Sama adek, ngentot?

Farah : Seriusss? Ichaa…

Icha : He he iya nih, parah ya gue?

Aya : Cerita dong yang masih perawan, Ochi cerita dong?

Ochi : Ha ha, yang masih perawan apa yang mau diceritain. Yang udah ngentot aja dong yang cerita.

Farah : Eeh, semua harus cerita ya...

Ochi : Tapi yang udah ngentot dulu dong yang cerita...

Aku langsung mendukung Ochi.

Dilla : Setujuu!

Dilla : Aku mau Icha ceritaaa...

Icha : Haha kok langsung gue, dari tadi duduk manis jadi pembaca setia kok tau2 ditodong cerita.

Dilla : Habis menarik banget gue pingin tauuu...

Entah kenapa aku tiba-tiba langsung excited dengan info incestnya si Icha. Fantasiku sudah kemana-mana aja tadi.

Farah : Eh, ladies, sebelumnya gue mau ngingetin ya, ga ada saling nge-judge ya di sini.

Dilla : Iyaa bos!

Nana : Yoii!

Farah : Hehe, good. Lanjut, gimana Icha mau cerita? Gue juga penasaran nih.

Icha : Mau. Tapi nggak sekarang, jangan gue dulu...

Icha : Adek bungsu kita aja nih, Nana dulu. Ni kecil2 udah nakal… Haha

Icha : Ayo Na, pengakuan dosa! Haha... Harus mau...

Nana : Lho kok aku sih? Hehe, oke lah...

Nana : Tapi aku udah kuliah kok masih kecil sih... Kesannya kok under age banget. Xixixi…

Nana : Aku udah matang lho, udah boleh ngentot.

Ochi : Ha ha, maklum di sini kan alim2 dan cupu... Kurang gaul, makanya kamu cerita duluan dong.

Nana : Wkwkwk... Alim. Anak Liar Malam ya...

Ochi : Kapan pertama kali Na?

Nana : Sweet seventeen kakak... Kelas 2 SMA gitu deh.

Ochi : Wow 17 tahun? Sama siapa?

Ai : Ortu gimana? Tau nggak

Nana : Sama kakak kelas. Bukan pacar.. dia kayak playboy di sekolah gitu deh...

Nana : Ortu tau, aku ijin kok.

Ai : Haaahh??

Nana : Ha ha ha, iya... mama ngebolehin, secara aku mintanya udah sejak SMP. Hi hi hi

Ai : Minta?

Ai : Wah kayak gimana sih mama kamu? Cerita dong

Nana : Mamaku single parent. Aku anak tunggal. Mama nggak pernah nikah sama papa. Doi liberal banget. Bebas. Makanya aku juga dibebasin... tapi cukup cerewet juga sih mama sekarang. Hihi

Nana : Jadi aku tuh udah ngerti seks sejak SMP gitu deh, udah pacaran...

Nana : SD aja aku udah sembunyi2 nonton bokep punya Mama. Cuman kan SD gitu lho, liat adegan seks geli2 jijay gitu deh.

Nana : Sejak itu pingin banget ngerasain seks.

Ai : Trus?

Nana : Yaa... Aku tu dekat banget kan sama Mama, jadi aku suka cerita2 gitu deh... masuk SMP udah pacaran, trus aku tanya sama Mama, boleh nggak aku ngeseks?

Ai : Wkwkwk... Trus mama kamu jawab apa?

Ochi : Gokil!

Nana : Mama sok-sokan kaget gitu deh... dikiranya aku masih lugu

Nana : Punya film bokep ditaruh di lemari gitu aja, gak dikunci atau apa, trus dikiranya aku gak bakal tertarik nonton...

Nana : Bawa laki2 ke rumah, trus berduaan di kamar, dikunci. Dikiranya aku nggak tau mereka ngapain.

Nana : Wkwkwk...

Ochi : Haha, Mama kamu binal juga ya?

Aya : Mama kamu pasti cantik?

Nana : Banget!

Ochi : Hahaha...

Nana : Eh, maksudku banget cantiknya... kalau binal, nggak deh... mama biasa aja kok.

Nana : Makanya tadi kubilang, sekarang mama cerewet.

Aya : Oya, cerewet gimana tuh maksudnya?

Nana : Cerewet karna aku yang binal. Wkwkwk... jadi mama tu sering ngomelin kelakuanku gitu deh.

Nana : Mama ngebolehin aku ngeseks. Tapi begitu aku ketagihan trus eh malah diomelin. Wkwkwk...

Aya : Ha ha ha.. ketagihan trus jadi nakal ya? Keseringan ngeseks? Atau keseringan gonta ganti cowok?

Nana : Dua duanya! Wkwkwk...

Ochi : Parahh... ha ha ha

Nana : Iyaaa... Mamaku stress banget. Wkwkwk

Ochi : Eh iya, tadi katanya SMP sudah minta ngeseks, itu dibolehin?

Nana : Nggak..! Ha ha... dilarang diomelin... suruh rajin belajar.

Ochi : Ha ha... lagian, 1 SMP gitu lho...

Ochi : Trus gimana?

Farah : Eh, ada lho temenku 1 SMP udah gituan.

Nana : Trus aku sering minta kan... apalagi tiap mama bawa laki2 ke rumah, gue sindir2 terus deh...

Nana : Trus akhirnya Mama bilang, boleh nanti kalo udah 18 tahun. Tapi aku suruh rajin belajar, nilai harus bagus... gitu2 deh standar.

Ochi : Kamu nurut?

Nana : Iyaa lah. Aku tu anaknya penurut lho.

Nana : Aku tu sayang banget sama Mama... ga pernah nakal deh, kasian Mama.

Farah : Ciee anak Mama ternyata.

Nana : Iyaa... pokoknya mamaku is the best deh...

Icha : Interupsiii… Tadi katanya sweet seventeen hayoo... Mama bilang umur 18 kan?

Nana : Hahaha... Ya negosiasi laahh... aku nahan lama banget, kelas 3 SMP aku pacarannya udah hot banget, pacarku sering grepe2, minta dioral, petting, duh pokoknya nggak tahan deh! Stress gue!

Nana : Jadi aku masuk SMA tuh udah merengek2 terus ke Mama, minta dibolehin ngeseks... tapi mama keukeuh banget! Bete gue... padahal nilai2 aku bagus terus.

Farah : Wow, kamu anak baik juga yah... bisa aja kan kamu nekat pacaran ngeseks, trus ga bilang2... kan mama kamu ga bakal tau?

Nana : Sering banget sih kepikiran kaya gitu, tapi untungnya nggak...

Nana : Lagian ya itu, Mama nurunin syaratnya, ga harus 18 tahun, 17 tahun udah boleh... Tapi nilai juga harus dipertahankan. Plus tambah 1 lagi, waktu itu nilai inggrisku kan jelek tuh... cuma 7. Nah, harus naik jadi minimal 9

Farah : Ya ampuun.. ha ha.. biasanya anak2 rajin belajar biar dapat sepeda, ni anak rajin belajar biar dapat kontol!

Nana : Wakakakaka...

Icha : Sama2 bisa ditunggangi sih. Wkwkwk...

Nana : Iyaa.. Tapi kalo sepeda kita yang genjot. Kalo kontol, kita yang digenjot! Wkwkwkw...

Farah : Wkwkwk…

Ai : Eh trus, ngeseks sama siapa, di mana, gitu, ada syarat nggak dari mama kamu?

Nana : Nggak lah, sama siapa bebas. Tapi kalo tempat, kalo bisa di rumah sih...

Nana : Tapi waktu itu cowokku nggak nyaman sih kalo main di rumah, akhirnya ke hotel.

Nana : Gapapa juga, malah dikasih duit sama Mama. Suruh di hotel yang bagus. Hi hi...

Ai : Eh katanya nggak sama pacar?

Nana : Iyaaa... waktu itu dua bulan sebelum sweet seventeenku, aku tuh putus sama pacarku.

Ai : Haah? Kok bisa? Apa pacar kamu ga tau kalo sebulan lagi mau dikasih perawan kamu?

Nana : Tau! Makanya dia nangis bombay gitu deh waktu kuputusin... iih sebel banget waktu itu, ketahuan cengeng banget cowokku itu.

Nana : Mewek2 ga karuan gitu deh. Lebay!

Ai : Oo kamu putusin sepihak ya? Kenapa say? Bukannya kamu juga nunggu2 momen sweet seventeen buat ngelepas perawan. Kok pacar diputusin?

Ochi : Selingkuh pasti ya?

Nana : Yoii... dia selingkuh. Kesel banget kan? Akunya tahan2in nunggu, biar spesial, eh dia nggak tahan, trus nyoblos di tempat lain!

Nana : Huh. Jadi sebel lagi deh kalo ngingat2 dia.

Ochi : Ha ha, sabar sabar dek

Nana : He he, gapapa kok, justru gara2 itu aku bisa ngalamin first seks yang endessss banget! Hi hi hi...

Ai : Aaa.... cerita dong!

Nana : Iyaa kakakku, ini kan lagi cerita... wkwk

Ai : Wkwkwk... penisirinnn...

Farah : Wkwk... penasaran sama penis jadi penisirin ya

Nana : Jadi aku tu malamnya manja2an, nangis curhat gitu deh sama Mama.

Nana : Mama malah godain, tu artinya belum diijinin Tuhan buat ngeseks. Doi bilang gitu. Sebel kan...

Farah : Wkwkwk... iya dek... dosaa

Nana : Taukkk

Ochi : Wkwkwk

Nana : Pokoknya aku ngotot tetep mau ngeseks pas sweet seventeen. Aku udah komitmen. Harus dapat pacar dalam waktu sebulan itu!

Ochi : Komitmen buat ngeseks. Wkwk..

Ai : Ha ha, 30 hari mencari cinta dong judulnya. Kayak film.

Farah : Gak susah kan mestinya? Kamu kan cantik, yang mau pasti banyak.

Nana : Hih... yang mau banyak tapi yang aku mau juga dong. Emang apaan.

Nana : Banyak yang pedekate juga karna pada tau aku baru putus.

Nana : Saking banyaknya aku malah jadi curiga, jangan2 eks pacarku itu ember, cerita ke cowok2 bahwa aku udah niat ngelepas perawan pas ultah nanti. Kan aku malah parno jadinya... tambah susah tau, buat mutusin mau pacaran sama siapa. Ga ada yang tulus di mataku. Ga ada yang berkharisma sama sekali...

Farah : Ha ha... masuk akal.

Farah : Trus gimana?

Nana : 2 minggu, aku curhat lagi sama Mama... trus Mama tu ngubah mindsetku gitu.

Farah : Ngubah mindset gimana?

Nana : Bahwa ngeseks ga harus sama pacar!

Farah : Wow. Ha ha ha... cadasss juga mama kamu! Gue sukak! Hi hi

Ochi : Gimana gimana, jelasin dong!

Nana : Mindset bahwa malam pertama harus istimewa, sehingga harus bersama orang yang dicintai, itu basi banget!

Ochi : Wkwkwk... Mama kamu bilang begitu???

Nana : He he, nggak sih, itu bahasaku sendiri.

Nana : Intinya Mama bilang bahwa ngelepas keperawanan itu ngga enak. Sakit. Canggung. Malu. Dsb...

Nana : Harus istimewa, iya. Tapi diubah, istimewa bukan karena bersama orang yang dicintai, tapi istimewa karena bersama orang yang sudah mahir, berpengalaman soal seks! Hi hi…

Nana : Jadi kita bakal diservis, puas, enak dan nyaman ngeseksnya.

Nana : Cinta itu soal hati. Kepuasannya di hati. Itu mah nanti, anak SMA kan masih cinta2an monyet gitu. Ga usah bicara cinta yang muluk2 kayak dongeng.

Nana : Ngeseks, itu kepuasannya fisik. Tubuh kita yang ngerasain. Kelamin yang bicara! Enaknya di memek, bukan di hati. Memek dulu yang enak, hati tinggal ngikut apa kata memek.

Nana : Gitu kurang lebih Mama bilanginnya. Serius kalo ini.. Mamaku bener2 literally ngomong "memek". Ngawur banget ya mama aku? Hihihi...

Farah : Wkwkwk... Tapi masuk akal sih! 1000% setuju!

Ochi : Terus teruss...?

Nana : Mama trus nawarin aku, mau nggak sama temen kantornya.

Ochi : Bruakakakak...!

Ai : Wkwkw…. Ciyuss? Miapah?

Farah : Gokil mama kamu! Trus kamu mau?

Nana : Ya nggak lah!

Farah : Wkwkwk... Trus gimana?

Nana : Ya trus Mama tanya, ada nggak cowok ganteng yang reputasinya playboy banget di sekolah?

Nana : Cowok yang cewek ngantri dipacarinya, yang suka gonta ganti cewek...

Nana : Pokoknya cowok brengsek abis, tapi cewek ga bisa nolak...

Nana : Kegambar kan karakternya kayak gimana?

Farah : Paham paham... Ada tuh di kelas gue cowok kaya gitu.

Nana : Nah, sama.. kebetulan cowok kayak gitu ada di sekolah aku! Tapi kakak kelas. Ha ha ha...

Nana : Pas Mamaku bilang tu aku langsung kebayang orangnya. Namanya David. Cakeeppp banget orangnya. Pacarnya gonta ganti, ah pokoknya profilnya persis sama yang digambarin Mama.

Nana : Tapi itu aku cuma dengar gosipnya sih... hi hi hi... Tapi kan jadi pingin buktiin aku.

Nana : Tau nggak? Padahal tadinya aku paling sebel lho kalo temen2ku pada ngegosipin dia.

Nana : Tapi gara2 mamaku, dalam sekejap aku langsung berubah sikap jadi terobsesi sama dia.

Farah : Dahsyat provokasi mama kamu! Hahaha...

Nana : Iya. Tapi aku sempat bingung juga, gimana caranya, masak gue duluan yang pedekate...

Farah : Iya, gimana tuh?

Nana : Ternyata sama sekali nggak sesulit yang dibayangin sih...

Ai : Gimana tuh?

Nana : Ada deh ceritanya, pokoknya intinya aku ngadang di tempat dia biasa lewat. Pura2 kesal nunggu jemputan. Padahal memang sejak awal aku sengaja minta ngga dijemput.

Ai : Ha ha, boleh juga tuh modusnya

Nana : Eh bener, begitu dia lewat, liat aku, langsung ditawarin deh bonceng.

Nana : Itu awalnya, setelah itu gampang banget, aku yang biarin dia agresif. Dasar dianya playboy kan.

Nana : Tapi emang pinter banget lho dia ngerayu, memuji, bikin suasana hati kita nyaman, dsb. Kelepek kelepek deh pokoknya. Reputasinya emang gak bohong! Hi hi hi...

Farah : Bener tuh biasanya gitu. Kita udah tau dia gombal, tapi kita tetep kemakan ya…

Nana : Yak tul!

Nana : Ya udah, jadinya aku sama dia.

Nana : Pas malam gue ultah, kebetulan banget malam minggu tuh... kita ngamar deh, di hotel yang direkomendasiin Mama. Bagus banget. Mahal juga, tapi kan Mama yang bayarin. Hi hi…

Nana : Sumpah seneng banget waktu itu. Bener2 ga bisa dilupain.

Ai : Aa… Penasaran!! Sakit nggak say?

Nana : Ya sakit, tapi dia pelan2 dan care banget mainnya.

Nana : Ya gitu deh berpengalaman. Pas aku udah basah banget, dimasukin kan itunya… Eh ternyata tetep seret dan sakit.

Farah : Ya ampun, “itunya.” Xixixi...

Nana : Iyee, kontolnya.

Farah : Wkekek... terusin!

Nana : Aku kesakitan, dia pelan2, sambil akunya dipeluk, dicium-ciumin... so sweet banget deh. Dan...

Nana : Yaaa gitu deh pokoknya. Masak mau dijelasin detil sex scenenya? Hahaha..

Nana : Dan bener kata Mama, kalo tubuh udah nyaman, memek udah enak, hati kita ngikutin. Aku surrender

... Sumpah gue kayak yang jatuh cinta, sayang banget sama dia.

Farah : Berapa kali main?

Nana : Berapa kali? Gilak, sekali aja udah lemes banget jeng...! Wkwkwk…

Nana : Abis itu gue tidur pulesss sampe pagi. Pelukan.

Ai : Aaa… Pengen!

Nana : He he… Mau aku kenalin?

Nana : Eh, ceritanya belum selesai, he he...

Nana : Paginya aku diantar pulang kan..

Nana : Eh pas dia mau pamit sama Mama disuruh mampir sarapan dulu. Ga boleh langsung pulang dianya...

Ai : Ha ha.

Farah : Waah... habis merawanin anaknya, diajak sarapan bareng sama Mamanya... kalo gue pasti grogi banget tuh. Pasti mau diinterogasi

Farah : Tapi Mama kamu kok bisa cool banget gitu sih orangnya?

Nana : Nah itu.... Kak David ini grogi banget pas itu. Wkwkwk…

Nana : Kita digoda2in gitu deh sama Mama.

Nana : Trus Mama sok2an angker gitu deh. Wkwkw... ditanya, "kamu serius sama anak saya?!"

Ochi : Wkwkwk... Trus gimana dia jawabnya?

Nana : Dia gelagepan! Ha ha..

Nana : Gue yang kayak menenangkan dia gitu deh, bahwa mama cuma bercanda…

Nana : Bahwa mama udah tau kita cuma seks aja.

Ochi : Wah cuma bisa ngebayangin… Kayaknya obrolannya menarik banget tuh

Nana : He he, ya gitu, mama masih sok angker, sok ceramahin, bahwa mama ga suka seks bebas… Ga suka kelakuan anak sekarang yang sembarangan, main one night stand, segala macem.

Farah : Wkwkwk... antik mama kamu! Teruss?

Nana : Pokoknya di situ kak David kayak mati kutu deh, aku terus yang ngomong.

Farah : Gimana ngomongnya?

Nana : Yaa... bahwa ini bukan hubungan sesaat, bukan one night stand, kita bakal ngulangin lagi dan lagi.. Hi hi hi… Gue ngomongnya sebinal mungkin deh saat itu.

Nana : Tapiii, gue tegasin ke Mama : Kita ngga pacaran!

Nana : Eh kak David malah nyeletuk, dia bilang dia mau kok pacarin aku, bahwa dia sayang sama aku, wkwk... gombal banget deh!

Ochi : Hahaha, terus kamu jawab apa?


Credit to : bramloser

No comments:

Post a Comment