Saturday, September 29, 2018

Dira (Inilah Yang Kumau) Part 18 "TAMAT"



Aku terbangun saat hari sudah siang. Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Ternyata tadi aku ketiduran di ruang tamu. Ketiduran dengan masih telanjang bulat dan wajah penuh sperma, dan sekarang wajahku jadi lengket-lengket karena noda sperma yang mengering. Gak enak banget rasanya. Akupun memutuskan untuk mandi.

Ahhh... sungguh gila apa yang barusan terjadi. Yang pertama dengan si kurir, lalu dengan bocah-bocah mesum itu. Aku bersyukur tidak sampai disetubuhi tadi. Meskipun aku udah horni dan penasaran pengen disetubuhi, tapi aku kan tidak ingin juga dengan sembarang orang.

Selesai mandi, aku memutuskan untuk memakai pakaian. Hanya tanktop dan celana legging pendek warna hitam tanpa dalaman. Emang gak terlalu nutupin aurat, tapi itu udah cukup karena hanya aku sendiri di rumah. Aku takut kalau kembali bugil akunya jadi horni lagi. Lalu jadi hilang kendali lagi.


Aku kemudian menghabiskan waktuku dengan bersantai di depan tv, sambil ngemil dan chatingan dengan teman-temanku. Tentunya sebelum bersantai aku sudah membersihkan ruang tamuku dari sisa noda sperma yang berceceran. Borgol tadi juga sudah ku kembalikan ke tempatnya di lemari bajuku.

Ketika lagi asik-asiknya bersantai, aku dikejutkan oleh kehadiran Riki. Aishhh... lagi-lagi aku lupa kalau dia masih ada di rumahku. Dia kan tadi aku suruh bersihin halaman. Sepertinya dia baru saja selesai. Dia tampak keringatan, kulitnya makin kelihatan gelap karena terbakar matahari.

Riki kemudian dengan santainya duduk di sebelahku.

“Wahhh.. kak Dira udah segar lagi nih...” ujarnya.

“Udah selesai kerjaanmu?”

“Udah kak... barusan selesai... capek”

“Ya udah... istirahat bentar, tapi habis itu langsung pulang ya...”

“Hehehe, ya deh kak...”

Kamipun jadi nonton tv berdua. Sesekali dia menggodaku. Aku pura-pura gak terlalu peduliin ucapannya. Walaupun sebenarnya senang dipuji dan digoda-goda olehnya. Yaahh... meskipun godaannya itu kadang terlalu vulgar untuk ditujukan pada gadis sepertiku.

Saat Riki lagi gencar-gencarnya ngegodain aku, tiba-tiba ada pesan masuk dari nomor tidak di kenal. Aku buka pesan tersebut dan langsung shock melihat isinya! Ada yang mengirim foto-foto telanjangku!

“Kenapa kak?” tanya Riki yang sepertinya membaca perubahan raut wajahku.

“Gak papa,” jawabku berbohong. Aku pura-pura tetap santai di depan Riki. Bocah itu masih bingung, aku hanya senyum saja, lalu kembali memperhatikan foto-foto yang dikirim padaku ini.

Aku perhatikan foto tersebut. Itu adalah foto-foto dari galery ponselku! Bagaimana bisa foto itu bisa ada pada orang ini!? Aku tidak pernah meminjamkan hapeku pada oranglain. Kecuali ada yang mengambilnya diam-diam, bocah-bocah ini jelas tidak akan berani, atau... pak Tarno si dosen brengsek itu? Tapi bukannya aku sudah balik mengancamnya?

Namun ternyata tidak hanya foto-foto dari gallery hapeku. Ada juga foto-fotoku yang diambil dari jauh. Sepertinya diambil diam-diam. Ada foto diriku dengan pakaian sopan dan berjilbab, foto tanpa jilbab, hingga telanjang bulat di halaman rumah! Astaga!

Tak lama kemudian ada pesan masuk lagi dari nomor yang sama. Kali ini berupa ancaman akan menyebar fotoku dan mengirim fotoku ke orangtuaku! Apa-apaan nih? Siapa sih ini!?

Segera ku balas pesan tersebut meskipun tanganku gemetaran. Aku berusaha tetap tenang.

‘Ini siapa? Tolong jangan begini’

Aku deg-degkan menunggu basalan. Riki yang tidak tahu apa-apa terus saja menggodaku. Aku hanya senyumin dia. Setidaknya mendengar pujian dan godaannya bisa sedikit membuat aku terhibur saat ini. Aku cemas setengah mati, perasaan ini sama dengan kejadian dengan pak Tarno waktu itu. tapi... ya... harus tetap tenang.

Selama lima menit belum juga ada balasan, aku kembali mengirimkan pesan.

‘Tolong dibalas, kita bisa omongkan ini baik-baik’ tulisku. Aku tidak mau marah, apalagi balik ngancam akan lapor ke polisi. Aku sangat takut kalau fotoku disebar, apalagi dikirim ke orangtuaku. Aku pasti sangat malu. Orangtuaku pasti juga malu akan kelakuanku. Untuk saat ini, aku harus tahu dulu siapa yang mengirim. Aku harus ngomong dengan baik-baik.

‘Baiklah kalau kamu mau bicara baik-baik’ akhirnya ada pesan masuk. Tak lama kemudian ada pesan masuk lagi.

‘Keluar dan bukakan pintu, tapi gak usah repot2 pakai jilbab hahaha’

O..orang ini ada di depan pintu? Dadaku berdebar kencang. Aku takut. Orang ini tidak hanya mengancam lewat pesan, tapi ternyata sudah berada di depan pintu! Apa yang harus ku lakukan? Apa aku harus menghubungi polisi? Ah... tidak... jangan dulu...

“Kakak mau kemana?” tanya Riki melihat aku beranjak.

“Ada tamu, temani kakak yuk” ajakku. Aku takut. Jadi aku mengajak Riki untuk menemaniku. Semoga saja dia mau melindungiku kalau terjadi apa-apa.

Akupun tidak memakai jilbab seperti perkataan orang ini, bahkan tidak memakai pakaian yang lebih pantas dan menutup aurat. Tetap dengan hanya memakai tanktop dan celana legging pendek. Aku kemudian membuka pintu depan. Aku terkejut melihat siapa yang kutemui.

“Hai Dira.... ha ha ha”

Pak Tarno.... dan.....

“Hai cantik... Wah... seksi banget pakaianmu Dira... hehehe”

Pak Subar!? Dia tetanggaku! Rumahnya berada di depan rumahku. Ternyata dialah yang mengambil fotoku yang di halaman. Ya Tuhan... Aku pikir selama ini aksiku selalu aman. Aku pikir tidak akan ada tetangga yang melihat. Rupanya aku salah. Aku ceroboh.

Tapi kenapa mereka bisa ada di sini? Kenapa mereka bisa bersama?? Tapi yang bikin aku gak abis pikir itu adalah kehadiran pak Tarno si dosen brengsek ini. Dia masih berani muncul di depanku setelah ku ancam waktu itu. Ternyata pak Tarno memang tidak melepaskan aku begitu saja. Dia sepertinya dendam padaku.

“Kalian...!? Jadi kalian yang ngirim pesan itu?” Emosiku meledak, apalagi melihat pak Tarno.

“Kita tidak disuruh masuk nih? Kan Lebih enak kalau kita ngobrolnya di dalam saja, hahaha” ujar pak Tarno sambil menunjukkan fotoku di hapenya. Sialan dia ini. Aku jadi gak bisa marahin dia. Dia bahkan tidak menanggapi pertanyaanku sama sekali.

Aku kesal dan marah. Tanpa berkata, ku buka pintu lebar-lebar dan menggeser tubuhku. Merekapun masuk. Pintu kemudian ku tutup.

“Apa mau kalian!?”

“Sungguh kebetulan banget ya Dira, hahaha” gelak pak Tarno.

“Bapak masih berani muncul lagi di depan saya!? Kalau gitu saya akan sebarkan rekaman bapak waktu itu!”

“Kamu yakin sayang? Hahahaha.... Waktu itu saya memang kalah karena hanya sendiri, tapi sekarang ada Subar. Kita sudah tahu kelakuanmu Dira. Kita tahu kalau kamu emang suka pamer aurat. Saya yakin di luar sana banyak juga yang tahu kelakuan kamu itu. Jadi lebih baik kamu turutin kata-kata kita kalau tidak mau foto-foto kamu disebar dan sampai di tangan orangtua kamu, hahaha”

“Bapak gak akan berani!”

“Kamu pikir saya main-main hah!!? Kamu pikir siapa yang lebih rugi nanti? Saya atau kamu!?”

Sial! Apa yang harus aku lakukan... Jelas aku kalah. Air mataku tanpa terasa sudah mengalir. Aku takut. Aku tidak punya pilihan lain. Sepertinya aku memang hanya bisa pasrah sekarang.

“Baiklah... saya akan melakukan apapun yang kalian mau” ujarku lirih.

“Gadis pintar... hahaha” tawa pak Subar yang diikuti tawa pak Tarno.

“Tapi saya pinta jangan ganggu Ochi” pintaku.

“Hmm... baiklah...” setuju pak Tarno. “Cup cup cup, jangan nangis dong Dira sayang...” katanya lagi sambil menyeka air mataku. Aku singkirkan tangannya. Aku tidak sudi tangan kotornya menyentuh wajahku.

“Senyum dong.... kalau nangis kita sebar nih foto-foto kamu.. ayo senyum!” hardiknya.

Dasar bandot tua sialan. Bagaimana bisa aku tersenyum dengan kondisi begini. Meskipun begitu aku tetap berusaha tersenyum.

“Nah... gitu kan enak dilihatnya... cantik banget kamu kalau tersenyum gitu... haha” Puji pak Tarno. Pujian darinya tidak cukup untuk membuatku merasa baikan. Aku masih marah banget padanya.

Rasa penasaranku tentang bagaimana pak Tarno bisa kenal dengan pak Subar kemudian terjawab. Pak Tarno menjelaskan padaku kalau pak Subar ini adalah temannya. Dia mengunjungi pak Subar karena ada urusan dan menemukan kalau ternyata aku adalah tetangga temannya ini. Mereka kemudian saling berbagi koleksi foto. Yang terjadi selanjutnya ya bisa ditebak.

Aku masih tidak menyangka kalau pak Tarno akan kembali mengancamku. Aku juga tidak menyangka kalau pak Subar tetanggaku sendiri tega berbuat begini padaku.

“Tapi dia ini siapa Dira? Cowok kamu ya? Jelek amat hahaha,” tanya pak Tarno melihat Riki. Aku dengan cepat menggelengkan kepala. Riki malah senang dikirain pacar aku, gak peduli dikatain jelek.

“Dia murid private saya Pak” jawabku seadanya.

“Beneran nih cuma murid? Jangan-jangan dia target eksib kamu... kamu kan hobi pamer aurat, hahaha,” ujar pak Subar ikut-ikutan.

“Iya, saya yakin dia pernah melihat kamu bugil, mungkin juga pernah gerepe-gerepe kamu, ya kan? ngaku deh... kalau gak ngaku kita sebar nih foto-foto kamu, hahaha” kata pak Tarno lagi. Sialan bandot tua ini. Itu terus yang selalu dia katakan.

Aku tidak menjawab dan hanya tertunduk malu. Yang dia katakan memang benar. Aku memang sudah pernah telanjang beberapa kali di depan Riki, bahkan tadi sempat digerepe-gerepe oleh bocah ini hingga sepongin penisnya. Melihat ekspresiku malu-malu mengakui membuat kedua bandot tua ini tertawa.

“Hahaha, dasar pecun... hobi banget telanjang...” leceh pak Tarno.

“Padahal sehari-harinya berjilbab lho pak Tarno” sambung pak Subar.

“Iya, dia kalau di kampus juga selalu pakai jilbab yang rapi, walau kadang agak ketat, gak nyangka aslinya kelakuannya ternyata begini...” balas pak Tarno.

Ah... mendengar ucapan mereka bikin aku amat malu.

“Eh, kamu mau ikutan gak kerjain kakak cantik kamu ini?” tawar pak Tarno pada Riki. Tanpa berpikir lama si Riki langsung mengiyakan! Pak Tarno dan pak Subar tertawa terbahak karena punya tambahan pasukan lagi untuk mengerjaiku. Kurang ajar ni bocah! Aku pikir Riki akan ada usaha untuk melindungiku, tapi ternyata dia malah ikut-ikutan mereka. Sekarang aku betul-betul terpojok di antara tiga lelaki mesum! Yang satu masih bocah SMP, yang dua lagi bandot brengsek berumur 50an. Perasaanku campur aduk. Aku amat takut. Tapi entah kenapa aku juga horni memikirkan kondisiku saat ini. Aku sange membayangkan apa yang akan menimpaku. Ah... kenapa aku jadi begini sih? Apa yang harus Dira lakukan!?

“Kamu emang cantik banget Ra....” ucap pak Tarno mulai mengelus wajahku. Aku dapat merasakan tangan kasarnya di wajahku. Aku lagi-lagi hanya bisa memejamkan mata. Elusan tangannya membuat aku merinding takut sekaligus horni bersamaan.

Tangannya kemudian turun mengelus leher jenjang hingga bahuku. Sekarang tidak hanya pak Tarno yang menggerepe-gerepe tubuhku. Pak Subar dan Riki juga ikut-ikutan. Mereka menggerepe sambil terus memujiku. Aku hanya bisa pasrah. Gak bisa melawan. Aku bahkan mendesah-desah horni karena gerepean tangan mereka yang makin lama makin liar di tubuhku.

“Akhirnya kesampaian juga, sudah lama saya pengen nikmatin kamu... selama ini cuma bisa memperhatikan kamu dari jauh dan ambil foto kamu diam-diam, haha” ujar pak Subar cengengesan mesum. Pak Subar sudah memasukkan jari-jarinya bergantian ke dalam mulutku, aku yang mengerti langsung saja mengulum jarinya. Ugh... Mulutku diobok-obok pake jarinya yang besar dan bau. Awalnya terpaksa. Tapi entah kenapa lama kelamaan aku malah menyukai mengulum jarinya.

“Akhirnya bisa gerepe-gerepa kakak lagi, hehe” kata Riki gak kalah senangnya. Riki jadi ikut-ikutan dapat untung dari situasi ini. Dia asik meremas buah dadaku dari belakang. Tanktop yang ku kenakan sudah tidak karuan lagi. Sudah memperlihatkan kedua buah dadaku karena tanktop yang terangkat. Celana pendekku sendiri sudah turun hingga lutut. Vaginaku dielus-elus oleh pak Tarno. Dia pasti bisa merasaka vaginaku yang becek. Malu banget.

“Mmhhh... nggghhhhh....” aku berusaha memperingati pak Tarno agar jangan meraba-raba vaginaku. Juga memperingati Riki agar jangan kencang-kencang meremas buah dadaku. Tapi aku tidak bisa karena mulutku masih disumpal jarinya pak Subar. Bukan karena aku kesakitan, tapi takut jadi makin horni. Mereka semua tertawa terbahak melihat aku nolak-nolak tapi horni. Sialan. Aku malu banget ketahuan sedang menikmati perlakuan mereka.

“Ngapain lagi lama-lama? Langsung kita entot aja yuk nih pecun... apalagi yang ditunggu, hahaha” ucap pak Tarno kemudian. Riki dan pak Subar setuju. Jelas aku langsung berontak mendengarnya. Ku singkirkan jari pak Subar dari mulutku.

“Ah, jangan pak... plis... jangan entotin Dira....” aku menolak, tapi tubuhku mengkhianatiku. Vaginaku makin banjir mendengar aku akan disetubuhi mereka. Parahnya aku malah orgasme.

Crriiitttt crrrrrrrtttttttt “Ngghhhh... aahhhhhhhhhh” aku menjerit tertahan.

“Wuih gila, si Dira muncrat ya pak?” tanya pak Subar pada pak Tarno. Jari pak Tarno yang sedang meraba-raba vaginaku jadi becek. Aku jadi semakin malu. Sialan. Ini gara-gara pak Tarno sembarangan gerepe-gerepe vaginaku. Gak tau apa aku gampang orgasme, huhu.

“Kita bikin nih cewek keenakan sampai memohon untuk dientotin aja Pak” usul Riki. Aku melotot padanya.

“Wah... boleh juga tuh ide lo, hahaha” balas pak Subar. Kurang ajar tuh bocah! Gara-gara dia ngomong begitu memekku bakal diraba-raba lagi! Tapi ada bagusnya juga sih, aku jadi gak langsung dientotin mereka. Semoga aku bisa terus menahan diri gak sampai memohon disetubuhi orang-orang ini.

Pak Subar kemudian melepaskan pakaianku yang sudah gak benar posisinya itu. Aku nurut saja ditelanjangi. Aku bantu mengangkat kakiku saat celanaku dilolosi dari bawah. Begitu juga saat mereka melepaskan tanktopku, aku mengangkat tanganku ke atas. Sekarang akupun sudah telanjang bulat tanpa sehelai benangpun!

Ughh... Malu dan horni menjadi satu. Emang gak ada yang ngalahin sensasi telanjang bulat sambil dilihatin cowok-cowok. Aurat-auratku kembali tak tertutup seincipun di depan pria-pria yang bukan muhrimku yang bisa saja menyetubuhiku kapanpun. Tatapan mata mereka yang menatap mupeng semakin membuat darahku berdesir dan jantungku berdegub kencang. Aku sangat menyukai keadaanku sekarang.

Pak Subar lalu meraba-raba vaginaku. Pak Subar ingin membuat aku orgasme lagi. Sambil vaginaku dimainkan, tubuhku juga terus digerepe-gerepe oleh mereka, terutama buah dadaku. Putingku diplintir-plintir. Buah dadaku diremas kencang. Aku juga dihujani ciuman baik di wajah, mulut hingga leher dan pundakku. Aku makin bergidik horni dibuatnya. Gak butuh waktu lama hingga akhirnya aku orgasme lagi. Kali ini cairan vaginaku yang muncrat bahkan jauh lebih banyak dari sebelumnya.

“Huaaaaa... mantab Diraaaa” teriak pak Subar girang. Dia dengan cepat memasukkan jarinya yang berlumur lendir ke mulutku dan memintaku mengulumnya. Aku turuti. Ah... cairan vaginaku memang manis.

“Udah plis.... Dira gak kuat” Aku memohon pada mereka. Aku sudah tidak kuat berdiri sehingga harus dibantu oleh mereka.

“Masih belum, hahahaha”

“Ahhhhhhhh.... nggmmhhhhhhh” vaginaku kembali diraba-raba. Kali ini mereka melakukannya bersamaan. Mereka serentak memilin klirotisku. Sambil terus gerepein buah dada dan ciumin aku tentunya. Mana kuat!!! Kurang dari satu menit aku orgasme lagi. Orgasmeku kali ini lebih hebat lagi dari sebelumnya. Makin banjir selangkanganku. Makin banjir lantai ruang tamuku. T.T

Mereka melepaskan tubuhku hingga membuat aku terjerembat di lantai yang becek.

“Udaaaaaaaaahhh” aku memohon.

“Bilang dulu kalau kamu suka, hahaha” suruh pak Tarno.

“Iyaaa... Dira suka”

“Yang benar dong bilangnya Ra, hehehe”tambah pak Subar.

“Dira suka memek Dira dimainkan sama kalian... Dira suka banget dibikin orgasme dan muncrat-muncrat sama kalian... makasih ya Riki, pak Tarno, pak Subar, kalian baik banget sama Dira sampai bantuin Dira orgasme berkali-kali... Dira gak tahu gimana balasnya” ucapku terangah-engah. Aku malah horni berkata seperti itu.

“Senyumnya mana kak? Masa gak pake senyum..” kata Riki ikut-ikutan.

“Ups sorry, hihi... makasih ya...” ucapku lagi sambil tersenyum semanis mungkin. Aih, kenapa aku pake tertawa segala sih. Makin ketahuan kan kalau aku menikmati. Makin kelihatan nakal kan akunya. Ugh >,<

“Ayo... ekspresi nakalnya mana?” suruh pak Subar. Tuh kan, bandot tua itu malah minta yang aneh-aneh. Aku kemudian menggigit jari telunjukku sambil senyum-senyum dan tertawa kecil. Mereka langsung bersorak melihatnya.

“Duh... pengen entotin” ucap Riki.

“Ah.... Riki... jangan entotin kakak dong....” balasku.

“Hahahaha, masih belum nih kayaknya... Ayo kita bikin dia keenakan terus sampai dia mohon-mohon untuk dientotin” kata pak Subar.

“Ahhhhhh... jangaaaan...... plis udaaahhh” aku malah berteriak manja. Separuh diriku amat takut kalau sampai dientotin orang-orang ini. Separuh lagi amat ingin dibikin enak terus-terusan. Bingung!

“Gak ada kata udah sampai kamu memohon untuk kita entotin, hahaha... enak aja nyuruh kita udahan, kalau udahan ya kita sebar aja foto-foto kamu, hahaha” ujar pak Tarno. Aku terdiam gak bisa melawan. Aku betul-betul benci sama bandot tua ini!

“Ayo kita bawa dia ke kamarnya, kita kerjain dia di kamarnya sendiri, hahaha” ajak pak Tarno. Riki dan Pak Subar setuju. Mereka kemudian membopongku ke kamar. Aku yang masih lemas karena orgasme berkali-kali dipaksa untuk berjalan.

Sesampainya di kamar aku langsung direbahkan di atas tempat tidur. Pak Subar dan Riki ikutan naik dan kembali menggerepe-gerepe tubuhku. Riki kali ini tampak asik mengulum buah dadaku, sedangkan pak Subar asik memainkan jarinya di permukaan vaginaku. Mereka seakan gak ada puas-puasnya menyentuhku. Akupun kembali dibuat mendesah-desah horni. Sedangkan Pak Tarno, asik mengobrak-abrik isi kamarku seperti ingin mencari sesuatu yang menarik, termasuk membuka lemari pakaianku.

Kamarku seharusnya menjadi tempat paling aman dan paling privat bagiku, tapi hari ini tidak. Aku dikerjai, dilecehkan dan diperlakukan layaknya lonte oleh pria-pria mesum di kamarku ini. Aku hanya bisa pasrah. Mencoba terus menikmati. Tapi tidak boleh jatuh terlalu jauh hingga memohon untuk dientotin mereka. Ah... sialnya pak Subar amat jago memainkan klirotisku. Sepertinya aku akan segera orgasme karena perlakuan mereka.

“Nghhhh... Dira mau sampeeeee” aku berteriak kecil. Seakan memberitahu mereka untuk terus menjamah tubuhku hingga aku orgasme. Tapi...

“Wahhh... lihat nih yang saya temukan” ucap pak Tarno tiba-tiba. Pak Subar dan Riki malah beralih melihat apa yang ditemukan pak Tarno. Orgasmeku tertunda!! Pak Tarnoooo.. ngeselin banget sih!? Gak enak banget tahu orgasme gak jadi gini. Gantung banget rasanya. Ugh.... >,<

Dosen bejat itu rupanya menemukan lingerie baruku, lengkap dengan borgolnya. Aku memang meletakkannya di atas tumpukan pakaianku yang lain. Jadi dengan cepat bisa ditemukan oleh pak Tarno. Mungkin dia tertarik karena melihat ada borgol di sana.

“Hahaha... padahal sehari-hari pakaiannya sopan dan berjilbab, tapi ternyata punya pakaian seperti ini” ledek pak Subar.

“Wah... kak Dira, gak nyangka aku kak... baru beli ya kak? Coba pakai dong kak....” pinta Riki semangat. Riki tentu saja jadi satu-satunya yang tahu kalau itu adalah pakaian yang baru aku beli. Soalnya dulu kan dia dan teman-temannya pernah mengobrak-abrik isi lemariku, mencari busana untuk kukenakan untuk foto-foto bareng mereka. Dan waktu itu belum ada lingerie ini. Kalau ada pasti mereka pengen aku foto-foto dengan lingerie ini.

“Hahaha, boleh juga tuh... pasti Dira makin cantik kalau pakai beginian... Ayo Dira kamu pakai, hehehe” suruh pak Tarno.

Ah.... mereka ini seenaknya saja nyuruh-nyuruh aku. Aku menatap sayu ke arah pak Subar dan Riki. Berharap mereka lanjut menggerepe vaginaku lagi agar aku bisa orgasme. Tapi mereka gak paham. Mungkin pura-pura gak paham. Padahal aku sudah horni berat. Hufh... mereka ini. Betul-betul menyiksa aku! Tapi mungkin juga mereka ingin aku berganti pakaian dulu sebelum lanjut mencabuliku lagi. Ya udah deh kalau gitu. Dira turutin kemauan kalian!!

Aku memasang wajah cemberut dan mengembungkan pipi. Aku lalu bangkit dari tempat tidur dan mengambil lingerie itu dari tangan pak Tarno. Aku ingin langsung memakainya, tapi pak Tarno menyuruhku memakainya di dalam kamar mandi. Dia ingin aku muncul dengan sudah memakai lingerie. Biar surprise katanya. Terserah!

Setelah beberapa saat di kamar mandi, akupun muncul lagi di hadapan mereka. Kali ini aku sudah mengenakan lingerie tadi. Padahal aku belum pernah mencoba memakai lingerie ini sebelumnya. Belum ada waktu yang cocok untuk mencobanya. Gak pernah kubayangkan, kalau ternyata perdana mengenakan lingerie ini justru di depan orang-orang ini.

Ketiga cowok brengsek ini langsung terpana melihat penampilanku. Lagi-lagi aku tidak tahu harus gimana. Aku kesal, malu, tapi juga horni karena dipandangi tatapan mesum mereka.

“Wah... cantik banget kamu Ra.... cocok banget kamu makainya” puji pak Subar.

“Iya kak, kakak cantik banget... nafsuin banget, hehehe”

“Tapi ada yang kurang tuh...” pak Tarno kemudian mendekatiku dan langsung memborgol kedua tanganku. Ah... aku langsung horni!. Lagi-lagi cuma gara-gara diborgol aja aku jadi horni. Kenapa sih aku ini!?

“Nah, sekarang jadi lebih sempurna kan? Dira makin cantik, hahaha” ucap pak Tarno mencubit pipiku. Aku tersenyum gak ikhlas. Pura-pura gak suka diperlakukan begini. Tapi sebenarnya suka banget. Gak tahu juga kenapa aku dari tadi bisa terus menikmati perlakuan mereka terhadapku. Padahal nasib vaginaku masih terancam. Mereka bisa entotin aku kapanpun yang mereka mau! Aku berharap mereka terus mengulur-ulur waktu. Semoga nanti ada kejadian gak terduga sehingga aku bisa selamat sebelum aku dientotin mereka, sebelum aku kalut memohon disetubuhi mereka.

“Bentar, aku pulang dulu ya ngambil sesuatu... sepertinya masih ada yang kurang ini, hehehe” kata pak Subar yang kemudian pergi keluar. Aku bingung dan penasaran si Subar ini mau ngapain.

Selama pak Subar pergi, pak Tarno kembali sibuk mencari sesuatu yang menarik di penjuru kamarku. Tapi sepertinya dia tidak menemukan sesuatu yang menarik. Saat menemukan sesuatu dia hanya memegangnya sebentar, lalu diletakkannya kembali. Sedangkan Riki, dia ingin foto-foto selfie berdua denganku. Sepertinya dia tidak ingin melewatkan berfoto berdua denganku yang sedang memakai lingerie seksi dan tangan terborgol gini. Ingin dipamerkan ke teman-temannya katanya. Akupun menuruti keinginan Riki. Bahkan menikmati momen-momen berfoto ini. Ekspresif banget deh pokoknya aku di depan kamera, terlihat riang banget. Berkali-kali aku malah tertawa geli cekikikan. Aku yang dari sananya emang suka foto-foto selfie jadi enjoy banget. Lupa dengan keadaanku seperti gak terjadi apa-apa. Aku dipeluk dari belakang maupun dari depan oleh Riki. Tentunya sambil terus digerepe-gerepe dan dicium-cium bocah ini. Aku menuruti pose apapun yang bocah itu inginkan.

Kami baru saja berfoto dengan posisi tiduran. Aku dibawah dan dia di atas menindih tubuhku. “Duh, senang banget bisa foto-foto berdua kayak gini sama kakak, hehehe” ujar Riki memeluk erat tubuhku. Aku hanya balas senyum sambil mencubit hidungnya. Yang langsung dibalas Riki dengan mencium bibirku. “Mmhhhh....” Udah berapa kali nih dia mencium bibirku. Hari ini dia betul-betul menang banyak dari teman-temannya.

Beberapa saat kemudian pak Subar sudah kembali. Aku dan Riki langsung udahan. Pak Subar masuk ke kamarku dengan membawa handycam dan... rantai ? Aku bergidik ngeri melihatnya. Mau apa tuh bandot mesum!?

Aku lalu disuruh berdiri di dekatnya. “Kita lanjut senang-senangnya ya Dira, hahaha” ucap pak Subar cengengesan. Dia lalu menyambungkan rantainya tersebut ke borgol lalu mengikat rantai itu ke ventilasi di atas jendela kamarku. Ugh... Permainan apalagi sih ini!?

“Kamu kita ikat ya sayang... soalnya kamu nakal, hahaha” kata pak Subar. “Kamu akan kita bikin tersiksa karena keenakan... Gak akan berhenti sampai kamu memohon untuk kita entotin! Hahahaha” sambung pak Subar lagi tertawa terbahak. Ugh... lagi-lagi aku langsung berdebar mendengarnya. Darahku langsung bergejolak karena horni. Belum apa-apa aja aku udah lemas. Kacau ih.

Tanpa menunggu lagi mereka kembali mencabuliku. Aku dirangsang dan digerayangi habis-habisan oleh orang-orang ini. Kali ini sambil difoto dan divideoin! Aku tidak berdaya karena terikat dengan tangan ke atas. Berdiri pasrah. Pose yang betul-betul sempurna untuk digerayangi sepuas-puasnya oleh mereka. Dalam waktu singkat lingerieku sudah tidak beraturan lagi posisinya. Tangan-tangan kotor mereka bergerak sebebas-bebasnya menjamah seluruh bagian tubuhku hingga bagian yang paling privat. Buah dadaku diremas, putingku dikulum dan ditarik-tarik oleh mereka. Tangan mereka juga kembali menyusup masuk ke area intimku. Pokoknya habis-habisan banget aku digerayangin. Sedangkan aku hanya bisa mendesah. Menikmati. Gak kuat aku untuk tidak orgasme berkali-kali.

“Ahhh... sampeee” teriakku setelah orgasme kesekian kalinya. Vaginaku rasanya udah capek untuk orgasme. Sudah berkali-kali aku muncrat. Aku makin kehilangan kesadaran. Rasanya seperti mabuk orgasme. Kalau begini terus bisa saja sebentar lagi aku memohon untuk disetubuhi. Ah... jangan... plis... harus kuat. Aku berharap banget tubuhku tidak terus mengkhianatiku. Tubuhku sudah mengkhianatiku selama ini dengan terlalu gampang horni dan orgasme.

Sadar aku begitu menikmati badai orgasmeku. Mereka kini mulai mempermainkanku. Para lelaki mesum itu tidak lagi membiarkan aku orgasme! Saat aku akan sampai, mereka segera menghentikan aktifitas mereka pada tubuhku. Membuatku gantung. Ahhhhhh!!! Gak enak banget!!!

“Ngghhhh...” aku menatap pak Tarno dengan tatapan mengiba berharap dia lanjut lagi. Mereka semua tertawa terbahak melihat aku seperti ini. Sumpah malu banget. Tapi aku pengen orgasme!

“Hahaha... kenapa Dira? Pengen muncrat ya?”

Aku mengangguk.

“Memohon dong sama saya... hahaha” suruh bandot ini.

“Ahhh... Pak.... bikin Dira orgasme lagi dong pak... Pliiiiis... Dira mau orgasme... Dira mohon sama bapak bikin Dira orgasme....” ucapku betul betul memohon. Gak nyangka banget aku jadi harus memohon untuk orgasme sama orang brengsek seperti dia. Pak Tarno nyebelin banget! Bikin aku kesal dan tambah marah! Arrgh!

“Baiklah kalau kamu ngemis gitu, hahahaha...” sambil tertawa busuk pak Tarnopun kembali memainkan vaginaku. Aku berteriak girang dalam hati. Sentuhan tangannya pada kelaminku langsung membuatku mendesah horni. Dia mengobel klirotisku dengan cepat dan mengusap-ngusap vaginaku dengan kencang. Tidak butuh waktu lama hingga akhirnya aku muncrat-muncrat lagi dengan banyaknya. Rasanya amat lega. Puas, tapi lemas. Aku betul-betul tidak kuat lagi berdiri. Kalau bukan karena rantai yang menopang tubuhku mungkin aku sudah terjerembat jatuh ke lantai. Duh... lantai kamarku sudah betul-betul becek.

“Tuh kamu udah orgasme, bilang apa sama saya? haha”

“Makasih pak...” ucapku berusaha tersenyum puas. Akhirnya lepas juga orgasme yang tertunda tadi.

“Hahaha... Betul-betul film yang bagus nih...” ucap pak Subar yang dari tadi asik dengan handycamnya. “Kalau dijual pasti laku, hahahaha” sambungnya.

“Ah... pak... jangan dijual dong.... jangan disebarin..” ujarku dengan nafas putus-putus.

“Makanya... kamu harus terus turutin kemauan kita kalau gak mau disebar, hehe” balasnya. Ugh.... mereka gak ada henti-hentinya mempermainkanku!

“Iya... Dira akan turutin apapun kemauan kalian... Dira janji”

Ketika aku lanjut dikerjai lagi, mereka mengulanginya seperti tadi. Ketika aku akan orgasme mereka langsung berhenti. Aku lagi-lagi harus terus memohon untuk bisa meraih orgasme.

Mereka yang ingin menggerepe tubuhku dengan lebih leluasa bukannya melepaskan lingerieku baik-baik, tapi malah mengambil gunting dan membelahnya dari atas hingga bawah. Ugh... Lingerie yang mahal-mahal ku beli jadi rusak! Mereka tidak menyingkirakan lingerie itu, tapi tetap membiarkannya tergantung di tubuhku selagi terus gerepein aku.

Aku ingin menyudahinya. Tapi tubuhku ingin lagi dan lagi. Tubuhku ingin terus merasakan kenikmatan itu. Vaginakupun makin gatal dibuatnya. Semakin ingin lebih. Tidak cukup dengan belaian tangan mereka di permukaan vaginaku. Aku ingin vaginaku dimasuki. Aku ingin dikontoli. Ah.... kenapa jadi begini... aku gak kuat... plissss.. udah..... Aku ingin dientotin...

“Plisss.... ent.....” aku menahan perkataanku. Hampir saja aku mengucapkannya! Aku hampir saja berkata untuk dientotin. Ya... jangaaan... jangan sampai aku memohon untuk dientotin. Jangan sampai kalah. Aku gak sudi keperawananku hilang oleh mereka. Ya gak akan... gak akan!

Akupun menguatkan diriku. Mau diransang seperti apapun aku tidak boleh sampai memohon untuk dientotin. Meskipun kini sentuhan kecil saja sudah bisa membuat aku terangsang hebat, tapi aku yakin bisa melewati siksaan birahi ini. Tapi ternyata aku terlalu yakin. Vaginaku makin lama makin tidak mentolelir ransangan yang diterima. Saat klirotisku dipencet dikit tubuhku bergelinjang hebat. Rasa gatal pada vaginaku makin menjadi-jadi. Vaginaku butuh penis untuk dimasuki! Ughhhhh....

“Entt...... ngghhhh”

“Ngomong apa sih Ra? Ngomong yang jelas dong”

“nghh.... ent.... enttth....” aku terengah-engah. Aku mati-matian menahannya. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa mengontrol bibirku lagi.

“Nghhh.. entthhh... entot.... entotin Dira.... entotin Dira pak.... “

Aku....

Kalah.

***

***

“Huahahahahahahaa......” Mereka langsung tertawa terbahak mendengarku yang akhirnya minta dientotin. Sumpah gak ada rasa malu yang lebih memalukan dari ini. Aku betul-betul dipermainkan oleh mereka. Tapi mau gimana lagi... aku emang udah gak kuat. Aku gak tahan pengen dientotin.

“Kita udah tahu kalau cepat atau lambat kamu pasti minta dientotin, gak perlu dipaksa, hahahaha” ucap pak tarno mengelus-elus kepalaku seperti peliharaan. Dia berlagak layaknya majikanku. Kelakuannya tidak mencerminkan seorang pengajar. Betul-betul brengsek.

“Hahaha... gak tahan ya Ra pengen dientotin... gak usah malu ngakuinnya.... hahaha” kata pak Subar kemudian.

“Hehehe... Beruntung banget aku datang hari ini, bisa entotin kak Dira” ujar Riki ikut-ikutan. Ah... Riki ini.. Sialan banget tuh bocah malah ikut gabung sama mereka. Gak ada usaha melindungiku sama sekali! Aku emang gak berharap banget sih sama dia. Toh dari dulu dia emang berusaha pengen menyetubuhiku.

“Ayo Ra, ngomong sekali lagi... kali ini ngadep ke kamera ya.. yang jelas ngomongnya, hahaha” suruh pak Subar mengangkat daguku agar menatap ke handycam.

“Nghhhh.... Dira pengen dientotin... pleaseee.... entotin Dira yah.. Dira mohon banget sama kalian supaya entotin Dira... entotin Dira sekarang juga... Dira mohon... ya.. mau ya...entotin Dira.... pleaseeee...” ucapku mengiba ke kamera. Aku yakin wajahku begitu merah terekam kamera. Memerah karena horni dan malu yang amat sangat.

“Hahahaha...” mereka lagi-lagi tertawa senang, seakan merasa hebat bisa bikin aku memohon-mohon gitu.

“Gimana? Kita entotin nih lonte?” tanya pak Tarno pada pasukannya sambil kembali meraba selangkanganku. “Memeknya udah basah banget nih... gak sabar dikontolin, haha” tambahnya. Ugh... seenaknya nyebut aku lonte. Kalau dalam situasi normal, tentu aku marah banget dibilang lonte oleh mereka, tapi kini aku ustru tambah horni. Aku gak masalah dilecehkan secara verbal sekarang, yang aku mau saat ini akunya dientotin. Please, buruan entotin! Gak tahan! Teriakku dalam hati.

“Entotin gak ya.... hahahaha” balas pak Subar yang masih saja memainkanku.

Ughh... entotin dong.... aku udah sange berat sampai mohon-mohon gitu. Udah nahan malu kayak gitu. Masa gak jadi dientotin!!? Kejam itu namanya! “Ngmmmh.... “ aku melenguh manja, dengan harapan dia tahu kalau memekku udah gatal banget pengen disodok kontol.

Tiba-tiba tubuhku terjerembab ke lantai. Ternyata tanpa kusadari pak Subar sudah melepaskan rantai yang mengikat borgolku. Karena aku tidak kuat lagi berdiri makanya tadi aku langsung terjatuh. Ah... bagian bawah tubuhku langsung becek karena lantai yang basah oleh cairan memekku sendiri.

Aku kemudian merasakan tubuhku digotong dan dibawa ke tempat tidur. Lingerie yang gak karuan lagi bentuknya itu kemudian disingkirkan dari tubuhku hingga akupun telanjang bulat. Sesaat kemudian ku lihat pak Tarno sudah melepaskan pakaiannya dan mendekatiku sambil tersenyum menjijikkan. Handycam yang dipegang pak Subar bersiap mengabadikan momen puncak. Sangat jelas, vaginaku sesaat lagi akan kehilangan keperawanannya.

Aku akan disetubuhi! Gak ada yang bisa menghentikannya kali ini.

“Udah gak sabar ya Ra?” tanya pak Tarno. Aku mengangguk.

“Pengen banget ya ngasih perawan kamu ke kita? Gak nunggu nikah dulu biar bisa ngentot secara halal? Hahaha” sambungnya. Hatiku jadi gak karuan mendengarnya. Benar-benar mengaduk perasaanku. Sesaat aku jadi menyesal sudah memohon dientotin tadi, tapi... aku horniiiiiii.... masa bodo sama dosa... masa bodo sama tetap perawan sampai nikah.... aku mau dientotin sekarang! Sialan mereka udah bikin aku kayak gini! Sialan!!!

“Ngghhh.... ayo dong....” rengekku yang udah gak tahan lagi.

“Huahahaha.... Ya udah... kamu yang minta ya... dosanya kamu yang tanggung ya?”

“Iya... Dira bersedia nanggung dosa karena udah berzina... shhhh... kalau perlu dosa bapak biar Dira juga yang tanggung.... Ayo dong pak... buruaaaan” pintaku manja sambil menarik tangan pak Tarno. Dia tertawa terbahak.

Sesaat kemudian pak Tarno langsung menindihku. Agaknya dia sendiri juga sudah menahan nafsu dari tadi. Gak hanya pak Tarno, tapi juga pak Subar dan Riki. Para pejantan di kamarku ini pastinya sudah pengen banget menyetubuhiku, ingin menjadikan aku betina mereka.

Tanganku yang masih terborgol di angkat pak Tarno ke atas kepala. Aku lagi-lagi dibuat dalam posisi pasrah. Wajahku diciumi, buah dadaku di remas, bahkan kini dia juga bermain-main dengan ketiakku. Dia menjilati dan menggerayangi bagian tubuhku yang sama sensitifnya seperti putingku itu. Geli, tapi juga nikmat. Duh... udah dong... langsung entot aja... bikin tambah horni tau!

Seperti bisa membaca isi kepalaku. Pak Tarno kemudian mengangkangkan kakiku dan mengarahkan penisnya ke vaginaku. Dia melakukannya dengan buru-buru terkejar nafsu hingga membuat penisnya meleset terus-terusan. Di tengah horni yang melanda aku malah ingin tertawa karena geli. Pak Tarno gak tahan juga rupanya sampai terburu-buru gitu... atau memekku yang kekecilan ya!?

“Arghhnghhhhhhh!!!”

Tapi aku tertawa terlalu cepat, karena tidak lama kemudian aku justru merasa perih yang amat sangat yang membuat aku menjerit. Sesuatu yang keras dan tumpul menyeruak memasuki tubuhku melalui kelaminku. Sakit... begitu perih.... Aku melihat ke bawah dan tampak darah mengalir dari organ intimku. A.. aku... aku akhirnya kehilangan keperawananku! Aku tidak percaya kalau pada akhirnya perawanku hilang olehnya. Pria yang bukan suami atau pacarku. Pria yang jelas-jelas ku benci.

Pak Tarno tidak mengeluarkan kata-kata apapun selain tertawa cengengesan. Dia terus menggenjotku dengan tempo teratur. Rasa sakit yang tadi ku rasakan perlahan berubah jadi rasa nikmat. Aku mulai menyukainya. Bahkan amat menyukainya. Jadi... Inikah rasanya bersenggama?

“Ohhhhhh... ahh... ahhhhh.... ahhhhh” aku mendesah-desah seiring genjotan kontol pak Tarno di vaginaku. Semakin lama genjotannya semakin cepat. Akupun makin terbuai karenanya. Rasanya begitu nikmat. Aku pengen terus digenjot! Aku yang tadinya hanya pasrah, sekarang ikut memaju-mundurkan pinggulku mengikuti irama genjotan pak Tarno.

“Wih... hot banget... nikmatin banget ya Ra? hahaha” terdengar suara pak Subar. Aku tidak menjawab, hanya melirik kearahnya. Dia masih sibuk merekam sambil meremas-remas bagian depan celananya. Ku lihat di dekatnya Riki juga demikian. Mereka sepertinya tidak tahan untuk bergantian dengan pak Subar. Ugh... seharusnya momen pertama ML itu sakral dan indah, tapi yang kudapatkan malah seperti ini. Aku akan dientotin tiga cowok gak jelas sekaligus di momen sepenting ini!

“Jawab dong Ra... kalau gak jawab saya berhenti genjotin nih... hehe” suruh pak Tarno.

“Iya... Dira suka... suka banget.... ngghhhh... enak.... nghhh.. ahhhh.... entotin Dira terus ya pak... plis... jangan berhenti..” ucapku akhirnya sambi menatap ke kamera. Tersenyum nakal. Merekapun kembali menertawaiku. Aku jadi kesal pada diriku sendiri yang terlalu gampang horni sehingga jadi harus dipermalukan seperti ini. Tapi aku gak bohong kalau ngentot itu emang nikmat. Sangat-sangat nikmat malahan. Ahhhhh.... horniiiii... aku pengen terus dientotiiiiiin...

“Ahhhh... ahhhh...”

Plak! Plak! Plak!

“Nghhhh.... shhhhh”

Plak! Plak!

Yang terdengar selanjutnya hanyalah suara desahanku berserta suara peraduan selangkanganku dan pak Tarno. Dosen brengsek itu terus menggenjot liang senggamaku sesuka hatinya. Aku mulai melupakan rasa sakit yang sempat ku rasa karena yang ada saat ini hanyalah rasa nikmat. Bahkan sekarang rasanya aku udah mau orgasme lagi! Uhhhh... padahal baru juga beberapa menit dientotin.

“Pak... Dira... shh.. mau sampeee.....” ucapku manja. Rasa horni yang sedari tadi melanda memang membuatku tidak tahan menahan nikmat ini lama-lama. Memekku digerayangi saja udah bikin aku orgasme berkali-kali, apalagi dientotin gini. Nikmatnya berkali-kali lipat! Ahhhhh....

Genjotan pak Tarno makin cepat mengetahui aku akan segera orgasme. Memekku yang berdenyut-denyut sepertinya membuat dia juga makin nafsu. Hentakan kontolnya makin cepat. Aku semakin gak tahan! Tubuhku kemudian kelojotan tak terkendali. Aku orgasme!

Crrrrrrrtttttttttttt...... crrrrrttttt

“Ahhhhhhhh... sampeeeeeeeeee.... ngentooooooottt” aku melolong kencang sejadi-jadinya. Seakan gak peduli kalau bakalan terdengar tetangga. Tubuhku langsung lemas. Ini adalah orgasme terhebat yang pernah aku rasakan! Orgasme karena ngentot nikmatnya jauh berkali-kali lipat dibandingkan yang lain. Aku ketagihan... ah... pengen lagiiiiiii

“Enak kan sayang? Nyesal kan gak berzina dari dulu?” bisik pak tarno. Aku gak menjawab apa-apa selain mendesah. Iya.. aku nyesel banget gak dari dulu berzina. Seharusnya dari dulu aku minta dientotin kalau tahu ngentot itu rasanya senikmat ini. Pak Tarno... lagi dong.... batinku.

Pak Tarno yang memang belum sampai tentu saja kembali menggenjotku. Setelah tadi menggenjotku dengan posisi akunya yang telentang, pak Taro kemudian memutar tubuhku dan kini menggenjotku dengan posisi dogy. Aku berusaha ikut menggoyangkan pinggulku meski merasa lemas. Lagi-lagi gak lama setelah pak Tarno menggenjotku dengan posisi itu aku kembali merasakan ingin orgasme. Betul-betul gila. Kenapa tubuhku begini banget sensitifnya menerima ransangan!?

Ketika pak Tarno menggenjot sambil menampar-nampar pantatku, ketika itulah aku tidak kuat lagi. Tamparannya terasa sakit, tapi juga bikin aku tambah horni. Cara dia memperlakukan aku itulah yang bikin aku semakin horni. Aku... orgasme lagi setelah beberapa kali pantatku ditampar!

Crrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrttt Crrrrrrrrrrtttt....

“Ahhhhhh.... aaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh.....” kali ini jauh lebih banyak cairan vaginaku yang muncrat. Aku squirting hebat. Seperti air kencing yang lama ditahan. Tempat tidurku betul-betul basah dibuatnya.

Ahhh.... gilaaaa.... tubuhku semakin lemas.... sampai kapan aku menerima siksaan yang amat nikmat seperti ini!? Aku gak kuat... plisss... udah... tapi... ah... aku masih pengen lagi... entot aku lagiii... lagi... dan lagii!

Saat pak Subar ikutan naik dan mendekatiku, aku bergidik ngeri membayangkan diriku akan disetubuhi dua lelaki sekaligus. Tapi jauh di lubuk hatiku aku juga bersorak gembira. Senang banget aku akan terus dientotin. Tidak hanya oleh pak Tarno, tapi juga oleh pak Subar. Aku kembali disetubuhi meskipun aku sudah berkali-kali orgasme. Mereka berdua menyetubuhiku bergantian. Sementara Riki disuruh merekam. Aku hanya bisa pasrah diajak ngentot dengan berbagai posisi oleh dua bandot tua ini. Telentang, menyamping, hingga nungging. Tubuhku betul-betul lemas. Aku mulai kehilangan kesadaranku. Entah berapa kali aku orgasme setelah itu, aku tidak ingat lagi.

Saat pak Tarno dan pak Subar ejakulasi akupun tidak bisa berbuat banyak. Mereka dengan seenaknya muncrat di dalam vaginaku tanpa permisi. Tapi bagaimanapun aku tetap tidak bisa melawan, tubuhku betul-betul lemas. Dari tadi yang kurasakan hanyalah rasa nikmat yang terus menjalari tubuhku tanpa henti. Vaginaku selalu berdenyut kenikmatan tak terkontrol.

“Rawat anak kita ya Dira.... hehehehe” ucapan pak Tarno itu menjadi kata-kata terakhir yang kudengar, sebelum semua menjadi gelap. Aku tak sadarkan diri kemudian.

Lemas, tapi puas. Sangat puas.

******

******

Aku terbangun saat hari sudah malam. Sepi. Hanya aku sendiri di kamar ini. Tak terlihat keberadaan pria-pria brengsek tadi, sepertinya mereka sudah pulang dan meninggalkan aku begitu saja. Kamarku tampak sangat berantakan, terutama tempat tidurnya. Banyak noda-noda gak jelas pada sprei tempat tidurku. Tentunya itu noda sperma dan noda cairan kewanitaanku yang mengering. Di beberapa bagian bahkan masih lembab. Bau sperma tercium amat kuat. Salah satunya bersumber dari selangkanganku. Vaginaku penuh dengan sperma yang telah mengering.

Sesaat aku shock mengingat kejadian yang baru menimpaku. Tidak menyangka kalau aku baru saja disetubuhi dan kehilangan kesucianku. Aku seharusnya sedih dengan apa yang telah ku alami. Aku seharusnya mengutuk mereka, atau bahkan mengutuk diriku sendiri karena larut dalam kenikmatan berzina. Tapi entah kenapa aku justru merasa sangat lega. Seakan semua bebanku hilang. Beban yang selama ini kurasakan karena masih perawan akhirnya lenyap. Bahkan ku pikir mungkin sebenarnya mereka itu tidak salah. Aku tadi menikmatinya kan? Aku yang mau kan?

Jadi ku rasa ya sudahlah. Aku coba saja menikmati status baruku sebagai wanita yang tidak lagi perawan. Dengan begitu aku bisa bebas ngentot nantinya untuk memuaskan birahiku. Gak perlu lagi mati-matian menahan sange saat vaginaku gatal. Meskipun aku tahu zina itu dosa besar, tapi sudah kuputuskan kalau aku akan menikmati dosa itu. Aku akan menanggung seberapapun besar dosanya selama birahiku bisa terpuaskan. Boleh kan Pa? Ma? Hmm... Pasti deh gak boleh... Ya iya, mana mungkin mereka ngebiarin anak gadis satu-satunya jadi rusak akhlak begini. Tapi aku tidak menyangka akan kehilangan keperawananku sehari sebelum orangtuaku akan berkunjung.

Saat asik merenung, tiba-tiba ada yang membuka pintu kamarku.

Riki! Ku pikir dia sudah pulang.

“Udah bangun kak?” sapanya. Dia membawa nampan dengan semangkuk mi rebus di atasnya.

“Riki...? ngapain kamu masih di sini !?”

“Pengen temani kakak... kasihan kak Dira tinggal sendirian” jawabnya sok perhatian. “Nih kak.. makan dulu....”

“Kakak gak lapar! Sana keluar....!” suruhku. Aku masih kesal padanya.

‘Krriiiiukkkkk’ Tapi tiba-tiba perutku meraung sebelum dia beranjak. Gak bisa bohong kalau aku lapar banget saat ini. Apalagi melihat mi rebus yang sepertinya enak itu.

“Eh.. Siniin mi rebusnya...” panggilku.

“Hehehe, katanya gak lapar,” ledeknya. Aku hanya manyun. Riki lalu meletakkan mi rebus itu di meja kecil di samping tempat tidur. Dengan cepat ku hampiri mi itu dan ku nikmati. Makan telanjang bulat sambil dilihatin Riki. Aku cuek saja dia terus memperhatikanku makan. Dalam waktu singkat mi rebus itu sudah habis. Emang laper banget ternyata.

“Makasih ya makanannya....” ucapku pada Riki.

“Ya kak, sama-sama.... Hmm... kakak cantik banget deh makan bugil gitu.... hehe”

“Kan emang selalu cantik....” balasku pe-de.

“Tapi waktu ngentot tadi paling kelihatan cantik kak...” Balasnya lagi. Ugh, dia ini. Malu banget diingetin kejadian tadi.

“Dasar kamu.... Eh, tadi kamu ikutan juga?” tanyaku.

“Ikutan apa kak?”

“Ikutan entotin kakak.. apalagi emang...!?”

“Hehehe, nggak kak...”

“Kenapa?”

“Kakaknya udah tepar gitu... mana seru, hehe”

“Jadi kalau kakak gak tepar, kamu bakal setubuhi kakak?”

“Hehehe” Dia hanya cengengesan gak jelas. -,-

“Huuuuu... Dasar... Eh, kamu bawa mi tapi gak bawa minum? Gimana sih!? Haus nih...”

“Duh, lupa... hehe bentar ya kak Dira cantik, aku ambilkan minum dulu...” ucapnya hendak beranjak pergi.

“Sekalian nih bawa” Ku serahkan mangkok kosong mi tadi pada Riki sebelum dia pergi ke dapur.

Setelah beberapa saat, Riki kembali lagi ke kamarku. Dia membawa segelas air putih dan diberikannya padaku. Langsung saja aku minum. Haus banget. Sepertinya aku dehidrasi deh karena ‘ngecrit’ berkali-kali tadi >,<

Riki masih saja memperhatikanku. Padahal sudah sering liat aku bugil, tapi matanya selalu tertuju padaku. Biasanya aku agak risih kalau dia memperhatikanku kayak gini, tapi kali ini tidak.

“Ki...”

“Ya kak?”

“Kamu gak pulang? Mau tidur di rumah kakak malam ini?” tanyaku.

“Iya kak, aku tidur di rumah kakak ya malam ini... pengen jagain kak Dira,”

“Hahaha, kali ini beneran dijaga ya... jangan kayak tadi, malah ikutan mereka kamunya” balasku.

“Oke kak...”

Kami diam sejenak, ku perhatikan pandangannya. Tampak dia masih lirik-lirik aku.

“Terus? Masih pengen entotin kakak?” ujarku kemudian.

“Pengen dong kak... pengen banget... Yuk kak ngentot sekarang” seru Riki bersemangat. Ugh, dasar dia ini.

“Kakak mandi dulu ya...”

“Abis itu kita ngentot kan kak?” tanyanya.

Aku mengangguk tersenyum. Aku tidak menggodanya, tapi setulus hati benar-benar rela disetubuhi dia. Cepat atau lambat aku pasti juga akan disetubuhi olehnya. Lagian aku udah kepengen ngentot lagi. Aku tidak nyangka kalau ngentot itu bikin nagih. Hmm...

Bocah itu langsung sumringah. Setelah sekian lama dia ngebet pengen setubuhi aku, kali ini akhirnya akan kesampaian.

Aku kemudian bangkit dari ranjang. Berjalan dengan santainya tanpa berusaha menutupi tubuh telanjangku di depan Riki yang mupeng berat menahan birahi dari tadi. Aku menuju kamar mandi yang ada di kamarku. Aku memang butuh mandi. Rasanya gerah banget. Sekalian pengen membersihkan vaginaku dari cairan menjijikkan ini. Aku harap aku gak sampai hamil. Moga sel telurku gagal dibuahi. Meskipun tadi aku menikmatin dientotin tapi aku kan gak sudi kalau sampai mengandung anak kedua bandot tua itu. Tapi... kalau nanti sampai hamil gimana dong... ?? Orangtuaku pasti malu banget!! Anak gadis mereka yang selama ini mereka jaga. Yang mereka pikir selalu mengamalkan ajaran agama dengan baik, rupanya malah hamil di luar nikah. Orangtuaku pasti shock banget! Besok mereka akan datang. Mereka gak boleh tahu apa yang telah dialami anak gadisnya sekarang.

Ku nyalakan shower, rasanya begitu adem. Saat sedang asik-asiknya mandi, tiba-tiba Riki masuk ke dalam.

“Ada apa Ki?”

“Pengen mandi bareng kakak, hehe” jawabnya santai sambil membuka bajunya. Padahal belum aku bolehin, tapi dia seenaknya saja langsung telanjang. Duh, gangguin orang mandi aja. Tapi ya udah deh... gak apa.

“Dasar kamu ini”

“Hehehehe”

Rikipun langsung meloncat bergabung denganku di bawah shower. Di bawah guyuran shower itu tubuh kami berdempetan, kulit kami berkali-kali menempel. Riki orang kedua yang kubolehkan mandi bareng denganku selain Eko. Waktu mandi biasanya adalah waktu yang amat sakral bagiku. Gak boleh diganggu. Tapi Eko dan Riki sudah jadi pengecualian.

Sambil mandi dia tentunya meraba-raba tubuhku yang membuat aku jadi horni. Dia terus menempel padaku sehingga membuat aktifitas mandiku terganggu. Dia sepertinya sudah tidak tahan sampai nempelin penisnya di pantatku dan menggesek-gesekannya di sana.

“Jangan nakal ya sayang... nanti aja habis mandi...” ucapku.

“Sekarang aja yuk kak... udah gak tahan nih pengen entotin kakak....” balasnya sambil makin kencang memaju-mundurkan batang penisnya di belahan pantatku. Dia horni berat! Akupun ikutan horni jadinya.

“Duh dasar kamu ini, gak sabaran amat sih?” Aku yang juga sudah horni, akhirnya menuruti kemauannya. Aku kemudian memutar badan dan bersimpuh di depannya. Ku kulum penis bocah itu.

“Ahhhh... Kak Dira.... enak kak...” racaunya seketika. Baru diservis dengan mulut aja dia udah keenakan banget. Tentunya itu sudah jadi pembuka yang luar biasa untuknya, hihihi.

“Mmhh” Aku terus menatap mata Riki sambil berusaha tersenyum ketika mengulum penisnya. Kadang dia memegang rambutku dan mengenjot mulutku dengan kencang, tapi aku tetap berusaha tersenyum. Binal.

Tapi dia kayaknya gak ingin berlama-lama. Dia sepertinya sudah tidak tahan untuk menyetubuhiku, atau mungkin gak ingin muncrat cepat-cepat. Dia melepaskan penisnya dari mulutku. Lalu merebahkan tubuhku di lantai kamar mandi.

“Aku masukin ya kak...” ucapnya. Aku mengangguk. Dia kemudian memasukkan penisnya dan langsung menggenjot vaginaku.

“Argghhhh.... enak banget memek kakaaaaaak” erangnya kenikmatan.

“Iya.... kamu suka kan? Udah lama banget kan kamu pengen entotin kakak? Sekarang puas-puasin deh.... sshhhh”

“Iya... aku akan entotin kakak sepuas-puasnya, hehehe... arghh... kak... jepitan memek kakak... ampuun... enak bangeeet”

“Ahhhhhh... ngghhhh... Riki....”

“Ngmmhhhhh”

Kami bersetubuh dengan panasnya di kamar mandi. Aku tidak hanya telentang di lantai kamar mandi, tapi juga diposisi di atas tubuhnya, atau posisi doggy. Ada juga kami bersetubuh di bawah shower sambil berdiri. Pokoknya heboh deh kami ngentotnya di kamar mandi ini. Aku tidak segan-segan mendesah-desah keenakan kencang-kencang.

“Jangan buang di dalam ya...” pintaku saat ku rasa dia akan muncrat, tapi ternyata dia tidak peduli dan tetap membuang spermanya di dalam vaginaku! Sebal banget!

“Udah kakak ingetin kok masih buang di dalam sih!?”

“Gak apa kak... hehe”

“Ish!! Enak aja bilang gak apa...!” Terpaksa aku bersihkan lagi vaginaku.

Setelah selesai mandi. Riki ternyata sudah tegang lagi dan mengajakku ngentot di kamar. Kamipun bersetubuh lagi. Bukannya ngentot di kamarku, tapi kami ngentotnya di kamar kosong yang akan jadi tempat orangtuaku tidur besok. Gak benar banget kelakuanku. Kamar tempat orangtuaku akan tidur malah dijadikan lokasi perzinahan anak gadisnya >,<

Saat aku dan Riki lagi asik-asiknya bersenggama, hal yang tidak ku sangka-sangka terjadi. Eko datang, menarik Riki dan langsung menghantamkan tinjunya pada Riki.

“Anjing!!” Eko menghantam Riki berkali-kali.

“Kyaaaaahhh... Eko! Sudah!” ucapku berusaha melerai mereka, tapi Eko seperti kesetanan terus menghajar Riki tanpa memberikan waktu untuk Riki balik melawan.

“Stoooppp!!! Sudah!” Riki sampai tersungkur jatuh, Eko terus mengejarnya. Dengan cepat kuraih badan Eko dan memeluk tubuhnya, barulah dia berhenti.

Riki bangkit dan tersenyum cengengesan.

“Kak Dira itu maunya sama gue, bukan sama lo!” ujar Riki cengengesan sambil mengelus pipinya yang kesakitan. Eko ingin mengejarnya lagi, tapi ku tahan tubuhnya.

“Udah Ko! Plis...” ucapku. “Riki... sebaiknya kamu pulang dulu sana” suruhku kemudian pada Riki. Diapun menuruti. Riki dengan cepat memakai pakaiannya dan mengemas barang-barangnya, lalu pergi dari rumahku. Aku lihat Eko. Wajahnya memancarkan kesedihan dan kekecewaan melihatku.

“Kakak ngapain barusan sama dia!??” tanyanya.

“Kenapa? Kamu cemburu?” balasku balik bertanya.

“Eko datang ke sini karena ada yang ingin diceritakan sama kak Dira, tapi malah melihat yang seperti tadi,” ujarnya lirih.

“Bukannya kamu udah punya Susi? Bukannya kemaren kakak udah nawarin kamu untuk entotin kakak? Tapi kamu lebih memilih Susi kan?” balasku. Eko terdiam. Dia seperti bingung mau mengatakan apa.

“Tapi kak...”

“Tapi apa?”

“Eko sayang sama kak Dira... Eko cinta kakak”

“... Kamu itu gak punya pendirian Ko... kakak benci! Kalau kamu emang sayang kakak seharusnya kamu lebih milih kakak waktu itu”

“Aku bingung kak waktu itu, dan sekarang Eko menyesal udah milih Susi”

“.....”

“Susi ternyata tidak hamil gara-gara Eko... dia ternyata bukan cewek baik-baik kak... dia udah sering gituan sama cowok lain... dan dia hamil karena cowok itu, bukan karena Eko... aku dengar dari cowok itu sendiri... saat aku tanya ke Susi, Susi mengiyakan”

“Ya ampun... Kamu itu kok bodoh banget sih Ko!?? Kamu kan udah mau nikah sama dia...”

“Itu dia kak masalahnya... waktu mau nikah, aku malah tahu begini, ditambah melihat kakak begituan tadi”

“...”

“Kak?”

“Kamu ini Ko... bodoh banget... kamu nyesal udah milih Susi? Kamu nyesal gak milih kakak? Kamu... cuma bikin kakak makin marah sama kamu... kamu emang gak punya pendirian!”

“Kak...”

“Itu pilihan yang kamu ambil kan Ko? Jadi kamu harus menerima apapun akibat dari pilihan yang kamu ambil, gak boleh menyesal...”

“Kak...”

“Kamu pulang deh... kakak malas liat kamu lagi”

Ucapanku barusan membuat Eko terhunyuk terdiam. Dia seperti ingin menangis, dan akupun tidak tahu harus berkata apa lagi. Aku juga bingung bagaimana harus menghadapi situasi ini. Aku tidak tahu kenapa malah bersikap seperti ini pada Eko. Perasaanku campur aduk. Aku sayang dia, tapi aku benci dia. Aku benci kalau cowok yang aku suka bersikap gak pendirian seperti ini. Aku benci dengan cowok yang menyesali pilihan yang diambilnya.

Tanpa mengucapkan apa-apa, Eko kemudian pergi.

Aku menangis.

***

***

Pagi hari keesokan harinya. Aku membersihkan rumah sebelum orangtuaku tiba. Gak boleh ada jejak-jejak perzinahan yang tertinggal. Baik di kamarku, kamar tempat aku dan Riki bersetubuh kemaren, ruang tamu, maupun tempat-tempat lainnya. Sprei tempat tidur sudah ku ganti semua dan ku bawa ke loundry.

Sambil menunggu kedatangan orangtuaku, aku menceritakan apa yang terjadi kemaren pada teman-teman di group. Mereka terkejut mendengarnya. Kak Ochi mengusulkan untuk melaporkan si dosen dan tetanggaku itu ke polisi, tapi aku bilang tidak usah. Aku tidak ingin masalahnya jadi makin runyam. Apa yang sudah terjadi sudah cukup runyam. Aku sudah ikhlas dengan apa yang telah terjadi. Aku sadar betul kalau aksiku selama ini memang beresiko terjadinya hal seperti kemaren. Lagi pula kemaren aku juga menikmatinya. Salahku juga karena perangaiku yang semakin lacur dan tidak bisa mengontrol birahi. Aku yang dulunya adalah gadis baik-baik malah jadi semakin lacur. Ajaran agama, norma dan rasa malu yang menjadi benteng diriku selama ini makin lama makin terkikis, hampir tidak bersisa sama sekali. Tapi... inilah yang kumau bukan??

Aku tidak menyesali kejadian kemaren. Satu-satunya yang kusesali hanyalah mengapa hubunganku dan Eko menjadi seperti itu. Aku tidak tahu apakah aku akan bertemu dia lagi atau tidak. Namun untuk kejadian aku kehilangan keperawanan kemaren ku pikir aku tidak perlu terlalu menyesalinya. Karena ya itu, aku justru merasa lega, seakan semua beban yang kurasakan saat masih perawan akhirnya lenyap. Aku sangat menyukai rasanya bersetubuh. Aku menyukai nikmatnya berzinah. Aku ketagihan. Aku penasaran hari-hari yang akan ku jalani setelah ini nantinya. Yang pasti aku akan dengan senang hati menjalaninya. Mungkin memang inilah aku yang sebenarnya. Ya.. inilah yang ku mau. Dan mulai saat ini aku akan melakukan apapun yang kumau. Meskipun itu adalah sebuah dosa.

Menjelang siang, orangtuaku akhirnya datang. Mereka tampak senang sekali begitu berjumpa denganku. Mereka memelukku dengan hangat. Mereka sepertinya sangat merindukan aku. Maklum saja karena aku adalah anak mereka satu-satunya. Tapi seandainya mereka mengetahui kelakuanku yang sebenarnya, mengetahui apa yang baru saja terjadi semalam sehari sebelum mereka datang, mereka tentunya akan kecewa berat. Anak gadis yang selama ini mereka besarkan dengan didikan agama dan nilai kesopanan yang kuat, ternyata begitu lacur, begitu murahan.

Maaf Pa, Ma... Dira udah gak perawan lagi sekarang. Dira udah mengkhianati kepercayaan Papa dan Mama. Dira tidak mengamalkan ajaran yang Papa dan Mama berikan selama ini dengan baik. Tapi tenang aja kok... Kalian tidak akan pernah tahu kalau Dira suka bikin dosa. Kalian tidak akan pernah tahu kalau Dira suka berbuat hal-hal yang selama ini kalian larang. Tenang aja Pa... Ma... Dira akan selalu jadi anak perempuan yang baik kok di mata kalian.

***

***

***

Beberapa hari kemudian...

“Masa Dira yang anterin sih?”

“Gak apa... tuh rumahnya, ketuk pintu terus kasih ke orangnya” ujar si kurir.

“Tapi kan...” ucapku keberatan.

“Sepi kok... saya awasin dari sini deh... ayo cepat lakuin, habis ini kita pulang dan ngentot di rumah kamu”

“Ehh.... ortu Dira masih di rumah!”

“Ya gak masalah... kita kan bisa ngentot diam-diam, papa mama kamu gak bakal tahu kok, hehe”

“Hmmfh... ya deh...” aku mengiyakan juga akhirnya. Kurir ini semakin seenaknya memperlakukan aku. Aku yang mau pergi ke kampus malah nemenin dia nganterin paket seharian. Dari tadi aku dikurung di dalam boxnya seperti korban penculikan! Kepanasan aku di dalam sini! Sungguh terlalu! Untuk paket yang terakhir dia malah nyuruh aku yang mengantarkannya.

Namun untuk hari-hariku seterusnya, aku yakin tidak hanya dia yang ingin memperlakukan aku seenaknya begitu, tapi juga cowok-cowok lain. Semuanya, kecuali Eko.

Aku ambil paket itu, turun dari box mobil dan berjalan menuju ke rumah tersebut.

Ku ketuk pintu beberapa kali hingga kemudian ada yang menyahut dan membukakan pintu.

“Pa..paket pak...” ucapku terbata. Yang menerima adalah seorang bapak-bapak, sepertinya dialah pemilik paketnya. Dia terkejut begitu melihatku. Terang aja terkejut karena yang nganterin paketnya adalah cewek cantik tanpa busana. Tapi aku tetap berusaha santai telanjang di depannya, padahal berdebar-debar banget! Apalagi kondisiku masih berantakan dengan rambut kusut dan wajah memerah gini. Belum lagi badanku yang basah banget oleh keringatku sendiri. Cairan vaginaku juga gak henti-hentinya menetes. Super malu, tapi juga super horni.

Tapi tiba-tiba...

‘Brrruuuuuuummmm’

Si kurir langsung tancap gas pergi! Aku ditinggalkan! Kakiku langsung berasa lemas.

Aku panik.

Kurir itu seenaknya meninggalkanku. Ini sih keterlaluan namanya. Masa iya aku ditinggalkan sendirian di sini!? Isengnya keterlaluan! Please jangan bercanda!

“Kamu juga termasuk paketnya?” ucap si bapak yang menerima paket.

“Ng..nggak pak... paketnya itu aja, saya bukan paket!” balasku. Enak aja aku dianggap paket!

“Hahaha, tapi kok kamu ditinggalin?”

“Gak tau...”

“Hmmm....” Bapak itu tersenyum manggut-manggut menatapku sambil mengelus dagunya. Dia menatapku dari ujung kaki sampai ujung kepala. Pandangannya bikin aku takut. Tatapannya tidak terlihat seperti ingin menolongku, tapi tatapan nafsu!

“Yuk masuk dulu ke dalam... gak enak dilihat tetangga...” ajak bapak itu. Hah? Masuk ke rumahnya? Nanti kalau aku diapa-apain sama dia gimana!? Tapi berdiri di luar rumah terus-terusan juga gak mungkin. Duh... apa yang harus aku lakukan....

Aku panik, tentu saja aku panik. Entah apa yang akan terjadi padaku berikutnya. Dadaku berdebar kencang gak karuan. Tapi meskipun panik, aku malah tersenyum, tertawa geli dengan kondisiku saat ini. Sendirian, terdampar di tempat entah berantah dalam keadaan tanpa busana! Aku terlihat begitu murahan. Aku yang tadinya izin pada orangtuaku untuk pergi kuliah malah kini berakhir di sini. Tapi aku penasaran apa yang akan ku alami berikutnya, dan aku pikir aku akan menyukai petualangan hidup yang akan ku jalani, yang tentunya amat melenceng dari aturan agama maupun norma.

“Yuk dik... masuk aja, gak usah takut” ajak bapak itu lagi.

“Eh.. i..iya”

Kenapa orang-orang harus terkekang dengan aturan-aturan? Tidak bisakah kita bebas melakuan apapun sesuai dengan apa yang kita mau?



TAMAT


Credit to : bramloser

No comments:

Post a Comment